Gagaanki hajar deanara 1 ki hajar dewantara diperbanyak dalam rangka pameran tokoh ki hadjar dewantara di museum kebangkitan nasional 27 april s.d 31 mei 2017pengantar : Source: pendidikan ki hajar dewantara pada dasarnya yang paling sesuai untuk meningkatkan kualitas pembangunan manusia indonesia seutuhnya maupun
pendidikan Indonesia tidak dapat lepas dari peran Ki Hadjar Dewantara yang merupakan Bapak Pendidikan di Indonesia. Pada masa kini, pemikirannya dalam dunia pendidikan sudah sedikit mulai terlupakan. Pemikiran Ki Hadjar Dewantara bagi pendidikan Indonesia yaitu taman siswa yang di dalamnya terdapat sistem among dan juga konsep tri pusat pendidikan yang juga sistem asrama yang sangat cocok diterapkan dalam pendidikan. Pendidikan adalah usaha dasar untuk memberikan nilai-nilai dasar kepada setiap anak di Indonesia yang kelak akan menggantikan memimpin masa depan. Pendidikan sangat penting karena awal untuk Bimbingan kepada anak-anak tidak hanya pendidikan formal yang diselenggarakan oleh pemerintah, tetapi juga peran keluarga dan masyaraka juga sangat penting dan dapat menjadi lembaga pembimbing yang dapat menumbuhkan pengetahuan dan Hajar Dewantara terlahir dengan nama Raden mas Soewardi Soeryaningrat di Yogyakarta tepatnya pada tanggal 2 Mei 1889 di lingkungan kraton Yogyakarta. Pada saat Raden emas Soewardi Soeryaningrat berusia 40 tahun berganti nama menjadi Ki Hajar Dewantara. Mulai saat itu dia tidak menggunakan nama kebangsawanan di depan namanya. Hal itu dilakukan supaya dia dapat dekat dengan rakyat baik secara fisik maupun hatinya. Perjalanan hidupnya benar-benar diwarnai dengan perjuangan dan pengabdian demi kepentingan Hajar Dewantara menamatkan sekolah dasar di ELS atau Sekolah Dasar Belanda kemudian melanjutkan ke Stovia atau Skolah Dokter bumiputra, tetapi tidak sampai tamat karena sakit. dia juga sempat menjadi wartawan dan aktif mengikuti organisasi sosial dan politik. Pada tahun 1908 dia aktif diseksi propaganda Budi Utomo untuk mengubah kesadaran masyarakat Indonesia pada waktu itu mengenai pentingnya persatuan dan kesatuan dalam berbangsa dan bernegara. Bersama Douwes Dekker dan Dr. Cipto Mangoenkoesoemo, dia mendirikan Indische Partij atau partai politik pertama yang beraliran nasionalisme Indonesia pada tanggal 25 Desember 1912 yang bertujuan untuk Indonesia berarti proses humanisasi atau lebih dikenal dengan istilah memanusiakan manusia, oleh karena itu seharusnya kita dapat menghormati hak asasi manusia. Para siswa atau peserta didik bukanlah robot yang dapat kita atur sesuka hati, tetapi mereka adalah manusia yang harus kita bantu dan perhatikan dalam setiap proses pendewasaannya agar dapat menjadi manusia yang mandiri dan dapat berpikir kritis, jadi pendidikan bukan hanya menjadikan manusia berbeda dengan makhluk lainnya yang bisa makan dan minum, berpakaian dan mempunyai tempat tinggal untuk hidup, hal ini dapat disebut dengan istilah memanusiakan karier Ki Hajar Dewantara bisa dibilang cukup panjang. dia sangat serius dalam mengelola pendidikan Taman Siswa namun dia tetap menulis, yang awalnya membahas politik dan beralih menjadi pendidikan dan kebudayaan. Melalui tulisan-tulisan itulah dia berhasil meletakkan dasar-dasar pendidikan nasional bagi bangsa Indonesia. Setelah zaman kemerdekaan, Ki Hajar Dewantara pernah menjabat sebagai Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan yang pertama. Nama Ki Hajar Dewantara tidak hanya diabadikan sebagai seorang dan tokoh pahlawan pendidikan yang bergelar Bapak Pendidikan Nasional yang oleh karena itu pada tanggal 2 Mei yang merupakan tanggal kelahiranya dan dijadikan hari pendidikan nasional, akan tetapi dia juga ditetapkan sebagai pahlawan pergerakan nasional melalui keputusan presiden RI Tahun 1959, tanggal 28 November 1959. Penghargaan lain yang diterimanya adalah gelar Doctor Honoris Causa dari Universitas Gadjah Mada pada tahun 1957. Dua tahun setelah mendapat gelar itu, dia meninggal dunia pada tanggal 28 April 1959 di Yogyakarta dan dimakamkan di pendidikan Ki Hajara DewantaraKi Hajar Dewantara dalam sistem among memiliki konsep berdasarkan 2 sandi, yaitu1. Kodrat Alam, Kodrat Alam merupakan batas perkembangan potensi kodrati anak dalam proses pengembangan kepribadian. Dalam filsafat pendidikan progresivisme mengatakan berdasarkan kemampuan dan kepercayaan bahwa manusia memiliki kemampuan yang wajar dan dapat mengatasi masalah Kemerdekaan, di mana kemerdekaan mengandung arti hak untuk mengatur diri sendri dengan syarat tertib dalam hidup di masyarakat. Konsep kemerdekaan ini sangat diperlukan karena bersamaan dalam kebebasan berpikir dan untuk mengembangkan pola pikir, kreativitas, dan kemampuan bakat minat. Menurut Ki Hajar Dewantara kesenian merupakan bagian penting dalam kurikulum Hajar Dewantara menjelaskan bahwa budi pekerti penting dalam pendidikan. Orang yang telah mempunyai kecerdasan budi pekerti selalu mempertimbangkan sebelum melakukan sesuatu. Sebab itulah orang dapat dikenal dengan budi pekerti dan wataknya. Karena budi pekerti atau watak bersifat tetap dan pasti. Pendidikan karakter sangat diperlukan dalam menciptakan para generasi penerus bangsa, supaya nantinya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dapat bersikap sesuai prinsip yang dipegang. Pendidikan karakter menurut Ki Hajar Dewantara dapat ditempuh dengan sistem Trisentra, yaitu tiga tempat pergaluan yang menjadi pusat pendidikan. Di dalam kehidupan anak-anak ada tiga tempat pergaulan yang menjadi pusat pendidikan yang amat penting baginya yaitu alam keluarga, alam perguruan, dan alam pergerakan pemuda. Pertama, pendidikan akan sempurna apabila tidak hanya disandarkan pada sikap dan tenaga si pendidik, akan tetapi juga harus beserta suasana yang sesuai dengan maksud pendidikan. Kemudian yang kedua yaitu menghidupkan, menambah dan menggembirakan perasaan kesosialan tidak akan terlaksanan jika tidak didahului pendidikan diri karena inilah dasar pendidikan budi pekerti yang akan dapat menimbulkan rasa kemasyarakatan dan rasa keluarga adalah pusat pendidikan yang pertama dan yang terpenting, karena dari lahir sampai dapat mengetahui kehidupan yang sebenarnya tidak dapat dipisahkan oleh keluarga. Karena dilingkungan keluargalah segala hal berasal, sehingga banyak juga pengaruh yang akan didapatkann dalam keluarga terhadap budi pekerti anak. Alam perguruan adalah pusat pendidikan yang teristimewa, karena perguruan berkewajiban mengusahakan kecerdasan pikiran serta memberikan ilmu pengetahuan. Sedangkan alam pemuda adalah pergerakan pemuda yang pada saat ini terlihat tetap adanya, yang harus diakui dan digunakan untuk menyokong pendidikan di alam keluarga dan perguruan atau sekolah. Ki Hajar Dewantara juga menambahkan bahwa, setiap pusat pendidikan itu harus tahu kewajibanya sendiri-sendiri dan mengakui haknya pusat-pusat lainya. keluarga merupakan ujung tombak dalam membentuk dasar budi pekerti dan perilaku sosial. Perguruan sebagai balaiwiyata, yaitu usaha mencari dan memberikan ilmu pengetahuan, di samping pendidikan intelek. Pergerakan pemuda, sebagai daerah merdekanya kaum pemuda yang amat diperlukan untuk pembentukan watak atau Naila Farichatul Izza, mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial UNNES.
A Biografi Ki Hajar Dewantara. Ki Hajar Dewantara Lahir di Yogyakarta pada tanggal 2 Mei 1889.Terlahir dengan nama Raden Mas Soewardi Soeryaningrat. Ia berasal dari lingkungan keluarga kraton Yogyakarta. Raden Mas Soewardi Soeryaningrat, saat genap berusia 40 tahun menurut hitungan Tahun Caka, berganti nama menjadi Ki Hadjar Dewantara. Cakrawala, J., Vol, P., & Januari, E. 2018. REFLEKSI NILAI-NILAI PENDIDIKAN KI HADJAR DEWANTARA DALAM UPAYA UPAYA MENGEMBALIKAN JATI DIRI PENDIDIKAN INDONESIA. 41. Dikta, P. G. A. 2020. SEBAGAI UPAYA PENGUATAN KUALITAS PENDIDIKAN DASAR PADA ABAD KE-21. 41, 126–136. Dr. Wahidmurni, M. P. 2017. PEMAPARAN METODE PENELITIAN KUALITATIF Oleh 4, 9–15. Ikhwan Aziz Q., S. dan R. F. N. 2018. Konsep Pendidikan dalam Pemikiran Ki Hajar Dewantara dan Relevansinya dengan Pendidikan di Indonesiae. Indrayani, N. 2019. Sistem Among Ki Hajar Dewantara Dalam Era Revolusi Industri 384–400. Jailani, M. S. 2014. Teori Pendidikan Keluarga dan Tanggung Jawab Orang Tua dalam Pendidikan Anak Usia Dini. 82. Jou, A., Of, N. A. L., Medical, G., Feb, S., & Modeling, F. 2019. PEMIKIRAN KI HADJAR DEWANTARA TENTANG PENDIDIKAN. 31, 3–5. Kurniasih, I., & Sani, B. 2014. Implementasi Kurikulum 2013 Konsep dan Penerapan. Kementrian Pendidikan Dan Kebudayaan, 1–162. Mashari, F. 2016. PRESPEKTIF PEMIKIRAN KI HADJAR DEWANTARA DALAM PENDIDIKAN KARAKTER DAN KAITANNYA DENGAN PENDIDIKAN ISLAM. Managen Dan Pendididkan Islam, 1, 285–311. Putu Ayub, I. D. 2017. Pandangan dan Konsep Pendidikan Ki Hadjar. Prosiding Seminar Nasional Dan Bedah Buku, May 2016, 119–130. Rizkita, K., & Saputra, B. R. 2020. Bentuk Penguatan Pendidikan Karakter pada Peserta Didik dengan Penerapan Reward dan Punishment. Jurnal Ilmu Pendidikan, 2, 69–73. Sugiarta, I. M., Mardana, I. B. P., Adiarta, A., & Artanayasa, W. 2019. Filsafat Pendidikan Ki Hajar Dewantara Tokoh Timur. Jurnal Filsafat Indonesia, 23, 124. Sukri, S., Handayani, T., & Tinus, A. 2016. Analisis Konsep Pemikiran Ki Hajar Dewantara Dalam Perspektif Pendidikan Karakter. Jurnal Civic Hukum, 11, 33. Suparlan, H. 2015. Filsafat pendidikan ki hadjar dewantara dan sumbangannya bagi pendidikan indonesia. Filsafat, 25. Towaf, S. M. 2014. Pendidikan karakter pada matapelajaran ilmu pengetahuan sosial. Jurnal Ilmu Pendidikan, 75–85. Utami, P. N. 2017. Konsep Pendidikan Karakter Menurut Dewantara. Skripsi, Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan, IAIN SALATIGA, 1–95. Yanuarti, E. 2018. Pemikiran Pendidikan Ki. Hajar Dewantara Dan Relevansinya Dengan Kurikulum 13. Jurnal Penelitian, 112, 237–266.
Berkatjasa dan Keteguhan hatinya, untuk memperjuangkan nasionalisme Indonesia lewat pendidikan, Ki Hajar Dewantara kemudian mendapat gelar doktor honoris causa dari Universitas Gadjah Mada. Meski perjuangannya belum selesai untuk mendidik putra bangsa, jelas Ki Hajar Dewantara memelopori lahirnya pendidikan di Indonesia.
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Peran Generasi Muda Dalam Upaya Habituasi Trigatra Bangun Bahasa Melalui Penguatan Literasi Di Era Disrupsi Era disrupsi yang menjadi bagian dari globalisasi saat ini merubah tatanan kehidupan manusia secara signifikan. Segala kemudahan yang ditawarkan oleh kecanggihan teknologi membuat perilaku berbahasa cenderung menurun. Sehingga hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi bangsa Indonesia untuk dapat menegakkan bahasa yang merepresentasikan identitas bangsa Indonesia. Indonesia memiliki potensi generasi muda untuk dapat memperkuat jati diri bangsa dalam bidang bahasa. Generasi muda yang komunikatif, adaptif, dan inovatif perlu menyinergikan potensi dalam penguatan literasi bangsa. Apalagi literasi di Indonesia tergolong sangat rendah. Dengan adanya pengembangan minat baca sejak usia dini dan membiasakan untuk mengimpelementasikan Trigatra Bangun Bahasa utamakan bahasa Indonesia, lestarikan bahasa daerah, dan kuasai bahasa asing merupakan salah satu cara efektif untuk meningkatkan literasi di Indonesia. Karena generasi muda merupakan generasi penerus bangsa yang tentunya memiliki andil untuk dapat mengingatkan masyarakat Indonesia terhadap keutamaan penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan, tetap melestarikan bahasa daerah agar senantiasa terjaga, dan menguasai bahasa asing sebagai salah satu bekal hidup di era global melalui penguatan literasi. Penguatan literasi sangatlah penting untuk kemajuan suatu peradaban. Literasi akan menggambarkan majunya suatu bangsa. Semakin banyak literasi yang seseorang kuasai dengan bahasa, akan semakin mudah seseorang untuk dapat berkomunikasi dengan baik. Bahasa Indonesia adalah peninggalan leluhur bangsa Indonesia sejak zaman penjajahan yang hingga saat ini menjadi bahasa pemersatu bangsa. Keberadaan bahasa Indonesia memiliki kedudukan penting di Negara Kesatuan Republik Indonesia. Maka salah satu peran generasi muda untuk membiasakan Trigatra Bangun Bahasa adalah dengan menggaungkan strategi edukasi terkait pentingnya literasi terhadap masyarakat melalui banyak membaca dan menulis dengan bahasa. Penguatan inilah yang menjadi penghubung dan penyatu bangsa. Betapa pentingnya bahasa dalam kehidupan manusia. Selain itu penguatan literasi dapat di dukung dengan pemanfaatan sosial media sebagai bagian dari globalisasi. Sosial media dapat digunakan sebagai alat 'kekuatan lunak' soft power untuk mempengaruhi masyarakat dalam membuat keputusan, berinteraksi dengan pesan pada platform yang sama, menggiatkan masyarakat untuk menyebarluaskan konten, dan membuat jaringan di kalangan mereka sendiri dengan slogan Trigatra Bangun Bahasa. Habituasi Trigatra akan memanifestasikan nilai untuk pengutamaan bahasa Indonesia yang berarti menerapkan wajah situasi kebahasaan Indonesia dari dulu hingga saat ini. Kemudian pelestarian bahasa daerah sebagai bentuk dari nilai-nilai keragaman Indonesia yang harus di jaga, serta penguasaan bahasa asing agar dapat memperkaya kebudayaan sebagai salah satu bekal hidup di era global untuk komunikasi antar negara dan sebagai bahasa kaum intelektual. Peran generasi muda dalam penguatan literasi sangat dibutuhkan bagi bangsa untuk membangun Trigatra Bangun Bahasa sebagai tujuan satu langkah lebih baik dan diplomasi kebahasaan menuju Indonesia yang berkedamaian, rukun, harmonis, toleran, dan tercipta kerja sama atau gotong royong yang penting bagi pembangunan nasional. Sebagai kesimpulan, peran generasi muda dalam penguatan literasi sangat penting di masyarakat. Hal ini ditujukan sebagai bentuk dari implementasi Trigatra Bangun Bahasa untuk mewujudkan sumber daya manusia yang unggul dan berdaya saing kuat sebagai identitas bangsa. Habituasi Trigatra Bangun Bangsa akan mendorong kualitas berbahasa dan semangat untuk memanifestasikan nilai pengutamaan pelestarian serta penguasaan keberagaman bahasa. Cintailah bahasa Indonesia sebagai bahasa literasi kewarganegaraan sepanjang hayat dan taklukkanlah dunia dengan bahasa asing. Hiduplah berbahasa, utamakan bahasa Indonesa, lestarikan bahasa daerah, dan kuasai bahasa F. 2022, Oktober. KI HAJAR DEWANTARA DAN TRIGATRA BANGUN BAHASA. Retrieved from A. 2017. Esai Saat Pemilihan Duta Bahasa Tingkat Provinsi. Retrieved from Pers, P. S. 2019, Juli 10. Perkuat Posisi Bahasa Indonesia, Kemendikbud Kembangkan Strategi Diplomasi Kebahasaan. Retrieved from Kementrian Pendidikan dan kebudayaan S. W. 2021, November 8. Wajah Bahasa Indonesia pada Era Disrupsi. Retrieved from OSC Lihat Bahasa Selengkapnya
KiHajar Dewantara, pendidikan asli Indonesia, melihat manusia lebih pada sisi kehidupan psikologiknya. Menurutnya manusia memiliki daya jiwa yaitu cita, karsa, dan karya. Beliau mengatakan pendidikan yang menekankan pada aspek intelektual belaka hanya akan menjauhkan peserta didik dari masyarakatnya.
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Seorang guru pasti menyadari ketika masuk ke dalam kelas akan dihadapkan dengan keberagaman muridnya. Mulai dari karakteristik murid yang berbeda-beda, minat murid yang beragam, gaya belajar yang berdeda-beda, tingkat pemahaman yang berbeda, dan sebagainya. Keberagaman tersebut merupakan tantangan bagi seorang guru. Seorang guru harus dapat memastikan setiap murid di kelas sukses dalam pembelajarannya. Dengan keberagaman tersebut tentunya guru harus menyadari bahwa setiap murid tidak bisa diberi perlakuan yang sama dalam pembelajaran. Lalu pembelajaran seperti apa yang dapat diterapkan untuk menghadapi keberagaman murid tersebut? Jawabannya adalah pembelajaran itu pembelajaran berdiferensiasi? Menurut Tomlinson 2000, Pembelajaran Berdiferensiasi adalah usaha untuk menyesuaikan proses pembelajaran di kelas untuk memenuhi kebutuhan belajar individu setiap murid. Dalam pembelajaran berdiferensiasi guru harus membuat keputusan masuk akal yang berorientasi pada kebutuhan murid. Kepusan-keputusan tersebut terkait dengan bagaimana menciptakan lingkungan belajar yang "mengundang" murid untuk belajar, menentukan tujuan pembelajaran yang didefinisikan secara jelas, melaksanakan Penilaian berkelanjutan, menanggapi atau merespon kebutuhan belajar muridnya, menyesuaikan rencana pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan belajar murid, manajemen kelas yang efektif serta menciptakan prosedur, rutinitas, metode yang memungkinkan adanya fleksibilitas. Namun juga struktur yang jelas, sehingga walaupun mungkin melakukan kegiatan yang berbeda, kelas tetap dapat berjalan secara bagaimana cara menerapkan pembelajaran berdiferensiasi di kelas? Langkah pertama yang harus dilakukan guru dalam menerapkan pembelajaran berdiferensiasi adalah memetakan kebutuhan belajar murid. Tomlinson 2001 dalam bukunya yang berjudul How to Differentiate Instruction in Mixed Ability Classroom menyampaikan bahwa kita dapat mengkategorikan kebutuhan belajar murid, paling tidak berdasarkan tiga aspek. ketiga aspek tersebut diantaranyaKesiapan belajarreadiness, yaitu kapasitas murid untuk mempelajari materi baru. Dalam hal ini guru dapat memetakan kesiapan murid dalam mempelajari materi baru, misalnya murid yang mana yang harus mendapatkan tugas yang mendasar dan yang mana yang harus mendapatkan tugas yang lebih transformatif, murid mana yang masih bergantung pada guru atau murid mana yang lebih mandiri dalam mengerjakan tugas, atau murid mana yang lebih cepat dalam memahami materi dan yang mana yang lebih lambat dalam memahami murid, murid juga memiliki minat sendiri, ada murid yang minatnya sangat besar dalam bidang seni, matematika, sains, drama, memasak, dsb. Minat adalah salah satu motivator penting bagi murid untuk dapat 'terlibat aktif' dalam proses belajar murid, Menurut Tomlinson dalam Hockett, 2018 profil belajar murid ini merupakan pendekatan yang disukai murid untuk belajar, yang dipengaruhi oleh gaya berpikir, kecerdasan, budaya, latar belakang, jenis kelamin, dll. Menurut Tomlinson 2001, ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi pembelajaran seseorang diantaranya lingkungan, pengaruh budaya, visual, auditori, dan kinestetik. Setelah memetakan kebutuhan belajar murid kita harus menentukan strategi pembelajaran berdiferensiasi. Ada tiga strategi pembelajaran berdiferensiasi yaitu diantaranyaDiferensiasi konten atau apa yang diajarkan kepada proses mengacu pada bagaimana murid memahami atau memaknai informasi atau produk atau tagihan yang diharapkan dari murid Kemudian lingkungan seperti apakah yang mendukung dalam pembelajaran berdiferensiasi? Lingkungan belajar yang mendukung pembelajaran berdiferensiasi dibangun dengan menciptakan learning community komunitas belajar atau komunitas yang semua anggotanya adalah pembelajar. Hal tersebut ditandai dengan Iklim belajar di kelas yang mencerminkan karakteristik pembelajaran berdiferensiasi sepertiSetiap orang dikelas saling menyambut dengan baikSaling rasa amanAda harapan untuk pertumbuhanGuru mengajar untuk mencapai kesuksesanAda keadilan yang nyataGuru dan siswa berkolaborasi untuk tumbuh dan sukses berdiferensiasi sejalan dengan pendapat Ki Hajar Dewantara bahwa "Maksud pendidikan yaitu menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat." Berdasarkan pendapat tersebut dapat diartikan bahwa pendidikan itu adalah "tuntunan" dalam hidup dan tumbuhnya anak-anak agar mereka hidup dan tumbuh menurut menurut kodratnya sendiri. Karena pada hakikatnya setiap anak itu memiliki keunikan tersendiri. Selain itu, anak-anak juga memilki minat dan bakat tersendiri. Sehingga sebagai seorang pendidik kita berkewajiban untuk menuntun anak didik agar tumbuh sesuai dengan minat dan bakat mereka. Dengan menerapkan pembelajaran berdiferensiasi kita dapat memberikan pembelajaran yang menuntun segala kodrat pada anak untuk mencapai kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Lihat Pendidikan Selengkapnya

Adatiga macam semboyan yang diajarkan oleh Ki Hadjar Dewantara yang menjadi dasar pendidikan di Indonesia yaitu ; 1. Ing Ngarsa Sung Tulada (di depan memberi teladan) 2. Ing Madya Mangun Karsa (di tengah menciptakan peluang untuk berprakarsa) 3. Tut Wuri Handayani (di belakang memberi dorongan)

Internalisasi Pandangan Ki Hadjar Dewantara Pada Pembelajaran Ipa SD/MI Dalam Kurikulum 2013 Studi Kasus MI DI Kabupaten Wonosobo Dan SD Taman Siswa YogyakartaInternalisasi Pandangan Ki Hadjar Dewantara Pada Pembelajaran Ipa SD/MI Dalam Kurikulum 2013 Studi Kasus MI DI Kabupaten Wonosobo Dan SD Taman Siswa YogyakartaTujuan jangka panjang dari penelitian ini adalah Menemukan informasi dan rekomendasi tentang bentuk internalisasi Pandangan Ki Hadjar Dewantara Pada Pembelajaran IPA SD/MI Dalam Kurikulum 2013. Tujuan khusus dari penelitian melihat seperti apa dan sejauh mana penginternalisasian Pandangan Ki Hadjar Dewantara Pada Pembelajaran IPA di SD Taman Siswa Yogyakarta dan Pembelajaran IPA MI Dalam Kurikulum 2013 Di Kabupaten Wonosobo. Penelitian menggunakan metode Gabungan dengan instrument penelitannya mengggunakan angket dan lembar observasi. Jumlah sekolah sejumlah 15 MI dengan menggunakan kurikulum 2013 di Wonosobo dan SD Taman Siswa Yogyakarta Berdasar penelitian yang sudah di laksanakan dapat di simpulkan bahwa masih ada beberapa indikator yang perlu di tingkatkan dalam pelaksanaanya. Direkomdasikan dan diharapkan dari pihak sekolah, yayasan maupun dinas terkait supaya diberikan bekal pelatihan atau workshop yang bertujuan untuk peningkatan kemampuan penguasaan materi khusunya materi IP... Kihajar dewantara menggagas konsep tri pusat pendidikan yang membagi tiga komponen penting dalam lingkungan Tri Pusat Pendidikan Menurut Ki Hajar Dewantara. Tentang WordPress Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Sistem pendidikan di Indonesia tidak dapat terlepas dari Pemikiran Ki Hajar Dewantara. Pendidikan dan pengajaran pada dasarnya adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Hal ini karena pengajaran adalah bagian dari pendidikan. Ki Hajar Dewantara mengemukakan bahwa pendidikan bertujuan untuk memberi tuntunan pada siswa agar mereka mencapai kebahagiaan dan bertumbuh menjadi individu yang berkarakter, mandiri, dan sesuai dengan kodrat tumbuh kembangnya sebagai seorang anak. Pendidikan yang diberikan kepada anak berdasarkan pemikiran Ki Hajar Dewantara harus berorientasi pada anak. Sehingga sebagai guru, Kita harus bisa memberikan kebebasan kepada anak untuk mengembangkan ide, berfikir kreatif, mengembangkan bakat/minat siswa sebagai individu unik dengan potensinya masing-masing. Kebebasan yang diberikan guru bukanlah dengan melepaskan siswa untuk sepenuhnya belajar sendiri, melainkan dengan memberi contoh, tuntunan, serta arahan agar siswa dapat lebih yang diberikan pada anak perlu mempertimbangkan kodrat alam dan kodrat zaman karena kebutuhan dan perkembangan setiap generasi tentunya berbeda. Di era saat ini tentunya pendidikan yang diberikan pada siswa harus disesuaikan dengan kodrat zaman, artinya disesuaikan dengan pendidikan abad 21. Pendidikan di era saat ini mengharuskan setiap siswa memiliki skill dan potensi yang minimal dapat dipegang oleh siswa untuk beradaptasi hidup di masa yang akan datang saat keluar dari bangku sekolah. Penting bagi guru untuk mengenalkan mengenai literasi digital dan teknologi pada siswa agar siswa dapat menerapkan teknologi dengan baik dan positif serta tidak terjebak pada dampak negatif dari perkembangan teknologi saat ini. Sedangkan dalam memaknai kodrat alam maka konteks lokal sosial budaya peserta didik di Indonesia Barat tentu memiliki karakteristik yang berbeda dengan peserta didik di Indonesia Tengah atau Indonesia Timur, maka dari itu sebagai guru harus memahami karakteristik dan kondisi pada masing-masing siswa. Hal ini tentu berpengaruh dalam menentukan metode dan segala aspek pelaksanaan pembelajaran yang akan dilakukan. Termasuk juga dalam memberikan pendidikan bagi siswa di Indonesia, penting bagi guru untuk memberikan pemahaman mengenai filter akulturasi budaya yang sangat tipis saat ini, sehingga siswa harus memahami tentang jati diri sebagai manusia berbangsa dan berbudaya Indonesia. Kekuatan sosial budaya Indonesia yang beragam dapat menjadi kekuatan kodrat alam dan zaman dalam mendidik disesuaikan dengan kondisi dan karakteristik masing-masing siswa. Hingga saat ini pemikiran Ki Hajar diimplementasikan semakin dalam pada sistem pendidikan di Indonesia melalui Kurikulum Merdeka. Kurikulum Merdeka memberikan kesempatan yang luas bagi siswa untuk mengembangkan potensinya tidak hanya pada bidang mata pelajaran yang ada di sekolah. Dapat disimpulkan bahwasanya pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara pada dasarnya adalah memberikan pendidikan yang menuntun pada siswa. Guru yang menuntun yaitu guru yang berjalan bersama anak dalam membantu anak untuk menemukenali bakat dan minat yang ada pada dirinya. Guru adalah pamong. Melalui pendidikan bertujuan untuk membantu dan menjadi fasilitator bagi siswa agar mampu menebalkan garis samar-samar kodrat anak. Sehingga anak dapat menemukan kemampuan dasar yang diberikan oleh Tuhan kepadanya. Gambaran proses pembelajaran yang merefleksikan mencerminkan pemikiran Ki Hajar Dewantara disimpulkan sebagai proses menuntun anak untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangannya pada berbagai aspek kodrat dalam dirinya termasuk halnya pada aspek budi pekerti, pikiran dan tubuh anak. Upaya ini dilakukan dalam rangka untuk mencapai kesempurnaan hidup serta kebahagiaan anak yang setinggi-tingginya. Proses pembelajaran dilakukan selaras dengan dengan dunia anak, dalam hal ini kodrat alam dan juga kodrat zaman yang disesuaikan dengan karakteristik masing-masing anak. Sehingga kesimpulannya adalah refleksi proses pembelajaran menurut Ki Hajar Dewantara adalah untuk membentuk manusia secara utuh dengan cara yang memanusiakan manusia serta memerdekakan segala aspek kehidupan baik secara fisik, mental , jasmani dan sebagai guru yang sesuai dengan nilai-nilai filosofi pendidikan yang dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantara , kita harus bisa memberikan kebebasan kepada anak untuk mengembangkan ide, berpikir kreatif, serta mengembangkan bakat/minat siswa sebagai individu unik dengan potensinya masing-masing. Hal ini mengantarkan harapan saya agar dapat menjadi guru yang bijak, guru yang dapat memahami sudut pandang siswa, guru yang peka terhadap bakat dan potensi yang dimiliki siswa, serta saya juga berharap dapat menjadi fasilitator bagi siswa untuk mencapai kemandirian dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Besar harapan saya dapat mengantarkan peserta didik menjadi individu yang adaptif, mandiri, dan tidak bergantung kepada orang lain kelak di kehidupan Juga Apa yang harus dilakukan setelah Pengumuman lolos seleksi PPG Prajabatan Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya

PeranKi Hajar Dewantara dalam perjuangan kemerdekaan salah satunya adalah mendirikan sekolah Taman Siswa. Taman Siswa didirikan oleh Ki Hajar Dewantara pada tanggal 3 Juli 1922 di Yogyakarta. Pada masa itu pemerintah kolonial Belanda telah mendirikan sekolah dengan sistem pendidikan Barat, seperti HIS dan MULO.

Jakarta - Ki Hajar Dewantara atau sering dikenal dengan bapak Pendidikan Nasional adalah aktivis pergerakan kemerdekaan Indonesia. Penasaran dengan kisah perjuangannya?Lewat perjuangannya di bidang politik dan pendidikan inilah, kemudian pemerintah Republik Indonesia menghormatinya dengan berbagai jabatan dalam pemerintahan RI. Seperti Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun 1950 dan mengangkat Ki Hajar Dewantara sebagai Pahlawan Nasional pada tahun 5 Fakta Sejarah Perjuangan Ki Hajar Dewantara yang dikutip dari berbagai sumber 1. Biografi Singkat Ki Hajar DewantaraKi Hajar Dewantara lahir di Yogyakarta, 2 Mei 1889. Dia lahir dengan nama Raden Mas Soewardi Soerjaningrat, putra dari Gusti Pangeran Haryo Soerjaningrat, atau cucu Sri Paku Alam III. Dari genealoginya, Ki Hajar Dewantara adalah keluarga bangsawan Pakualaman. Sebagai bangsawan Jawa, Ki Hajar Dewantara mengenyam pendidikan Europeesche Lagere School ELS, yakni Sekolah Rendah untuk Anak-anak Eropa. Kemudian setelah lulus, Ki Hajar Dewantara mendapat kesempatan masuk STOVIA School tot Opleiding voor Inlandsche Artsen, biasa disebut Sekolah Dokter Jawa. Namun karena kondisi kesehatannya tidak mengizinkan, sehingga Ki Hajar Dewantara tidak tamat dari sekolah Menjadi JurnalisSesudah meninggalkan STOVIA, Ki Hajar Dewantara belajar sebagai analis pada laboratorium Pabrik Gula Kalibagor, Banyumas. Setelah satu tahun beliau keluar karena dicabut kesempatan belajarnya secara cuma-cuma. Kemudan menjadi pembantu apotiker di Apotik Rathkamp, Malioboro Yogyakarta 1911, sambil menjadi jurnalis wartawan pada Surat Kabar "Sedyotomo"Bahasa Jawa, dan "Midden Java" Bahasa Belanda di Yogyakarta dan "De Express" di tulis-tulisan itu, Ki Hajar Dewantara dan bersama 2 temannya yakni, Dr. Cipto Mangunkusumo, dan Dr. Douwes Dekker, ditangkap dan ditahan dalam penjara. Kemudian pada 18 Agustus 1913 keluarlah Keputusan Pemerintah Hindia Belanda N0. 2a, Ki Hajar Dewantara dibuang ke Bangka, dr. Cipto Mangunkusumo ke Banda Neira, dan Dr. Douwes Dekker ke Timor Kupang. Namun atas kesepakatan mereka bertiga meminta supaya dibuang ke Belanda, dan permintaan mereka menjalani pengasingannya di Belanda, Ki Hadjar Dewantara kemudian mulai bercita-bercita untuk memajukan kaumnya yaitu kaum pribumi. ia berhasil mendapatkan ijazah pendidikan yang dikenal dengan nama Europeesche Akte, atau ijazah pendidikan yang bergengsi di Belanda. Ijazah inilah yang membantu Beliau untuk mendirikan lembaga-lembaga pendidikan yang akan ia buat di Indonesia. Di Belanda pula ia memperoleh pengaruh dalam mengembangkan sistem pendidikannya Organisasi Yang Diikuti Ki Hajar DewantaraBerdirinya organisasi Budi Utomo pada tanggal 20 Mei 1908, sebagai organisasi sosial dan politik kemudian mendorong Ki Hadjaruntuk bergabung di dalamnya. Di Budi Utomo ia berperan sebagai propaganda dalam menyadarkan masyarakat pribumi tentang pentingnya semangat kebersamaan dan persatuan sebagai bangsa tahun 1912 Ki Hajar Dewantara diajak oleh Douwes Dekker ke Bandung untuk bersama-sama mengasuhSuratkabar Harian "De Express". Douwess Dekker kemudian mengajak untuk mendirikan organisasi yang bernama Indische Partij yang terkenal. Yakni partai politik pertama yang berani mencantumkan tujuan ke arah "Indonesia Merdeka".Selanjutnya pada Juli 1913 Ki Hajar Dewantara bersama dr. Cipto Mangunkusumo di Bandung, mendirikan "Comite Tot Herdenking van Nederlandsch Honderdjarige Vrijheid", dalam bahasa Indonesia disingkat Komite Bumi Putera, yaitu Panitia untuk memperingati 100 tahun Kemerdekaan Belanda. Komite tersebut bertujuan untuk memprotes akan adanya peringatan 100 tahun Kemerdekaan Belanda, dari penjajahan Perancis yang akan diadakan pada 15 Nopember Bentuk Perjuangan Ki Hajar DewantaraDi bidang pendidikan, Ki Hajar Dewantara mendirikan Perguruan Taman Siswa, pada 3 Juli 1922. Perguruan ini sangat menekankan pendidikan rasa kebangsaan kepada peserta didik, agar mencintai bangsa dan Tanah Airnya, serta berjuang untuk memperoleh Ki Hadjar Dewantara tentang Pendidikan Nasional dan penyelenggaraan/pembinaan perguruan nasional, diterima oleh Kongres Perkumpulan Partai-partai Politik Kebangsaan Indonesia PPKI di Surabaya. Dalam kongres yang berlangsung 31 Agustus 1928 tersebut, Beliau mengemukakan perlunya pengajaran nasional sebelum bangsa Indonesia mempunyai pemerintahan nasional bidang pers, bagi Ki Hadjar Dewantara majalah atau surat kabar merupakan wahana yang sangat penting bagi suatu lembaga untuk menyebarkan cita-citanya kepada masyarakat. Oleh karena itu, beliau menerbitkan brosur dan majalah "Wasita" tahun 1928-1931, selanjutnya menerbitkan majalah "Pusara" 1931. Di samping kedua majalah tersebut, Ki Hadjar Dewantara juga menerbitkan Majalah "Keluarga" dan "Keluarga Putera" 1936.Sedangkan di bidang kesenian, Ki Hadjar Dewantara mengarang buku methode/notasi nyanyian daerah Jawa "Sari Swara", diterbitkan tahun 1930 oleh JB. Wolters. Dari buku tersebut, Ki Hadjar Dewantara menerima royalty, untuk membeli mobil Sedan Chevrolet. Sebelumnya, beliau pada tahun 1926 menciptakan lagu/gendhing Asmaradana "Wasita Rini" diperuntukan bagi para anggota Wanita Quotes Ki Hajar DewantaraSemboyan dalam sistem pendidikan yang dipakainya, sangat dikenal di kalangan pendidikan Indonesia hingga kini. Secara utuh, semboyan itu dalam bahasa Jawa berbunyi "ing ngarso sung tulodo", "ing madyo mangun karso", "tut wuri handayani" yang artinya "di depan memberi contoh", "di tengah memberi semangat", "di belakang memberi dorongan."Semboyan ini masih tetap dipakai dalam dunia pendidikan rakyat Indonesia, terlebih di sekolah-sekolah Perguruan Taman jasa dan Keteguhan hatinya, untuk memperjuangkan nasionalisme Indonesia lewat pendidikan, Ki Hajar Dewantara kemudian mendapat gelar doktor honoris causa dari Universitas Gadjah Mada. Meski perjuangannya belum selesai untuk mendidik putra bangsa, jelas Ki Hajar Dewantara memelopori lahirnya pendidikan di Hajar Dewantara wafat pada 26 April 1959 dimakamkan di pemakaman keluarga Taman Siswa Wijaya Brata, Yogyakarta. nwy/nwy PeranKi Hadjar pada awal perintisan pendidikan nasional sangat besar, setiap gagasan dan pemikiran beliau tetap relevan dan menjadi acuan bagi pembangunan pendidikan nasional kita. Adapun pandangan pemikiran Ki Hajar Dewantara adalah (1) "Panca Dharma", 2) "Kon 3" dan 3) Tri-pusat Pendidikan, imbuh Yan Megawandi.
- Ki Hajar Dewantara dikenal sebagai tokoh nasionalis yang memperjuangkan bangsa Indonesia, khususnya dalam bidang pendidikan. Bukti fisik sejarah perjuangan Ki Hajar Dewantara dalam membela kepentingan bangsa dan negara yang sampai sekarang masih ada adalah adanya sekolah Taman Siswa di Yogyakarta. Pada masa perjuangan, Ki Hajar Dewantara juga mendirikan organisasi Indische ini peran Ki Hajar Dewantara dalam memperjuangan kemerdekaan Indonesia. Bergabung dalam Budi Utomo Pada 20 Mei 1908, dibentuk organisasi sosial dan politik yang bernama Budi Utomo. Organisasi ini bertujuan untuk menyadarkan masyarakat Indonesia dan berusaha untuk meningkatkan kemajuan penghidupan bangsa dengan cara mencerdaskan rakyatnya. Tujuan tersebut lantas menarik perhatian beberapa tokoh terkemuka, salah satunya Ki Hajar Dewantara. Dalam organisasi Budi Utomo, Ki Hajar Dewantara berperan sebagai tokoh propaganda untuk menyadarkan masyarakat pribumi mengenai pentingnya semangat kebersamaan dan persatuan sebagai bangsa Indonesia. Baca juga Awal Mula dan Cita-Cita Berdirinya Budi Utomo Mendirikan Indische Partij Awalnya, Ki Hajar Dewantara hanya seorang penulis dan jurnalis yang kemudian menjadi aktivis kebangsaan. Ia diketahui tergabung dalam tokoh Tiga Serangkai bersama Douwes Dekker dan Tjipto Mangunkusumo yang mendirikan sebuah organisasi bernama Indische Partij IP. KOMPAS Meskipun keadaan Jakarta genting disebabkan oleh Terror Belanda/Nica, Sekolah Taman Siswa di Jl. Garuda tetap dibuka Juni 1946 Berawal dari mendirikan IP pada 25 Desember 1912, Ki Hajar Dewantara menyadari bahwa jalan untuk melawan kolonialisme dimulai dari pendidikan. Baca juga Indische Partij Pendiri, Latar Belakang, Program Kerja, dan Penolakan

Secarafilosofis, konsep pendidikan karakter termasuk pendidikan karakter kewirausahaan sebenarnya sudah ditanamkan oleh Ki Hajar Dewantara. Di dalam konsep pendidikannya, beliau berpendapat bahwa pendidikan adalah daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intelect) dan tubuh anak.

Abstract Pemikiran Ki Hadjar Dewantara mengenai pendidikan telah menjadi citra tersendiri bagi sejarah pendidikan di Indonesia. Konsep pendidikannya menampilkan kekhasan kultural Indonesia dan menekankan pentingnya pengolahan potensi-potensi peserta didik secara terintegratif. Pada titik itu pula, konsep pendidikannya sungguh kontekstual untuk kebutuhan generasi Indonesia pada masa gagasan dan konsep pendidikan Ki Hadjar Dewantara, yang begitu berharga dan humanis pada masa dulu, menjadi terasa begitu klasik dan nyaris di lupakan. Itu lantaran pendidikan di Indonesia pada masa kini lebih dominasi kognitif dan jauh dari nuansa terintegratif sehingga reduktif terhadap hakekat pendidikan dan kemanusiaan. Mengapa demikian? Ada sementara pihak yang meyakini bahwa hal itu terkait dengan upaya lembaga pendidikan dalam praksisnya yang terlalu terfokus pada upaya untuk menyiasati ujian sekolah ataupun Ujian Nasional UN, dan bukan untuk membentuk manusia yang otentik, berkepribadian dan peka terhadap dunia di luar pendidikan dalam konteks yang sesungguhnya, sebagaimana diyakini juga oleh Ki Hadjar Dewantara, adalah menyangkut upaya memahami dan menganyomi kebutuhan peserta didik sebagai subyek pendidikan. Dalam konteks itu, tugas pendidik adalah mengembangkan potensi-potensi peserta didik, menawarkan pengetahuan kepada peserta didik dalam suatu dialog. Semuanya itu dimaksudkan untuk memantik dan mengungkapkan gagasan-gagasan peserta didik tentang suatu topik tertentu sehingga yang terjadi adalah pengetahuan tidak ditanamkan secara paksa tetapi ditemukan, diolah dan dipilih oleh murid. Dalam perspektif itulah Ki Hadjar memaknai pendidikan sebagai aktivitas “mengasuh”.

.
  • y6eegw64mc.pages.dev/597
  • y6eegw64mc.pages.dev/456
  • y6eegw64mc.pages.dev/655
  • y6eegw64mc.pages.dev/722
  • y6eegw64mc.pages.dev/185
  • y6eegw64mc.pages.dev/992
  • y6eegw64mc.pages.dev/236
  • y6eegw64mc.pages.dev/954
  • y6eegw64mc.pages.dev/913
  • y6eegw64mc.pages.dev/663
  • y6eegw64mc.pages.dev/983
  • y6eegw64mc.pages.dev/632
  • y6eegw64mc.pages.dev/502
  • y6eegw64mc.pages.dev/695
  • y6eegw64mc.pages.dev/843
  • peran ki hajar dewantara dalam penyelenggaraan pendidikan di indonesia adalah