NikmatnyaML dengan Anak Tiri yang Masih Kencur cerita dewasa. 19.41 |. Aku adalah anak tunggal. Ibuku adalah seorang wanita yang disiplin dan agak keras sedangkan ayahku kebalikannya bahkan bisa dikatakan bahwa ayah di bawah bendera ibu. Bisa dikatakan ibulah yang lebih mengatur segala-galanya dalam keluarga.
“ih anak ibu, kamu tuh nggak PD banget sih Liat tuh di cermin, hmm cakep kan Perempuan mana sih yang nggak mau sama kamu”“ ibu mencubit kedua pipiku dan mengarahkan wajahku kearah cermin lebar di salahsatu dinding ruangan. “iih ibu, bikin GR aja”.,” aku berpaling kearahnya dan mencubit, bukan di lengannya seperti kebiasaanku kalau bercanda. Tapi di pantatnya, cukup keras karena aku gemas juga. “auuuu . sakit sayang!!” ibu menjerit, menatapku lucu sambil memonyongkan bibirnya, “hehehe … ibu cantik deh kalau monyong begitu,” candaku. Tangan ibu meraih remote control audio dari atas meja kerjanya. Menyalakan audio ruangan itu, dan jadilah kami berdansa pelan diiringi beberapa symphony bethoven & mozart yang romantis. Aku memeluk pinggulnya dan ibu mendekap erat dadaku keatas sehingga otomatis dada besarnya tersaji sedikit dibawah daguku. Bu Siska memang lebih tinggi 3-4cm dari aku. Entah karena romantisnya dansa kami atau gerakan ibu yang kadang menggoyang dadanya itu, penisku yang sedari tadi tidur itu mulai beranjak bangun dan mengeras hingga menimbulkan cembungan yang rupanya dirasakan juga oleh Bu Siska. Tapi ia diam saja, saat aku membuka mata malah kulihat ia terpejam seperti menikmati suasana itu. Pinggulnya justru semakin sengaja digerakkan menggesek cembungan ditengah selangkanganku itu. Aku bingung harus bagaimana, apalagi aku adalah tipe pria yang cepat sekali terangsang. Biasanya kejadian semacam ini hanya berlangsung sesaat saja dan ibu biasanya langsung mengelak kalau menyadari aku mulai terangsang. Tapi inikali berbeda, ibu malah semakin membiarkan dadanya menggencet ketat di dadaku. Adakah ini berarti Bu Siska juga sedang birahi” Sudah beberapa bulan hampir setahun setahuku ibu tak mendapat sentuhan lelaki. Ditengah batinku bertanya-tanya tentang keanehan itu, tiba-tiba ibu membuka matanya. Lalu entah apa yang menggerakkan wajah itu mendekat ke arah bibirku. Aku masih penasaran dan bingung, kukecup pipi kirinya, namun wajahnya seakan mengarahkan gerak yang lebih sensual dari biasanya, telapak tangannya kini mendekap kedua pipiku. Aku terdiam, memejam, dan hanya sesaat setelah itu kurasakan sebuah kelembutan menyentuh bibirku, aku pasrah saja tak berani menolak, tapi tak hanya sampai disana. Sekujur badanku merinding merasakan gejolak aura lidahnya yang berusaha memasuki rongga mulutku, bibirnya menjepit bibirku. Aku biarkan saja ketika bibir itu kini berhasil menjepit dan menyedot lidahku. Pikiranku masih berkecamuk antara percaya atau tidak terhadap apa yang kami lakukan saat ini. Bu Siska sudah mulai mendesah, terdengar nafasnya mulai memburu. Dekapan tangannya di kepalaku sudah terlepas, entah kapan dan aku tak menyadari ketika membuka mataku, belahan jas kerja Bu Siska ternyata sudah terbuka, sebelah tangannya menuntun tanganku kearah gundukan payudara berlapis BH putih berenda yang ukurannya my God, diatas rata-rata! “ Bu …. mmm,” aku mencoba bicara namun secepat itu pula ia kembali menyumbat mulutku dengan sebuah ciuman. Dan lebih ganas dari sebelumnya, Bu Siska sudah tidak lagi menahan desahannya. Kali ini ikat pinggangku ia lepaskan, lalu zipper celana sekolah itu dan tasss”.celana abu SMA itu melorot sampai setengah paha. “Ibu …. please”.,” aku kembali bicara. Tapi tanganku malah memberi remasan lembut pada buah dadanya. “terussskan sayang aaauuuffffhhh”..,” hanya itu yang terdengar dari desahannya yang semakin keras saja. Aku jadi tak berani lagi bicara, kubiarkan ibu bertambah liar dengan melukar pakaianku. Dan kalaupun aku mampu menolak, hal itu tidak akan aku lakukan. Karena beberapa saat kemudian otakku mulai dikuasai oleh egoisme birahi yang seakan bersorak; “Ayo, Bud, setubuhi perempuan cantik didepanmu!!! Bukankah selera seksualmu lebih besar pada wanita paruhbaya seperti ini”“““ Dan kapan lagi kamu akan membalas jasa Bu Siska yang telah memberimu kehidupan mewah seperti ini”““ Petanyaan-pertanyaan tadi seperti menuntun tanganku untuk lebih jauh menuruti nafsu Bu Siska yang sudah pasti tidak dapat lagi dibendung. Dan seperti mencari pembenaran atas kejadian itu, batinku yang lain menjawab; “sudah lah, Bud. Nikmati saja. Bukankah kamu juga tak kalah sayang pada Bu Siska… Kamu juga mencintainya kan …. Lupakan sejenak istrimu itu, dua lebih baik daripada satu dan yang ini adalah kunci masa depanmu!!!” Aku tak mampu lagi berpikir logis, segala bayangan tentang Rani hilang entah kemana, yang ada kini adalah kemolekan tubuh calon mertuaku, ibu angkatku yang mungkin juga akan segera jadi kekasih gelapku!!! Pakaianku terlepas sudah seluruhnya, entah kapan Bu Siska mempretelinya dari tubuhku. Aku telanjang dan terduduk di sofa panjang ruang kerja yang luas itu. Kupejamkan mata, tak berani melihat Bu Siska yang baru saja beranjak dari mengunci pintu ruang kerjanya. Dan bak penari striptease, dari arah pintu ia berjalan sambil melepaskan satu persatu pakaian yang melekat di tubuhnya. “…… Uhhfff”. kini aku yang terbelalak, sebelum melepaskan roknya, Bu Siska sudah melepas celana dalam putih, dan sesampainya didepanku dengan sekali langkah tubuh montok dan sedikit gemuk itu terpampang jelas di depanku. Ia berjongkok tepat dihadapan tempat aku duduk, lalu kembali memeluk. Kali ini aku yang menyambut dengan ciuman penuh kerinduan. Kunikmati bibir Bu Siska yang terus mendesah. Tanganku meraba dan sesekali meremas bongkahan payudara besarnya. Memilin putingnya bergiliran, lalu mencium dan menjilati lehernya. “aaauuuuhhh …. sssssshhhhh aaaahhhh….hmmmmm….. oooohhhh..terussss saaayaang..ohhhh,” hanya desahan itu yang bisa diucapkannya. Tangan kiri Bu Siska meraih batang kemaluanku dan meremas lembut. “ooooohhhh..Bu..ssshhhh….aaaauuhhhh,” desahanku juga mulai keras. Dan kami semakin liar. Kutarik tubuh ibu ke sofa. Ia berbaring sambil tersenyum, sepertinya mengundang aku untuk segera memuaskan dahaga asmara yang sesungguhnya terlarang itu. Baiklah, ibu angkat, aku bertekat akan membuatnya berteriak-teriak dan memohon supaya aku segera dan lagi dan lagi menyetubuhinya, akan kubuat calon mertuaku ini mengemis untuk dipuasi oleh calon menantu sekaligus anak angkatnya ini !!! Akan kusetubuhi engkau dengan keras!!!! Dan sekarang terimalah birahi anak angkatmu ini!!! Bersiaplah untuk menampung cairan sperma yang biasanya hanya ditampung oleh anakmu!!! “Ayo…… sayang, kemari, sentuhlah ibu, ibu mau sayang ayooouuuhhh..” kali ini ibu memohon agar aku segera menindihnya. Tapi nanti dulu, bukankah ibu mau dipuaskan lebih dari apa yang saya berikan pada anakmu. Aku meraba pangkal paha Bu Siska, sudah basah dan becek disana, kasihan ibu angkatku ini, mungkin delapan bulan ini pemenuhan birahi tak sebanding dengan produksi sel telurnya. Aku merunduk disitu dan dengan buas langsung membuka pahanya, menjulurkan lidahku dan menjilat permukaaan vagina yang berbulu sangat lebat itu. “Oooowwwhhhhh … yessss….. sayaaangggg …. aaaahhhh….. sshhhhhhhh,” Jari-jariku sibuk mengucel-ucel bibir kemaluannya, lidahku terus menusuk-nusuk dan membelai dinding kemaluan wanita paruhbaya yang ternyata tak kalah menariknya dengan istriku itu. Sesekali bibirku menggigit pinggiran bibir kemaluannya yang cembung dan gemuk, memberikannya sensasi kebuasan birahi anak angkatnya yang polos ini. “aaaauuuuwww ….. uuuoooooooohhhh geliiiiiiii …. Sssshhhh …. Naaakaaallll …. kamu sayang ….aaaaaaahhhhhhh,” jeritnya saat aku menggigit biji klitorisnya yang membengkak karena rangsangan hebat itu. Aku tak peduli lagi pada teriakan histerisnya, aku yakin dinding ruangan itu sedemikian tebalnya sehingga kalaupun ada yang menembakkan pistol disini pasti akan terdengar sayup-sayup saja. “oooooohhh ….. yeeesshhhhh …… gigit sayang oooohhh gigit lagi yyyyaaaahhh” ia malah minta aku meneruskan mengulum biji clitorisnya. Aku asik saja, cairan yang terus semakin deras mengalir dari liang vaginanya habis kusedot dan kuminum. Seperti daerah vagina milik Rani, kemaluan Bu Siska juga tampak sangat terawat. Tak tampak noda kotor setitikpun pada bagian itu. Hanya saja baru kali ini aku mengetahui bahwa ternyata lebatnya bulu kemaluan Bu Siska membuat penialainku pada bentuk vaginanya lebih baik dari milik istriku itu. “Ayo sayang, setubuhi ibu sekarang, hooooouuuhhh …. ibu sudah ngga tahaan..,” pintanya memelas. Aku menuruti meskipun biasanya kalau aku melakukannya dengan Rani, tentu aku minta di-karaoke dulu sebagai imbalan aku menjilati vaginanya. Tapi kali ini aku canggung untuk meminta, karena dalam keadaan begini aku masih menaruh rasa hormat pada ibu angkatku itu. Kuambil posisi diatasnya, Bu Siska mengangkang, sebelah kakinya menjutai jatuh, sebelah lagi dinaikkan ke sandaran sofa. Kemaluanku memang sudah keras sejak tadi, kini sudah menempel dan siap masuk dan mengoyak bibir vagina Bu Siska. Telapak tanganku memegang kedua buah dada besar itu dan seketika ia menarik pinggulku mendekat. Lalu dengan keras aku menghujamkan penisku sejadi-jadinya dan “sreeeeppp …. bleesssss”. untuk pertamakalinya aku merasakan sensasi menyetubuhi wanita paruh baya yang selama ini mengasuhku itu. “aaaaaaaaaaaaaaaaaaahhhhhhhhh.,” jerit Bu Siska keras sekali sampai menghentikan tusukanku yang baru masuk itu. “uuuffff …. kenapa bu ?“ aku terhenyak juga. “punya kamu besar sekali, uuuuhhhh … ibu nggak pernah mengalami dimasuki segede ini saying … tapi coba yang pelan sayang, ibu agak nyeri,” katanya masih mendekapku. Sepasang kakinya mengikat pinggulku hingga penisku tertahan didalam. Kuberikan ia ciuman untuk merangsang nafsunya, bibirku menyedot putting susunya, dan beberapa detik setelah itu jepitannya melonggar. Tangannya malah menuntun pinggulku naik turun secara perlahan. Bu Siska mulai mendesah dan menikmati goyanganku. “Oooouuhhh …… sayaaaangggg ….. ooooouuhhh ….. besarnya aaauuuuff … tariiiikhh aaaaahh enaaaakkkhhhh“. “teeekaaaan lagiiihhh aaaahhhh niiiiikmaaaattttt”. “uuuuhhhh, yang pelan aja sayaaaaanggg ….. oooouuuffff “ ”.enaaaknyaaaahhhh … ooooooohhhhhh, saayaaaang” Tak henti-henti ia memuji kenikmatan dari penis besarku yang kini menggesek dinding-dinding vaginanya. Aku juga sebenarnya tak kalah nikmat. Apa yang selama ini kurasakan dari Rani memang enak juga, tapi sensasi kenikmatandari liang vagina dan tubuh montok Bu Siska memberiku pelajaran berharga bahwa ternyata kepiawaian dan pengalaman lebih mampu menciptakan sensasi kenikmatan yang lebih dahsyat ketimbang besaran liang vagina. Hehehe itu teori baru! Aku terus menggenjot dengan perlahan dan teratur, Bu Siska membuat suasana romantis dengan memberi ciuman mesra bertubi-tubi, mengulum bibirku dengan sepenuh hati. Matanya yang terpejam semakin mengguratkan warna kecantikan alami seorang ibu. Akupun terlena dengan pesona itu, baru aku sadar bahwa ternyata kecantikan ibu angkatku ini benar-benar luar biasa, bahkan kalau mau jujur, Bu Siska jauh lebih cantik dari kedua anaknya. Rasa nikmat dari pertautan kelamin kami terus menjalari seluruh urat sarafku, memenuhi rongga sanubariku dengan berjuta kenikmatan biologis. Tak terasa waktu berlalu hampir tigapuluh menit. Pelukan kaki dan tangan Bu Siska di pinggangku yang semakin erat dan tiba-tiba itu menunjukkan tanda sesaat lagi ia akan mencapai orgasme. “uuuuuuffff … sayaang, boleh hhhhhh … ibu … hhhh minta diatas”“ pintanya setengah mendesah. Aku mengerti dan segera menghentikan kocokan penisku di vaginanya. “ooooouuuuhhhh …. Baaaiiikkkk …. Aaahhhh …. Bu,” Kali ini aku yang berbaring, Bu Siska langsung mengangkangi pahaku, liang vaginanya yang sudah becek itu menganga tepat diatas kemaluanku yang mengacung-acung seperti tak sabar ingin segera masuk. Punggungku bersandar pada sandaran sofa sehingga dengan mudah mulutku meraih putting susu Bu Siska yang sedang berusaha memasukkan kembali penisku kedalam vaginanya. Saat sedang asik meremas dan menghisap putting susu Bu Siska itulah dengan cekatan ibu menggenggam penisku dan mengarahkannya tepat di bibir kemaluannya dan sreeep bleesss”.. “aaaaahhhhh ….. nikmatnyaaaaakkkkkhhh …… aaahhhh ….saaa yaaanggg ….. ooouuhh..” “mmmmhhhhh ….. ibuuuu ….. aaaaauuuhhhh …..enaaaakhhhh …. Ssshhh” jeritku tak kalah seru dengan jeritannya. Bu Siska yang kini asik menaik turunkan pinggulnya untuk meraih kenikmatan dari gesekan relung kelaminnya. Sesekali gerakannya berubah dari turun naik menjadi maju mundur, lebih nikmat lagi saat ia memutar-mutar dengan poros kelaminnya yang terpaut dengan penisku. Alangkah sensualnya ketika aku melirik kearah kelaminku yang terjepit bibir vagina Bu Siska yang ikut keluar masuk dan membelai, vagina itu penuh sesak oleh buah pelirku yang berukuran diatas rata-rata itu. “hooohhh …..saaayannng …… kamuhhhh masih aaahhhh lama aauuufff sayaaaang ?“ “Iyaaah Buuuhhh, ooohhh kenapaaahhh, aaaahhh, enaaakkkhhh ooohhh,” “Ibuuu … ooooohhh sudaaahhhhhhh … mmmmmhhh ngggaaa … . kkkhh .. tahaaan … ooohhf yeeessss …ooooohhh …. punyaaaahh kaaaamuuuhhh mennnntthooookkhhhh ….. aaauuuhhhh ibuuu ngggaaaaaa … aaaaakkkhhhh” “tahaaannnnn …. Oohhh … ohhh …. Ooohh …. “ “ooohhh …. Yyaaa …. yaaa.. u h uuhhh .. ibuuuu …. Ngaaa …. Taaaahhhh … haaaann .. oooooooo ooohhh” lolongnya panjang sekali seketika itu tiba-tiba Bu Siska menggenjot keras sekali, semakin cepat, dan rupanya ia mengalami orgasme yang begitu dahsyat. “Reeeeeeeemeeeeshhh …. Suuuuusuuuu … iiiibuuuu sayaaaanngggg .. ooouuhhhh, remassh terussshhhh Buudddiiii …. Aaahhhhh ….ennaaakkkhhh iiiibuuuu nggaaaaaa taaaaahaaannn” “ibu keluuuuuaaaarr..keeeeeeeeelllllluuuuuaaarrr …. hhhhaa aaahhhhhhh …. yesssssshhhhhhh,” jeritan panjang diiringi hempasan keras pangkal pahanya kearah penisku. Aku yang sudah tahu hal itu dari kebiasaanku dengan Rani segera memberikan remasan yang keras pada kedua buah dada Bu Siska. Kira-kira semenit kemudian badannya jatuh menimpaku. Nafasnya tersenggal-senggal, tubuhnya lemas lunglai terkapar sudah. Kelaminku yang masih mengeras mengganjal dalam vaginanya yang banjir. “ooouuhhhh ….. sayang, kamu belum keluar ya ? Maapin ibu ya, Bud. Ibu egois, maklum sudah delapan bulan lebih ibu tidak merasakannya,” Bu Siska mulai berbicara setelah nafasnya agak teratur. “Nggak apa-apa Bu, yang penting ibu puas dulu,” aku menciumnya “Jangan gitu dong, sayang. Beri ibu kesempatan beberapa menit lagi ya ?” “Ibu akan buat kamu puas sebentar lagi,” ia balas mencium mesra. “Kamu kok bisa lama ya, saying ? Ibu nggak nyangka kamu sekuat itu,” “Ngga tau deh, Bu, mungkin karena saya suka dan sayang ibu kali ya”“ “ahhh …. Masa ? Bisa aja kamu, sayang, benar kamu suka sama ibu ? Suka apanya ayo ? “Suka yang ini,” jawabku singkat sambil menerkam buah dadanya. Mungkin benar karena buah dada ini aku jadi begitu semangat, ukurannya yang besar dan ranum dengan bentuk yang sangat menantang itu membuatku jadi merasa lain saat ini, apalagi dengan “penemuan” bahwa ternyata wajah ibu jauh lebih cantik dari kedua anaknya itu. Atau aku memang punya selera yang lebih pada wanita STW seperti Bu Siska. Gara-gara sensasi STW itu, tanpa sadar penisku bangkit lagi, berkedut-kedut didalam sana. Ibu rupanya merasakan juga. “Say, bangun lagi tuh … Ibu sudah siap nih, yuk,” ajaknya seraya melepas gigitan vaginanya pada penisku. “Cropss”aku terhenyak. “Duuuhhh …. besarnya sayang, pantas tadi punya ibu rasanya hampir robek,” ujarnya sambil menggenggam batang penisku. Ia terus memujinya dan mengocok lembut. “Ayo dong, Bu, nggak tahan nih,” ajakku. Aku berdiri dibelakangnya, maksudku agar Bu Siska menunduk dan aku masuk dari belakang. Rupanya ia mengerti. Kakinya dilebarkan dan tangannya menjangkau sandaran sofa. Bu Siska menunduk dan tampaklah belahan vagina wanita paruhbaya itu menganga ke belakang. Sejenak aku sempatkan untuk menjilatinya, tak tahan dengan pemandangan yang menggoda birahi itu. “aaaduuuhhh sayaaang, ayo dong masukiiin, ntar ibu keluar lagi lho”“ aku tak menjawab, tapi langsung meraih pinggulnya dengan tangan kanan, tangan kiriku mengarahkan kepala penisku menuju liang vagina yang merah itu dan sreeeeppp”. “uuuuhhhh ….. kocok yang keras sayang, ibu mau yang keras aaaahhhhhh,” aku menuruti apa maunya, kusodok sekuat tenaga, kutarik hingga hampir lepas, Bu Siska memundurkan pantatnya seperti tak mau melepaskan penisku, tancap lagi terus begitu berulang-ulang sehingga menimbulkan decakan yang cukup keras, plaak..plak”plak”plak”sreeepp”.. plaak”.sreeep”crreeekkk”. Ada sekitar sepuluh menit kami melakukannya dengan posisi itu sampai ibu bilang lelah berdiri. Kuminta ia duduk santai dan bersandar di sofa lalu dengan segera kukangkangkan kakinya dan segera menusuk keras dalam posisi setengah berdiri. Tanganku sibuk dengan kedua buah dada besar itu. Sesekali aku menunduk agar dapat menjangkau susunya untuk menyedot. Bu Siska mendesis dan mendesah kegirangan. Cairannya semakin membanjir. “Aooooohhhh …. Yessshhh …. Yeeesss …. Yesss…. genjooot yaaang kerasshhh saayaaang,” “ooouuhhh buuu …. Iiiibuuuuu … aaauuhhh ennnnaaaakhhhnyaaaahhh …. ssshhhh, saaa yaaa … hhhhaaaaaahhh haaaammmmpiiirrr ooouuffff,” “iibuuuu juuuuhhhhhggggaaaaa aaaahhhhh haaampiiirrr saaaaa …..yyyyaaaaangg …. aaahh yyeeeesss …… oooohhhh niiikkkmaaaattttnyyyaaaahhhhh …. Yeeessss … yeeesss, ye eesss,” selama sepuluh menit kemudian akupun mulai tak dapat menahan, sarafku menegang, meluncur ke satu titik di ujung penis, dan “oooooohhhhhhhhh ……,” aku rebah menimpa ibu dan memeluknya, mengujamkan kemaluanku sejadi-jadinya. Mentok didalam sana hingga dasar liang vagina ibu dan berteriaak panjang. “aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa …… hhhhhhhh …. .yeeeee esssshhhhh …. keluuuu aaaarrrrr … buuuuuu ..oooohhhhh … yeeeeshhhhh …..oooooo oooooohhhhhhhhhh,” aku berteriak histeris sambil menyemprotkan banyak sekali cairan sperma kedalam vagina Bu Siska. Ia pun demikian. Kakinya menjebit keras, tangannya menjambak rambutku dengan geras, dan giginya mengatup rapat. “hhhhhhhhhhaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa aaaaaahhhhhh iiiiibuuuuu juuuu gaaaaaaaahhhhhh … keeeellluuuuuaaaarrrr … laaaaggggii ihooooooohhhhhhhh ….. yeeeshhhhhh ,” Ibu mendekapku erat, aku ambruk keatas tubuh montok ibu angkatku itu. Kami sibuk mengatur nafas masing-masing. Pelan-pelan kulepaskan penisku yang mulai melemas, Bu Siska masih memejamkan mata, kelelahan rupanya. “Luar biasa sayang!!” “Trims Bu, ibu juga luar biasa nikmat”.” aku menciumnya, lalu beranjak memunguti pakaian kami yang berserakan, kutumpuk diatas meja tamu ruangan. “Mau kemana sayang”“ “mandi, Bu. Penat,” “ibu boleh ikut”“ “Boleh,” aku mengulurkan tangan dan membimbingnya ke kamar mandi. “Kamu tadi benar-benar hebat,” tak habisnya dia memuji. “Pasti kalau sama Rani, bisa lebih dari itu ya”“ seketika Bu Siska menyebut nama istriku, aku jadi tersadar apa yang aku lakukan tadi. “Bu …. Please …. jangan sebut nama Rani dulu, saya masih shock,” “Eh iya, maaf .. Ibu juga nggak ngerti kenapa kita bisa seperti ini ya? Mungkin ibu yang terlalu sayang sama kamu sehingga ibu lupa kalau kamu adalah suami anak ibu,” katanya meralat sambil memberiku ciuman. “Nggak apa-apa Bu, saya juga tadi salah nggak bisa menahan nafsu, bagaimana kalau Rani tahu hal ini?“ kami masuk ke bathtube yang sudah terisi air hangat. Sambil berendam dan menyabuni tubuh montok Bu Siska. “ibu mau terus terang sama kamu, Bud. Tapi jangan marah ya ? Ibu harap kamu mau memenuhi permintaan ibu ini,” katanya, tangan Bu Siska menggenggam penisku yang menyisakan sedikit ketegangan pasca klimaks tadi. Sementara tanganku asik mempermainkan buah dadanya, bukan menyabuni, tapi meremas-remas. Gemas aku dibuatnya karena bentuk dan ukurannya. “Mana mungkin saya marah sama ibu, ibu kan sudah sedemikian baik sama saya. Apa mungkin saya akan menolak keinginan ibu “ “Tapi ibu mau ini datang dari hati kamu tanpa paksaan, Bud.” “Tentang apa sih, Bu ?“ “Tentang kita,” “Maksud ibu ?“ “Bud,” kini ia meraih tubuhku sehingga posisiku jadi mendudukinya, ibu memangku aku yang bersandar di dada bersusu besar itu. Aku menurut saja. “Sejak ibu punya masalah dengan mantan suami, ibu sangat mendambakan kehadiran pria yang benar-benar menyayangi ibu dengan tulus dan ihlas. Beberapa kali sejak mengetahui sumai ibu berselingkuh dengan wanita lain, ibu juga menjajaki kemungkinan untuk mencari pengganti. Tapi apalah mau dikata, tiga orang yang pernah berkenalan dengan ibu tak satupun memenuhi syarat lelaki yang setia,” Aku diam saja tak berani memotong. Takut ibu tersinggung. “Dan semenjak mengetahui kamu dan Rani sudah berhubungan jauh layaknya suami istri, ibu jadi semakin merasakan kebutuhan akan pria. Akhirnya ibu mengamati kehidupan kamu. Ibu mempelajari semua celah kehidupan kalian dan menemukan bahwa kamulah tipe lelaki yang paling sempurna di mata ibu.” “Jadi Bu …. Apakah ibu akan memisahkan kami ?“ sergahku. “dengar dulu sayang, ibu tak bermaksud sejauh itu, hanya saja, ibu ingin kamu juga membagi kasih sayang itu sama ibu,” ia mempererat pelukannya. Aku masih terdiam tak bereaksi. “ibu juga tak ingin merusak hubungan kalian atau melukai perasaan anak ibu sendiri,” “lalu apa yang harus saya lakukan Bu ?“ “untuk sementara, sebelum ibu menemukan cara terbaik, kamu mau kan merahasiakan hubungan kita ini dari istrimu “ “iya Bu, itu pasti, mana mungkin saya bisa mengatakan hal ini pada Rani, bisa bubaran saya”.,” “itulah sebabnya kenapa ibu mau kamu tinggal di Jakarta menemani ibu, terus terang ibu sangat memerlukan kamu, Bud,” sesaat kemudian kami terdiam, aku memikirkan hal ini. Aku memang sayang pada Rani, ia cinta pertamaku, orang yang membawaku kedalam dunia kedewasaan dan kami sudah bertekat akan menjalani kehidupan rumah tangga setamat Rani kuliah nanti. Tapi aku juga tak mengelak kenyataan bahwa pesona dan kecantikan calon ibu mertuaku ini begitu hebatnya, saat ini aku bahkan tak mau memikirkan hubunganku dengan Rani. Yang ada dalam benakku hanyalah mereguk kenikmatan dari Bu Siska seperti yang barusaja kami lakukan, aku bahkan tak ingin ritual nikmat ini berakhir cepat. Betah sekali rasanya berada dalam pelukan wanita paruhbaya ini. Dan yang terpenting adalah, bagaimana lagi aku harus membalas kebaikan Bu Siska yang telah membawaku kedalam kehidupan seperti saat ini. Saat aku tersadar dari lamunan, tangan bu Siska telah menggenggam batang penisku yang kembali tegang. Barangku yang satu itu memang cepat sekali bangun, apalagi yang menyentuhnya adalah wanita idamanku ini. “ibu mau lagi ?“ aku menatapnya, “hek eh”.,” ia mengangguk senang. “ngga disisain buat Rani ?“ “hmmm, ibu tahu kamu mampu sampai enam kali sehari, jadi ibu yakin, sesampai di rumah nanti, pasti kamu main lagi sama istrimu, iya kan”“ “koq ibu tahu sih”“ “kan sering ngintip kamu ama Rani”..,” “haah … Jadi …. Ibu lihat apa aja”“ “banyak, dari gaya kalian, samapai berapa lama dan berapa kali sehari”,” Gemas juga aku dibuatnya, dengan sekali gerak aku berbalik menghadap ibu dan langsung menyerbu buah dadanya, ibu menjerit, aku tak peduli “aaaampuuun geliii sayaaang, aaauuuhhh”“.,” “rasain ! Ini untuk ulah orang yang suka ngintip,” Kukenyot keras buah dadanya bergiliran, kiri, kanan, kiri, kanan terus begitu, sampai menimbulkan bercak merah cupang mulutku. Bu Siska hanya bisa kelonjotan sambl teriak-teriak. Kupaksa ibu berdiri membungkuk, lau dengan segera setelah kudapati liang vagina merah itu terkuak, langsung kucoblos dan bleeessss”.. aku segera mengocok keras. Bu Siska semakin kelonjotan. Sengaja kubuka kran shower, kami main sambil berdiri ditengah guyuran air …. Ahhhh nikmatnya ibu angkatku. Dan seperti sebelumnya, aku keluar setelah membuatnya orgasme dua kali. Kemudian kami kembali ke ruang kerjanya, setelah mengeringkan badan, dengan mesra aku membantu Bu Siska mengenakan pakaian kerja jas biru tua dan rok bawahan berwarna putih itu. Entah kenapa, ketika hendak membantunya memasang CD, ibu menolak dan langsung membantu memasangkan pakaianku yang tercecer di meja kerjanya. “dasar maniak, lutut ibu rasanya mau patah,” gerutunya dengan wajah lucu. “siapa yang mulai ayo”“ jawabku sekenanya sambil meremas buah dadanya. “iiihhhh ngeriiii”“,” Ibu menjerit kecil saat tangannya balas menggenggam punyaku. “tahu rasa!!!” aku mengecupnya. Bu Siska melangkah kedepan cermin lebar dan merias kecil wajahnya disana, kupandangi wanita itu dari belakang. Luar biasa! Tubuh yang kini terbungkus rapi pakaian kerja itu tampak begitu “menghebohkan!”, masih kuat bayangan bagaimana sesaat yang lalu aku menggumulinya, menindihnya, menggoyangnya, menusuk-nusukkan penisku dalam vaginanya yang oh my God, luar biasa nikmat! Tak sadar bayangan vulgar dibalik gaun itu kembali mengundang gelak birahiku. Niat nakalku muncul, bagaimana sensasinya kalau sekarang kusetubuhi Bu Siska dengan tanpa melepas penutup tubuhnya itu” Ah rasanya pasti lebih nikmat, dan tanpa penetrasipun vaginanya masih becek oleh dua kali tumpahan spermaku yang menyembur sepuluh menit yang lalu” “Buu”..,” panggilku “hmmm”“ ia menoleh, ah cantik sekali. Aku mendekat dan memeluknya dari belakang, kutuntun ia berjalan kearah meja kerjanya. Sampai disana ibu masih belum sadar apa yang akan aku perbuat. “apaaan sih sayang”“ aku tak menjawab, sebelah tanganku sudah berhasil melorotkan celana dalamku sampai atas lutut. Dan dengan sekali dorongan lembut, posisi ibu yang membelakangiku menjadi membungkuk dengan tangannya bertumpu pada meja. Dan sebelum ia sempat tersadar dari ulah usil itu, aku sudah dengan secepat kilat menyingkap rok putihnya, dan yessss!!! Cdnya belum ia pasang sehingga aku langsung menempelkan penisku di bibir vagina Bu Siska yang masih saja mengalirkan cairan sperma sisa tadi. Breeesss”.creeepppp”.. “aaaooooooowww …. Budiiiiiii …. aaaaahhhhhhhhhh,” jeritnya histeris saat tanpa memberinya kesempatan aku langsung menggenjot maju mundur. “oooouuuufff …. Aaahhhh …. Ahhhhh .. ahhhh …. aahhhh, kkaaamuuu naaakaallll …. oohh yessss …. Mmmmmmm ….aaahhhhh …. aaammmpuuunnnn tuhaaannn … Buuuudiiiii aahhh ibuu nggaaakkk aaaaahhhh ngggaaak kuuuuaaaattt .. laaagiiiiiihhhhh,” Bu Siska terus menjerit, tapi tak mampu menolak goyangan pinggulku yang menghempas di permukaan pantatnya yang semok itu. Tanganku kedepan dadanya, meraih buah dada yang kini masih terlapis pakaian dan BH itu. “Ibu cantik sekali dengan baju dan rok kerja ini, saya jadi terangsang lagi, nikmati saja bu,” aku memberikannya sejenak jeda untuk mengatur nafas. “oohh uuuufff … awas kalau nanti Rani sudah tak lagi di rumah, kamu harus melakukannya dengan ibu enam kali sehari juga,” telapak tanganku menyusup lewat celah Bhnya, meremas disitu dan bergoyang maju mundur lagi. Kali ini dengan tenaga yang lebih kuat lagi sehingga bunyi keciplak pertemuan pangkal pahaku dan daerah sekitar vagina itu semakin terdengar nyaring. “oooohhh …. Ssshhhh …. Yeeessshhh …. Mmmmhhh …. enakhhh sayaaangg teruuussss oooh hhhh … ssshhhh …. genjot yang keras sayang oooohhh ibu mau sampai saaaayyaaangggg …. uuu uuuuuhhh …. mmmmmm aaahhhh … setubuhi ibu dengan kerasshhh sayaanggg ooohhh nikmaat nyaaaahhh …. oooohhh yessss yessss yessss yesss …. genjot sayang ayo teruuussss awas jangan lepaskan punyamu sayaaaaaaaaaaaangggg aaaaaahhhhh …. ibuuuu hammmmpiiiiirrrr”.,” vaginanya terasa menjepit nikmat hingga beberap menit kemudian terasa rahimnya menyembur. “oooooooohhhhhhhh …. yeeeeessss ibuuuu keluuuaaarrrrrrrrr aaaahhhhhhhhh, aaahhhh aahhh keluuuaaarrrr …. ooohhhh”“,” aku tak ingin berlama-lama lagi dan dengan penuh semangat aku berkonsentrasi agar secepatnya juga orgasme. “sayaaaa juga buuu oooohhh saya jugaaa aaahhhh aaaahhhh ..… aaaaaaaaaaaaahhhhh,” akhirnya beberapa kali semprotan yang keras dalam liang rahim Bu Siska mengahiri pertahananku. Kupeluk Bu Siska dan menuntunnya ke sofa. “Crooopp”.. lepas sudah penisku dari liang nikmat ibu angkatku itu, aku terduduk, Bu Siska mengambil CD yang tadi ia kantongi. “kan ada tissue Bu”“ “nggak sayang, ibu mau simpan bekas spermamu di CD ibu ini, supaya kamu nggak bisa lupa sama ibu, hihihi”..,” “ibu bisa aja,” aku menciumnya. Ibu membalas dan kami berdekapan lama sekali. Jam telah menunjukkan pukul 4 sore. Tak terasa sudah 3 jam lebih kami bermain. Aku lelah sekali. Kami santai sejenak minum energy drinks dari minibar Bu Siska. Tiba-tiba Hpku berdering, kulihat nomor Rani di monitor. “iya say”“ “nggak ini aku baru nyampe di kantor ibu, aku numpang ibu aja, kebetulan ibu minta bantuan buat beli tinta printer tadi, Jadi aku mampir ke Com center dulu,” seperti dugaanku, Rani pasti penasaran dan menelpon karena tak biasanya aku belum pulang sore hari. “Iya, ntar aku pesan sama ibu, kamu sehat kan say”“ “Iya, I love you too, daaaahh,” kututup HP. “Yeee ….. mesranya, Ibu jadi cemburu,” goda Bu Siska. “Eh, bu. Rani pesan sate senayan tuh, ngidam katanya,” candaku. “Wuiiihh ….. kamu pintar banget bo’ongnya … Kemarin kan Rani datang bulan, masa sekarang ngidam, weeekkk,” Ibu mengejek. “Iya iya tapi sate senayannya beneran lho,” “Ok, deh. Ntar kita mampir ke resto, yuuk dah sore nih, ntar istrimu cemberut lagi,” Ibu menarik tanganku ke arah pintu. Ternyata benar juga kata Bu Siska kalau aku ini memang hiper! Buktinya waktu di mobil, padahal aku Cuma ngelirik betisnya aja sudah langsung on! Jadi sepanjang jalan ke rumah, aku dipelototin terus oleh Bu Siska yang takut kalau mang sopir yang duduk di depan itu curiga pada ulah tanganku yang suka menyusup ke selangkangan ibu. Sampai dirumah, aku masih “on” gara-gara terangsang betis Bu Siska. Ketika Rani membuka pintu kamar, aku langsung menerkam dan menggumulinya. Dan jadilah aku bertempur untuk keempat kali dalam sehari ini. Luarbiasa, spermaku masih sanggup membanjiri vagina Rani sehingga ia tak curiga samasekali kalau sebagian besar spermaku sudah tumpah dalam rahim ibunya dari siang sampai sore ini. Dua minggu kemudian, aku dan Rani membuat kesepakatan tentang study kami. Tepat seperti yang diinginkan Bu Siska, aku tetap di Jakarta dan Rani menyusul Mbak Rina ke London. Otomatis hari-hari sebelum keberangkatannya tiba, aktivitas seksual kami meningkat tajam, setiap pulang sekolah, aku dan Rani langsung mengurung diri di kamar. Kami menumpahkan semua hasrat yang ada. Ibu malah sengaja menjadwalkan diri keluar daerah, sehingga di rumah hanya ada aku dan Rani. Lainnya para pembantu yang tinggal di kamar belakang kebun rumah kami. Jadi selama dua minggu itu pula aktifitas seks ku dengan ibu jadi tidak ada. Sebelum pergi ke luar kota, ibu malah berpesan agar aku puas-puasin dulu dengan Rani karena kami tak bisa mengantarnya ke London. Aku harus sibuk mengurus pendaftaranku di Universitas Indonesia. Hari terakhir menjelang keberangkatannya, aku dan Rani melakukan persetubuhan yang begitu romantis. Kami berdua berjanji akan memelihara benih kasih sayang. Rani malah bilang hanya kematian yang dapat memisahkan kami. Aku terharu sekali, sekaligus merasa berdosa padanya. Bagaimana tidak, sejak pertamakali bersetubuh dengan ibunya aku hampir setiap minggu pagi, saat Rani olahraga, Bu Siska selalu minta “jatahnya”. Aku bingung, satu sisi aku menyayangi Rani sebagai istriku, tapi disisi lain harus juga kuakui bahwa pesona dan kasih sayang Bu Siska padaku juga tak dapat kutolak. Sentuhan hati dan tubuh wanita paruh baya itu begitu membutakan mata hatiku. Namun sebagai manusia yang pragmatis, aku jalani saja keduanya. Mereka punya kelebihan masing-masing, Rani punya kemaluan yang menjepit sedangkan Bu Siska punya permainan yang kreatif, vagina empot-empot. Dua-duanya menyayangi aku. Hari minggu sore, Aku dan Bu Siska mengantar Rani ke Bandara. Dalam perjalanan, Rani seperti tak mau melepaskan pelukannya padaku. Dan saat memasuki ruang tunggu keberangkatan, ia menciumku sambil menangis. Setelah juga mencium ibunya, Rani berlalu sambil menunduk, aku melambaikan tangan hingga Rani menghilang dibalik pintu garbarata. Sampai hari ketiga sejak kepergian Rani, aku mencoba mengurangi perasaan gundah dengan menyibukkan diri, jadwal pendaftaran mahasiswa baru cukup membantu. Ibu membelikan aku sebuah BMW yang kukendarai sendiri kemana-mana. Siang setelah acara pendaftaran, aku berkunjung ke rumah teman-teman SMA seangkatanku. Sore hari aku pulang dan biasanya langsung menyendiri di kamar, memandangi foto-foto Rani dan aku yang memenuhi beberapa sisi kamar kami. Aku jadi banyak melamun di malam hari, padahal ujian tes masuk perguruan tinggi tinggal seminggu lagi. Bu Siska seperti mengerti kalau perasaan sedihku bulum habis, ia tak mau menggangguku. Kami hanya ngobrol waktu sarapan pagi, sebelum ia pergi ke kantor. Tapi lama-kelamaan aku jenuh juga, kupikir tak ada gunanya sedih berkepanjangan. Malam keempat, aku mencoba turun ke lantai dua, ke kamar ibu. Kulihat ia telah lelap tertidur pulas. Lelah dari seharian bekerja rupanya, aku mencium bibirnya. Kupandangi wajah manis yang kini tertidur lelap itu, cantik, elegan dan begitu menggoda birahi. Perempuan sempurna dengan buah dada besar yang telah berulangkali memberikan kepuasan seks berbeda dari apa yang kudapatkan dari anaknya. Yah, anaknya, anak yang lahir dari rahim melewati vagina yang begitu nikmat, yang terus terang saja mungkin terindah bentuknya dengan hiasan bulu-bulu lebat pertanda pemiliknya berlibido tinggi, bersih dan tentu saja terawat. Selalu mengundang nafsu untuk menyentuhnya, menmpermainkan jari di celahnya, menjilatnya dan memasukkan penis kedalamnya. Huuuhhhh”aku jadi tegang sendiri. Kubaringkan tubuhku di depannya, langsung mendekap. Ibu belum bereaksi ketika aku juga menyingkap selimut tebal itu, kupeluk tubuh bongsornya sambil menggesek-gesek buah dadanya yang hanya berlapis baju tidur tipis itu. Dengan lembut aku mengecup bibir sensual Bu Siska. “mmmmm …..hhuuuufff,” ibu membuka mata tersadar akibat ciumanku tadi. Ia balas mencium dan memelukku. “belum tidur sayang”“ “Ngga bisa tidur, Bu ,” “iya ibu ngerti .., jam berapa ini”“ tangannya menggapai switch lampu kamar di samping tempat tidur. Dan jelaslah sudah pandanganku. Bu Siska dengan baju tidur sebatas dada kini tergolek semakin merangsang. Kemaluanku sudah tegang dari tadi, sejak melihat buah dada ibu yang putih mulus dan besar itu. Aku langsung menjamahnya, melepas tali pengikat daster itu dan uhhh”.seperti bayi yang kehausan, aku langsung menetekinya. “kamu suka sekali susu ibu, sayang ?“ Bu Siska membelai kepalaku dengan lembutnya. Aku tak mampu menjawab, karena mulutku sibuk menggilir payudaranya kiri dan kanan. ““ssssshhhhh …. mmmmm..,” desisan Bu Siska mulai terdengar. Keciplak bunyi mulutku yang menyedot putting payudaranya berpadu suara nafas ibu yang mulai memburu. “tumpahkan semua nafsumu sama ibu, say. Malam ini ibu akan layani kamu sampai kamu benar-benar tidak mampu lagi …. Uuuhhhh …. Ssshhhhh …. ooouuuhhhh..,” Akhirnya memang pesona dan keindahan tubuh Bu Siska mampu membawaku menjauh dari ingatan kepada Rani. Wanita paruh baya itu kini benar-benar bak dewi asmara yang membutakan nurani. Tubuh bongsor dengan payudara besar itu terus mengundang lidah dan mulutku untuk menjelajahi centi demi centi setiap permukaannya yang lembut dan halus. Sementara pemiliknya seperti tak mampu mengeluarkan suara selain rintih dan desah nikmat yang terus saja mengundang birahiku untuk meraup semua kenikmatan seksual darinya. Bahkan ia yang jauh hari sebelumnya kutahu adalah wanita penuh sopan santun dan cenderung sedikit aristokrat , kini tak tanggung-tanggung lagi mengeluarkan semua kosa kata jorok untuk sekedar mengimbangi kenikmatan dari permainan haram antara anak dan ibu angkatnya ini. “Oooouuhhhh yeesssshhhh …. jilaatinnnnn memeeekk … ibuuuu sayaaang …. oooohhhh geliiiinyaaa ….. ooouuhhh yessss ….. tussssuuuukkk deeeengaaannn aaahhh jariiiihhh kamuuuhhh sayaaangggg oooohhhhh … …. Koooocooookkkkk ….. hhhhhhhhhh ooouuuuhhhhh …. kamuuuhhh senaaaaangggg …. memeeeekkkk uuhhhh ibbuuuu saaaayaaaaangg …. hhhhh”“ “iyaaaahhh buuuu, srupppp”..aku asik menjilati bibir vagina berdinding merah itu. “ooohhhh … yyyaaaahhhh iiiyyaaaahhh .. mmmmmmhhhhhh ..ibuuuuhhhh mauu uuuhhh .. Keluuu ….aaarrrrkkkkk … aaahhhh … sedooootttt … memee ekkk kuuuuuhhh ooohh seddddooootttthhhhh aaahhhh … ennnaaaakkkhhhh sayaaaaangggg” ibu menjerit histeris, pertanda orgasmenya tiba. Padahal baru 10 menit saja aku menjilati kemaluannya. Mungkin sedotanku yang keras dan bertubi-tubi pada clitorisnya yang menyebabkan ibu secepat itu. Pahanya menjepit kepalaku keras, sampai sesak nafasku dibuatnya. Hanya sesaat, lalu melemah dan aku kembali dengan perlahan menjilati cairan yang mengalir dari rahim ibu, kutelan habis seperti orang yang kehausan. “oooohhhh …. sayang, ibu nggak tahan, maaf ya ??? Sekarang giliran ibu yang memuaskan kamu. Sini sayang, ibu mau coba penis kamu” “iiihh ibu, jorok ngomongnya!” sahutku sambil mencubit. Tapi aku tak menolak saat ibu meraih batang kemaluanku mendekat ke arah wajahnya, kini aku berdiri di lututku, menyodorkan penis besar dan keras itu ke wajah ibu yang sudah menganga. Kedua tanganku malah berpegangan pada kedua belahan dada yang empuk itu. Sambil meremas-remas lembut. “kan sekarang ibu istri kamu … hmmm …” ibu langsung menyambut dengan mengulum batang itu, mengocok dengan jari-jari lentiknya dan “aaaaaaaaauuuh ibuuuuuuhhhh …. ennnaaakkkkhhh,” sreeppp”..prrrrrtttttt”..clik clik clik bunyi penisku yang disedot mulut seksi Bu Siska. “ooouuhhh … buuuuhhhh … ennaaakkk …. Oooohhhhh … ibuuuuhh hh .. hhhhhh .. yes sshhhhh … hhhhhhaaaaaaaooooooohhhhhh … yeeesssss … ooohhhh seddoooottthhhh tee ruuuusssshhhhhh buuuuu …. ibuuuuuhhhhiiiiibbbuuuuuhhhhhoooohhhhhhh,” jeritku tak henti menikmati permainan lidah ibu yang menggelitik permukaan tepat di bawah kepala penisku. Tanganku semakin keras pula meremas buah dadanya. Aku berteriak sambil mendongak ke atas, ibu terus menyedot sambil menatap tingkahku yang seperti orang kesetrum listrik ribuan volt. Wajah cantik itu semakin menggairahkan dengan mulut yang penuh sesak oleh penisku. Tiba-tiba crooop”ibu menghentikannya. “oouuhhhhfff … kenapa bu”“ aku yang tanggung. “ibu mau lagi .., nggak tahan liatin kamu keenakan sendiri” “ Baik bu,” aku langsung berpindah karena ibu melepaskan penisku dari genggamannya “ibu diatas sayang, biar kamu puas mainin susu ibu,” “ibu tau aja selera saya”,” “iya harus dong, masa sih ibu ngga mau tahu kesukaan kamu, kamu kan sudah sering memuaskan ibu, adil kan kalo sekarang ibu berusaha memuaskan kamu “ aku rebahan di tempat tidur, telentang dengan penis yang tegang mendongak. Sejenak ibu menggenggamnya dan memandang heran. “pantesan ibu merasa sakit waktu pertama kali kita main, ukurannya segede ini, hiiiihh ngeri aaahhh”..,” “tapi ibu suka, kan”“ “iya dong, kalo tidak suka, ngapain juga ibu minta terus, ayo ah, udah nggak tahan,” ia langsung berjongkok dengan paha tepat diatas pinggangku. Tangannya mengarahkan rudal besar dan panjang itu tepat ke depan bibir vaginanya yang berbulu lebat sekali. Ibu menurunkan pantatnya, penisku masuk dengan lancar karena kemaluan ibu rupanya masih becek sisa liurku dan air maninya waktu kujilat tadi. Ia sedikit membungkuk mendekatkan susunya ke wajahku, aku langsung meraih, sebelah kiri dengan tangan kananku dan yang kanan dengan mulutku. Ibu langsung menggoyang naik-turun. Matanya nanar membiaskan nafsu birahi yang begitu dahsyat, pantatnya menghempas pahaku yang menimbulkan bunyi keciplak becek kemaluan kami yang saling terpaut dan menepuk. “Auuuuffff … hmmmmm enaakknyaahhh sayaaang …ooohhhh ,” “iyaaahhhh …. Buuu .. ssshhhhhh ooohhh .ibuuuuu ibuuu oohhhh, goyang yang kerasss buuuhhhh ooohhhh .ooohhhh mmmmm hhhh .yes ss..,” “hhhh niiikkmaaaatnyaaahhh kooonnnntooollll kamuuuu..buuuddd aaahhhh,” ibu rupanya tak lagi canggung mengucap kata-kata jorok tentang kemaluan kami. Desahannya pun semakin histeris. Apalagi saat aku dengan keras meremas buah dadanya yang besar itu. “ooohhhh . .memeeeekk . iiiibuuuu juuugaaaahhh . eeeennaaaakkkkhhh,” balasku mulai ikutan tak kalah jorok. “heeee … eeeennaaaakkkhhh maannaaaahh saaamaaahhh punyaa Raaaniiihhh ..,” ibu menghempas keras ”plaaakkk!!! Plaaakkk!!! Creekkk creeekk sreeep” “saamaaahhh enaaaakkhhhh ooohhhh memeeek ibuuu juggaaa njjeepiiit ooohhh,” aku mendorong keatas, “sreepppp blesss .. sreepp blesss” “gooommmbaaalll … manaaahhh bisaaahhh … ibuuu kaaan suudaaah tuaaaa aaahhh,” ibu meraih tanganku yang terlepas dari remasan susunya “taaapiiiihhh memeekk ibuuuuhhh jugaaaahh guuuuriiihhh enaaakhhhh,” kupintir-pintir putting susunya, ibu sampai terpejam sambil terus berteriak. “kooontooolll kamuuhh geedeee baaangeeethhh eeeehhhmmmm saaaayaanggg, mennto oookkkhhh”di rahiiimmm ibuuuuhhh.., sshhhh yesss remessshhhh susuuu ibu saaayyy,” Luar biasa memang seperti kata ibu, ukuran kontolku yang diatas rata-rata ini, sampai-sampai ibu yang sudah punya 2 anak menjerit-jerit merasakan keperkasaannya. Ibu merubah posisi, badannya menghadap samping, waktu menyamping tadi luar biasa nikmat gesekan vaginanya, kontolku seperti dipelintir. “oohhhh ibuuuuhhh enaaakkh”,” jeritku tertahan seketika karena tanpa jeda sedetikpun ia langsung menggoyang, kali ini berputar sehingga vaginanya seperti menyedot kemaluanku. Aku takmau kalah, kutarik putting susunya sebelah kiri hingga ibu berteriak dan semakin kencang bergoyang. “ooooohhhhhh aaaaaauuuhhhh yessshhhh .. piiiintttaaa arrr kamuuuuhhh”..,” “memeeeekhhhh ibuuuuhhhh … eeenaaakkhhhh buuuuuhhhh h oooohhhhh … ssssss hhhhhh … oooohhhh … gooyaaangggg aaahhhh..,” Ganti gaya lagi, setelah 10 menit begitu. Bu Siska menindihku sekarang, dengan pelan ia menggoyang pinggulnya. Aku asik meremas buah dadanya sambil mengadu lidah kami, saling sedot. “enaak..saaayaaangg ?“ desahnya bertanya “hooohhh mmmm enaakkk baaangeet uuhhh buuuuhhh .. memek ibuu bener-bener nikmaaat ….. ooohhh.,” “penis kamu jugaaaahhh …. ooohhhh nikmaatnyaaahh.., ibuuu sukaa bangeeett … kook bisa besar gitu yaah”“ “mana tau bu …. emang dari sononya ooohhh memek ibu juga kenapa bisa enak gini …. ihh aaahhhh .. ooohhhh …. goyang ibu jugaaahh … ooohhhh,” “aduh saying … ibu mauuuuu keluaaarrrrr shhhhh ooohhhhhh yesssss aaahhh, menthoook sayaaangggg ooohhhh..,” vaginanya menjepit, pelukannya semakin erat, aku tahu itu tandanya ibu sebentar lagi akan muncrat “ayooohhhh buuuu aaahhh vaagiiinaaa ibuuuu tammmbah denyuuttt enaaakhhh aahh shhhh oooohhhh ooohhhh, goyang lagiiiii buuuuu yang kerasshhhh ooohhhhh,” “pindaah sayang, kamu diatas, ayooohhhh tindih ibu,” ia meminta aku diatas, mungkin supaya lebih keras genjotannya. Kuturuti perintahnya, langsung kami bergulingan, masih berpelukan. Bu Siska kini di bawah, pahanya diangkat-angkat tinggi agar kemaluanku semakin mudah menusuk, lututnya sampai menyentuh buah dada. “yesss .yess yess ..yesss aahh ahhh ahhhh . genjot yang kerass sayang yang cepaaathhhh oooohhhhh,” aku mempercepat..dan tiba saatnya bagi Bu Siska, menegang, melepas cairan dalam rahimnya, melumuri sekujur penisku yang masih mengganjal dan menusuk-nusuk. Akhirnya beberapa detik setelah itu melemas. Aku masih mengocok meski pelan, kecantikan wajah mature di depanku ini membuat birahiku takkan pernah padam. “shhhh … ooohhh geliiiii sayang, geliii … hhhh stop dulu stop dulu say, ibu istirahat dulu uuuhhh …. nikmatnyaaahh.,” Bu Siska merintih kegelian merasakan desakan penisku yang tak kunjung jeda. Tangannya merangkul pinggangku dan mengeratkan pelukannya, pahanya menjepit sehingga aku sulit bergoyang. “aaahhh ibuuuu hhhh”.,” aku senewen juga karena tanggung, padahal saat itu penisku sedang tegang-tegangnya mengganjal. Terpaksa kuhentikan juga karena ibu terus merengek manja. “maapin ibu say, ibu nggak kuat layani kamu..,” Bu Siska mencoba menghibur dengan menciumku. “habiiisss ibu nggak bisa nahan sih, jadi kan saya tanggung bu”,” “ya sudaaah ntar ibu kasih lagi, tapi kasi ibu waktu beberapa menit aja ya”“ katanya seraya melepaskan pelukan. Badannya digeser ke samping, otomatis penisku terlepas, ibu sampai terpejam meresakan gelinya. “huuuuooohhh … giliran ibu deh yang nggak sanggup, padahal dulu waktu pertama kali kepingin sama kamu, ibu sampai mimpi bisa lama-lama mainnya, say”,” Bu Siska berkata sambil berbaring disebelah kananku. Kami sama-sama menghadap ke atas, memandang langit-langit kamar ibu yang luasnya dua kali kamarku itu. “Sejak kapan sih ibu punya keinginan begini”“ “sejak lama.., waktu tahu suami ibu main serong sama cewek lain,” “maksud ibu sejak tahun lalu”“ “nggak say, jauh sebelumnya… kira-kira lima tahun yang lalu, waktu ibu pertama ngajak kamu ke Jakarta,” “Haaah”“ aku terkejut “waktu itu kan, saya masih SMP bu”“ “yaaahhh itulah sebabnya waktu itu kamu masih terlalu muda sehingga ibu nggak tega minta itu sama kamu,” “trus ?“ “Hmmmm kenapa sekarang ya, bu ?“ aku penasaran juga, jawaban Bu Siska tadi membuat aku berfikir untuk mengetahui pandangannya tentang aku, yang utuh dan jujur. Tentu ini menarik karena bagaimanapun kuanggap ini adalah peristiwa yang sangat berarti bagiku, yang telah merubah hidup dan pandanganku tentang wanita. Terutama perspektifku terhadap hubungan seksual. Sampai-sampai aku lupa kalau belum “tuntas” “Boleh ibu cerita panjang lebar, say”“ Ibu bertanya, “itu yang ingin saya dengar, bu, tapi .hmmmmm,” aku ragu mengatakannya, “apa sayang ?“ ia mengecup bibirku “Mau lagi ya ?“ rupanya Bu Siska tahu juga. Mungkin karena dirabanya penisku yang tegang itu. Aku tak menjawab, kubiarkan ibu men-service aku kali ini. “kenapa diam aja say”“ “kan saya belum keluar bu, boleh kan”“ aku merajuk sambil kembali menindihnya. “ iya sayang, ibu juga nggak mau kamu nanggung gitu, ayo sayang”.., mmmhhh ssss hhh ini yang ibu suka dari kamu … mainnya selalu panaassshhhh … ooohhhh sedoott susu ibu saaayyy …. ssshhhh nikmatnyaaaahhhh”. Jadilah kami bertempur lagi, hasilnya kali ini kami keluar bersamaan, ibu yang duluan menyembur, aku menyusul beberapa detik setelah itu. Aahhh nikmatnya Bu Siska, ibu angkatku, Kekasih gelapku! Ceritadewasa 18 ++. Sebagai seorang wanita yang cantik, Dina memiliki hampir segala yang diimpikan kaum wanita. Parasnya ayu, manies dan selalu enak dipandang. Bentuk hidung, mata, alis, bulu mata hingga ke garis pipi yang tertata indah bak bulu perindu diatas bintang timur diwaktu senja. Posturnya tubuhnya sangat ideal untuk seorang wanita.
Saya adalah salah seorang pemudausia 32 tahun. studi S1 di salah satu kota terkenal di selesai kuliah saya pernah berpacaran dengan seorang gadis anak sederhana, dandari keluarga yang pas pasan. Dia sendiri sudah ditinggal oleh bapak danibunya. Sekarang dia tinggal dengan bibinya. Saya sebut saja namanya ica. Icaberhenti sekolah SLTP kelas dua. Selama saya pacaran dengan ica banyak hal yang telah kami lakukan termasuk berhubunganintim. Memang sangat menyenangkan, apalagi ica orangnya sangat baik, cantik danmengairahkan. Setelah saya mendapat tawaran kerja di luar pulau jawa, tepatnyadi papua. Saya tidak dapat bertemu dan berkencaan lagi dengan ica. Dengankehidupan seperti ini, berjauhhan hati serasa masih satu sedangkan tuntutanbadaniah ternyata berbeda. Ica akhirnya memiliki seorang pacar baru sedang sayahanya dapat menerima kenyataan dengan pasrah. Hari berganti hari kabar dari icapun saya terima bahwa dia mengaku dirinya telah hamil oleh pacarnya dansekarang telah hilang entah kemana. Sangat menyedihkan nasipnya. saya tergugahdan saya bersedia merawat dia dan bayinya. Saya meminta dia untuk merawatbayinya sampai saya kembali dan akan memeliharanya. Setiap bulan saya menanggungbiaya mereka berdua. Dengan memberi nafkah sebagai seorang bekas pacar. Setelahsaya kembali ke jawa, saya bertemu dengan ica dengan memperkenalkan danmenunjukan bahwa anaknya seorang cewek, cantik dan baru berusia 10 membelikan sebuah rumah buat merekatinggal dan saya sendiri juga menikah dengan gadis pilihan saya. Saya tidakbisa memungkiri betapa saya sangat memprihatinkan nasip ica. Dikala senggangsaya datang berkunjung dan melihat keadaan mereka. Saya seperti seorang ayahsaja bapak saja terhadap mereka, padahal saya hanya membantu mereka. Waktuberjalan dan suatu hari ica menyatakan akan pergi dan mau menitipkan anaknyapada saya. Setelah pergi saya baru tahu kalau dia pergi dengan seorang cowokbarunya. Dan meninggalkan anaknya yangg saat itu baru berusia 3 th. saya jadiserba salah. Harus ngapain. Sedangkan untuk membawa dan menunjukan ke istrisaya tidak berani. Saya akhirnya mencarikan seorang pembantu buat anak ica. Dansaya mengatakan bahwa meta adalah anak saya dan saya meminta dia merawat karnasaya sering bepergian keluar kota untuk usaha dan bisnis. Sambil kadan kalasaya menginap dan datang kesana untuk melihat keadaan meraka. Hari bergantihari sambil menjalani hidup saya telah memiliki anak dari istri saya bernama sendiri selama ini tahunya bahwa saya adalah ayahnya. Saya sendiri kalauada waktu menyempatkan diri untuk merawat meta, mulai dari mengajak bermain danmemandikanya. Saya dan meta sering mandi bareng. Dan tanpa saya sadari metasemakin besar dan tumbuh menjadi anak yang cantik. suatu saat sewaktu saya mandibareng meta. Saya sangat merasa lain dalam diri saya. Meta dengan usia 9 th,betul betul membuat saya berpikir aneh. Saya memandikanya dengan lembutmenyabuni dan saya tidak sadar saya meremas dan mengelus elus kemaluanya. Halitu membuat saya terangsang dan kontol saya seketika bangun. Hal itu dilihatoleh meta karna memang posisi kita sama sama telanjang. Dan hal itu sebelumnyatidaklah memalukan bagi kami. Dengan kejadian itu, meta sering kali memintasaya memandikannya dan meminta saya untuk mengelus elus memeknya. Saya kira halitu sangat menyenangkan Be continued…
Akumasa bodo deh denger ibu - ibu berkicau yang penting aku bisa liat terus Mbak Aning yang sesekali juga ngelirik aku , kalau bertatapan aku senyum doi juga dong . Cairan bening aku dijilatin sambil matanya memandang arah mata aku , seolah butuh pengakuan atau komentar Aku cuma bisa angkat 2 jempol , bravo go ahead Can . cerita seks AnisTeng! Jam dinding berdentang satu kali. Malam semakin larut, tapi Anis masih duduk di ruang tengah. Sejak tadi matanya sulit terpejam. Baru beberapa jam yang lalu Ibu Mas Iqbal, suaminya, menelepon, “Nis, Alhamdulillah, barusan ini keponakanmu bertambah lagi…” suara ibu terdengar sumringah di ujung sana.“Alhamdulillah… laki-laki atau perempuan, Bu?” Anis tergagap, kaget dan senang. Sudah seminggu ini keluarga besar Mas Iqbal memang sedang berdebar-debar menanti berita Dini, adik suaminya, yang akan melahirkan.“Laki-laki. Cakep lho, Nis, mirip Mas-mu waktu bayi” Ibu tertawa bahagia. Dini memang adik yang termirip wajahnya dengan Mas Iqbal.“Selamat ya, Bu, nambah cucu lagi. Salam buat Dini, Insya Allah besok pulang kerja, Anis dan Mas Iqbal akan jenguk ke rumah sakit.” janji Anis sebelum menutup pembicaraan dengan Ibu yang sedang menunggu Dini di rumah menutup telepon, Anis termenung sesaat. Ia jadi teringat usia pernikahannya yang telah memasuki tahun ke lima, tapi belum juga ada tangis si kecil menghiasi rumah mereka. Meskipun demikian ia tetap ikut merasa sangat bahagia mendengar berita kelahiran anak kedua Dini di usia pernikahan mereka yang baru tiga tahun.“Kok melamun?!” Mas Iqbal yang baru keluar dari kamar mandi mengagetkannya. Ia memang pulang agak malam hari ini, ada rapat di kantor katanya. Air hangat untuk mandinya sempat Anis panaskan dua kali tadi.“Mas, ibu tadi mengabari, Dini sudah melahirkan. Bayinya laki-laki,” cerita Anis.“Alhamdulillah… Dila sudah punya adik sekarang,” senyum Mas Iqbal sambil mengeringkan rambutnya, tapi entah mengapa Anis menangkap ada sedikit nada getir dalam suaranya. Anis menepis perasaannya sambil segera menata meja menyiapkan makan Isya’an bersama, Mas Iqbal segera terlelap, seharian ini ia memang lelah sekali. Anis juga sebenarnya agak lelah hari ini. Ia memang beruntung, selepas kuliah dan merasa tidak nyaman bekerja di kantor, Anis memutuskan untuk membuat usaha sendiri temannya yang seorang notaris, akhirnya Anis mendirikan perusahaan kecil-kecilan yang bergerak di bidang design interior. Anis memang berlatar pendidikan bidang tersebut, ditambah lagi ia punya bakat seni untuk merancang sesuatu menjadi indah dan menarik. Bakat yang selalu tak lupa seiring dengan kemajuan dan kepercayaan yang mereka peroleh, perusahaannya sedikit demi sedikit mulai dikenal dan dipercaya masyarakat. Tapi Anis merasa itu tidak terlalu melelahkannya, semua dilakukan semampunya saja, sama sekali tidak memaksakan diri, malah menyalurkan hobi dan bakatnya merancang dan mendesign sesuatu sekaligus mengisi waktu sebabnya sesekali saja Anis agak sibuk mengatur ketika ada pesanan mendesign yang datang, selebihnya teman-teman yang mengerjakan. Waktu Anis terbanyak tetap buat keluarga, mengurus rumah atau masak buat Mas Iqbal meski ada Siti yang membantunya di rumah, menurutnya itu tetap pekerjaan nomor tahun pernikahan adalah bukan waktu yang sebentar. Awalnya Anis biasa saja ketika enam bulan pertama ia tak kunjung hamil juga, ia malah merasa punya waktu lebih banyak untuk suaminya dan merintis kariernya. Seiring dengan berjalannya waktu dan tak hentinya orang bertanya, dari mulai keluarga sampai teman-temannya, tentang kapan mereka menimang bayi, atau kenapa belum hamil juga, Anis mulai saran dari banyak orang, Anis mencoba konsultasi ke dokter kandungan. Seorang dokter wanita dipilihnya. Risih juga ketika menunggu giliran di ruang tunggu klinik, pasien di sekitarnya datang dengan perut membuncit dan obrolan ringan seputar kehamilan mereka. Atau ketika salah seorang diantara mereka bertanya sudah berapa bulan kehamilannya.“Saya tidak sedang hamil, hanya ingin konsultasi saja” senyum Anis sabar meski dadanya berdebar, sementara Mas Iqbal semakin pura-pura asyik dengan korannya. Anis bernafas lega ketika dokter menyatakan ia sehat-sehat saja. Hindari stress dan lelah, hanya itu berlalu. Di tengah kebahagiaan rumah tangganya, ada cemas yang kian mengganggu Anis. Kerinduan menimang bayi semakin menghantuinya. Sering Anis gemas melihat tingkah polah anak-anak kecil disekitarnya, dan semakin bertanya-tanya apa yang terjadi dengan dirinya. Setelah itu mulailah usaha Anis dan suaminya lebih gencar dan serius mengupayakan Anis menangis ketika semakin gencar pertanyaan ditujukan padanya atau karena cemas yang kerap mengusik tidurnya. Mas Iqbal selalu sabar menghiburnya, “Anis, apa yang harus disedihkan? Dengan atau tanpa anak, rumah tangga kita akan berjalan seperti biasa. Aku sudah sangat bahagia dengan apa yang ada memang tahu kapan Anis sedang mendalam sedihnya dan harus dihibur agar tidak semakin larut dalam kesedihan. Di saat-saat seperti itu memang cuma suaminya yang paling bisa menghiburnya, tentu saja disamping do’a dan berserah dirinya pada Tuhan. Kadang Anis heran kenapa Mas Iqbal bisa begitu sabar dan tenang, seolah-olah tidak ada apapun yang Anis juga bukan selalu berada dalam kondisi sedih seperti itu. Sesekali saja ia agak terhanyut oleh perasaannya, biasanya karena ada faktor penyulutnya, yang mengingatkan ia akan mimpinya yang belum terwujud itu. Selebihnya Anis bahagia saja, bahkan banyak aktivitas atau prestasi yang juga tidak pernah menyalahkan teman-temannya kalau ketika sesekali bertemu obrolan banyak diisi tentang anak dan seputarnya. Buatnya itu hal biasa, usia mereka memang usia produktif. Jadi wajar saja kalau pembicaraan biasanya seputar pernikahan, kehamilan, atau perkembangan anak-anak mereka yang memang semakin lucu dan menakjubkan, atau cerita lain seputar kadang-kadang, sesekali ketika Anis sedang sedih, rasanya ia tidak mau mendengar itu dulu. Anis senang juga jika ada yang berusaha menjaga perasaannya diwaktu-waktu tertentu, dengan tidak terlalu banyak bercerita tentang hal tersebut, bertanya, atau malah menyemangati dengan do’a dan dukungan agar sabar dan yakin akan datangnya si kecil menyemarakkan rumah tersadar dari lamunannya. Diminumnya segelas air dingin dari lemari es. Sejuk sekali. Meskipun malam tapi udara terasa pengap. Anis meneruskan tidurnya. Dalam lelap ia bermimpi bermain bersama beberapa gadis kecil. Senang sekali.***Siang keesokan harinya, Anis sedang merancang sebuah ruang pameran di kantornya. Ada festival Islam yang akan digelar, mungkin karena tidak banyak designer interior berjilbab rapi seperti Anis, ia dipercaya merancangnya. Ketika sedang mencorat-coret gambar, Fitri mengejutkannya, “Mbak Anis, ada tamu yang mau bertemu.“Dari mana, Fit?” tanya Anis.“Katanya dari Yayasan Amanah, mbak, tanya soal aplikasi mbak Anis bulan kemarin.”“Oh itu. Iya deh, saya ke depan sepuluh menit lagi.” jawab berbincang-bincang dengan tamunya, akhirnya Anis menyepakati mengangkat salah satu anak yatim yang diasuh yayasan tersebut sebagai putra asuhnya. Namanya Safiq. Anis memang selalu menyisihkan rezekinya untuk mereka yang membutuhkan. Dan kali ini, ia berniat untuk menyantuni dan mengasuh Safiq seperti anaknya sendiri, itupun setelah dimusyawarahkan dengan mulai saat itu, Safiq yang berusia 12 tahun, tinggal bersama Anis dan anak’, membawa banyak hikmah bagi Anis. Ia jadi semakin teliti dan perhatian. Apapun kebutuhan Safiq berusaha ia penuhi. Mulai dari baju hingga mainan, juga kebutuhan sekolah bocah itu yang tahun depan mau masuk SMP. Anis juga mencurahkan seluruh kasih sayangnya pada Safiq, hingga mas Iqbal yang merasa tersisih, sempat melayangkan protes sambil bercanda, Hmm, gimana kalau punya anak beneran ya, bisa-bisa aku nggak boleh tidur di cuma tertawa menanggapinya. Ah, mas bisa aja. dia mencubit pinggang laki-laki itu. Dan selanjutnya merekapun bergumul di ranjang untuk memuaskan satu sama lain, sambil berharap persetubuhan kali ini akan membuahkan paginya, seperti biasa, Anis menyiapkan sarapan bagi Safiq. Tidak terasa, sudah hampir tiga bulan bocah itu tinggal bersamanya. Dan Anis merasa senang sekaligus bersyukur, karena pilihannya ternyata tidak salah, Safiq sangat pintar dan baik. Anak itu tidak nakal, sangat menurut meski agak sedikit Fiq? tanya Anis menanyakan sebabnya saat mereka sarapan bersama. Saat itu mas Iqbal sudah berangkat ke kantor, sedangkan Safiq masuk itu terdiam, hanya jari-jari tangannya yang bergerak memainkan bulatan bakso di atas nasi apa-apa, ngomong saja sama Umi. kata Anis. Dia memang menyuruh Safiq untuk memanggilnya dengan panggilan Umi sedangkan untuk mas Iqbal nggak, Mi. Safiq masih tampak menatapnya. Di usianya yang baru beranjak remaja, bocah itu terlihat tampan. Kalau besar nanti, pasti banyak gadis yang akan terpikat kepadanya. Umi nggak akan marah. kata Anis lagi, penuh dengan menggeleng, dia menundukkan kepalanya semakin Anis pun mendekatinya. Tidak apa-apa kalau kamu nggak mau bilang, umi nggak akan maksa. Dipeluknya bocah kecil itu, diletakkannya kepala Safiq di atas gundukan buah dadanya. Ia biarkan Safiq menangis di kalau Umi sudah membuatmu takut. ucap Anis penuh nada penyesalan, ia memang tidak berharap perbincangan ini akan berakhir seperti mereka berpelukan, hingga Anis merasa tangis Safiq perlahan mereda dan akhirnya benar-benar berhenti. Ia sudah akan melonggarkan dekapannya saat merasakan sesuatu yang lembut mengendus dan menyundul-nyundul pelan buah dadanya. Ah, Safiq! Apa yang kamu lakukan? Anis memang cuma mengenakan daster longgar saat itu, hanya saat keluar rumah atau ada tamu pria, ia mengenakan Anis melirik ke bawah, dilihatnya si bocah yang kini berusaha mencium dan menyusu ke arah buah dadanya. Safiq! Anis menegur, tapi dengan suara dibuat selembut mungkin, takut membuat bocah itu kembali mengkerut. Padahal dalam hati, Anis benar-benar mengutuk aksinya yang sudah kurang mendongakkan kepala, M-maaf, Mi. suaranya parau, sementara tubuhnya gemetar tega, Anis segera memeluknya kembali. Tidak apa-apa, tapi jangan diulang lagi ya. Itu tidak boleh. ia membelai rambut Safiq penuh rasa mengangguk. Maaf, Mi. Safiq cuman pengen tahu gimana rasanya terkejut, Emang kamu belum pernah? tanyanya tak kan yatim piatu dari kecil, Mi. Jangankan nenen, siapa ibu Safiq aja nggak ada yang tahu. Safiq ditinggal di depan pintu yayasan. jawab bocah itu dengan meneteskan air mata mendengarnya, ia mendekap dan mengelus kepala Safiq lebih erat lagi. Setelah terdiam cukup lama, Anis akhirnya membuka suara, Bener kamu pengen nenen? tanyanya dengan suara berat. Keputusan sudah ia ambil, meski itu awalnya begitu menganggukkan ya, cuma nenen? tanya Anis sambil memandang Mi. angguk Safiq jangan ceritakan ini sama orang lain, termasuk pada Abi. Karena anak sebesar kamu sudah tidak seharusnya nenen pada Umi, ini tidak boleh. Tapi karena kasihan, Umi terpaksa mengabulkannya. terang Anis, terbersit nada getir dalam Mi. Safiq janji. kata bocah kecil dengan perlahan Anis pun menurunkan dasternya hingga buah dadanya yang besar terlihat jelas. Meski masih tertutup BH, benda itu tampak begitu indah. Ukurannya yang di atas rata-rata membuatnya jadi tampak sesak. Anis segera membuka cup BH-nya, tanpa ada yang menyangga, bulatan kembar itupun terlontar dengan kerasnya hingga sanggup membuat mata bulat Safiq makin melotot Safiq memanggil, tapi pandangannya sepenuhnya tertuju pada area dada sang ibu angkat yang kini sudah terbuka lebar, siap untuk ia katanya mau nenen? kata Anis sambil menarik salah satu bulatan payudaranya ke depan, memberikan putingnya yang merona merah pada ada benda mulus menggiurkan yang mendekat ke arah mulutnya, Safiq pun membuka bibir, dan mencaplok puting Anis dengan perlahan, Ahm… lenguh mereka berdua hampir bersamaan. Anis kegelian karena ada lidah basah yang melingkupi ujung payudaranya, sedangkan Safiq merasa nikmat mendapat benda yang selama ini ia jangan keras-keras, Fiq. Sakit! desis Anis di sela-sela jilatan sang anak angkat. Ia mulai merasa merinding, jilatan Safiq mengingatkannya pada mas Iqbal, yang biasa melakukannya sebelum mereka tidur. Meski aksi Safiq terasa agak sedikit kaku, tapi sensasi dan rasanya tetaplah itu, Safiq dengan tak sabar dan penasaran terus menyusu. Mulutnya dengan liar bermain di gundukan payudara Anis. Tidak cuma yang kiri, yang kanan juga ia perlakukan sama. Kadang Safiq malah membenamkan wajahnya di belahan payudara Anis yang curam, dan membiarkan mukanya dikempit oleh bulatan kenyal itu, sambil tangannya mulai meremas-remas Fiq. rintih Anis mulai tak sadar. Ia menekan kepala bocah itu, berharap Safiq mempermainkan payudaranya lebih keras yang gelagapan berusaha mencari udara, digigitnya salah satu puting Anis hingga umi-nya itu menjerit Fiq! Apaan sih, sakit tahu! Anis mendelik marah, tapi melihat muka Safiq yang memerah dan nafasnya yang ngos-ngosan, iapun akhirnya mengerti. Eh, maaf. Umi nggak apa-apa, Mi. Safiq tersenyum, kedua tangannya masih hinggap di dada Anis dan terus meremas-remas ringan kamu suka? tanya Anis sambil membelai kepala Safiq penuh rasa bocah mengangguk, Iya, lagi? tanya mengangguk, senyumnya terlihat semakin begitu, ayo sini. Anis pun menarik kepala bocah itu dan ditaruhnya kembali ke atas gundukan sampai siang, Safiq terus menyusu di bongkahan payudara Anis, sang ibu angkat yang masih berusia muda, tidak lebih dari 30 tahun. Dengan payudara yang masih mulus sempurna, Safiq benar-benar dimanjakan. Ia menjadi bocah yang paling beruntung di dunia. Sementara Anis juga merasa senang karena kini ia menjadi semakin intim dan akrab dengan sang putra angkat yang sangat ia sayangi.***Rutinitas itu terus berlangsung. Kapanpun dan dimanapun Safiq ingin, asal tidak ada orang -terutama mas Iqbal- Anis dengan senang hati menyusuinya. Dan seperti yang sudah dijanjikan, Safiq memang tidak pernah meminta lebih. Bocah itu cuma meremas dan menghisap, tidak macam-macam. Ditambah lagi, sama sekali tidak ada nafsu ataupun birahi dalam setiap jilatannya, Safiq benar-benar murni melakukannya karena pengen semua itu berubah saat Safiq naik ke jenjang SMP…Umur yang bertambah membuat pikiran bocah itu semakin berkembang. Dari yang semula cuma nenen biasa, kini berubah menjadi jilatan mesra yang sangat lembut namun sangat menggairahkan. Remasan bocah itu juga semakin bervariasi; kadang keras, kadang juga lembut. Kalau menghisap puting yang kiri, Safiq memijit dan memilin-milin yang kanan, begitu pula bukannya tidak mengetahui hal itu. Ia sudah bisa menebaknya saat melihat penis Safiq yang sedikit ereksi saat mereka sedang melakukan ritual itu. Tapi Anis pura-pura tidak tahu dan mendiamkannya saja. Toh Safiq juga tidak berbuat macam-macam, anak itu tetap sopan’. Malah Anis yang panas dingin, itu karena ukuran penis Safiq yang saat ini sudah melebihi punya mas Iqbal, padahal usia bocah itu masih sangat saat membangunkan Safiq untuk sholat subuh, Anis disuguhi pemandangan baru lagi. Saat itu Safiq masih tertidur lelap, tapi tidak demikian dengan penisnya. Benda itu sedang berdiri dan menjulang begitu tegarnya. Sempat Anis terpana dan terpesona untuk beberapa saat, tapi setelah bisa menguasai diri, ia segera membangunkan sang putra, Fiq, ayo sholat cuma menggeliat lalu meneruskan tidurnya. Anis jadi tergoda. Apalagi sekarang di depannya, penis Safiq jadi kelihatan lebih menantang. Ukurannya yang begitu besar membuat Anis tercengang, dengan warna coklat kehitaman dan kepala’ yang masih kelihatan imut Safiq baru bulan kemarin disunat, benda itu jadi terasa seperti magnet bagi hati berdebar dan penuh perhitungan, takut dipergoki oleh sang suami -juga takut bila Safiq tiba-tiba bangun- Anis mulai mengocok benda panjang itu perlahan-lahan. Saat diperhatikannya Safiq tetap tertidur, malah bocah itu seperti menikmatinya -terlihat dari desah nafasnya yang semakin memburu dan tarikan lirih karena terangsang- Anis pun mempercepat sangat bersalah, dengan tergopoh-gopoh Anis segera membersihkannya. Saat itulah, Safiq tiba-tiba terbangun. Eh, umi… gumamnya tanpa tahu apa yang mengelap sisa sperma Safiq ke ujung dasternya, Ayo sholat dulu, sayang. katanya dengan nada suara dibuat senormal mungkin, padahal dalam hati ia sangat memperhatikan cairan putih kental yang berceceran di perutnya. Untuk yang ini, Anis tidak sempat membersihkannya. Ini apa, Mi? Safiq mengambil cairan itu dan mempermainkan di ujung jarinya, lalu mengendusnya ke hidung. Ih, baunya aneh. bocah itu tersenyum, Tidak apa-apa, itu tandanya kamu sudah mulai memandang umi-nya, Dewasa? Safiq nggak ngerti. Maksud Umi apaan? Umi jelaskan, sekarang mandi dulu ya. Anis membimbing putra kesayangannya turun dari menggeleng, Nggak mau ah, Mi. Dingin!Eh, harus. Kalau nggak, nanti badanmu kotor terus. Ini namanya mandi besar. terang besar? tanya Safiq, lagi-lagi tidak iya. Kamu kan belum pernah melakukannya. Ya udah, ayo Umi ajarin. Anis mengajak Safiq untuk beranjak ke kamar ruang tengah, dilihatnya mas Iqbal kembali tidur setelah menunaikan sholat subuh. Sudah kebiasaan laki-laki itu, malam melek untuk sholat tahajud, habis subuh tidur lagi sampai waktu sarapan tiba. Dengan bebas Anis membimbing Safiq masuk ke kamar bajumu, katanya dengan patuh melakukannya. Ia tidak risih melakukannya karena sudah biasa telanjang di depan ibu angkatnya. Tak berkedip Anis memperhatikan penis Safiq yang kini sudah mengkerut dan kembali ke ukuran baca Bismillah, lalu niat untuk menghilangkan hadast besar. kata Safiq baru dapat hadast besar ya? tanya Safiq pada ibu angkatnya yang cantik dengan sabar menjawab, Iya, kamu tadi mimpi enak kan? mengangguk, Iya sih, tapi Safiq sudah lupa ngimpiin masalah, itu namanya kamu mimpi basah. Itu tanda kedewasaan seorang laki-laki. Dan sehabis dapat mimpi itu, kamu harus mandi besar biar badanmu suci lagi. sahut mengangguk mengerti. Terus, selanjutnya apaan, Mi?Selanjutnya… basuh kemaluanmu seperti ini, Anis meraih penis Safiq dan mengguyurnya dengan air. Ajaib, bukannya mengkeret karena terkena air dingin, benda itu malah mendongak kaku dan perlahan kaku dan menegang karena usapan tangan enak… Safiq jadi serba salah, cepat ia menarik tangannya. Eh,Tapi Safiq dengan kuat menahan, Lagi, Mi… enak, pandangan mata yang sayu dan memelas itu, Anis jadi tidak tega untuk menolak. Tapi sebelumnya, ia harus memastikan segalanya aman dulu. Dikuncinya pintu kamar mandi, lalu ia berbisik pada sang putra. Jangan berisik, nanti Abimu bangun. sambil tangan kanannya mulai mengocok pelan batang penis mengangguk. Yang kurang ajar, untuk meredam teriakannya, ia meminta nen pada Anis. Plis, Mi. Safiq nafas -karena merasa dipecundangi- Anis pun memberikan bongkahan payudaranya. Jadilah, di kamar mandi yang sempit itu, ibu serta anak yang seharusnya saling menghormati itu, melakukan hal buruk yang sangat dilarang agama. Safiq menggelayut di tubuh montok ibu angkatnya, sambil mulutnya menyusup ke bulatan payudara dan kental sekali cairan itu, meski tidak seputih yang pertama, tapi pemandangan itu sudah cukup membuat Anis jadi horny. Wanita itu merasakan celana dalamnya jadi basah. Tapi tentu saja ia tidak mungkin menunjukkannya pada Safiq, bocah itu tidak akan mengerti. Jadi cepat-cepat ia bersihkan semuanya, takut mas Iqbal yang sedang tertidur di ruang tengah tiba-tiba bangun dan memergoki ulah Safiq menarik nafas panjang sambil mendesah puas, Terima kasih, Mi. Nikmat banget. Badan Safiq jadi mengangguk mengiyakan. Sudah, sekarang mandi sana. Ulangi semuanya dari tersenyum, dan dengan bimbingan dari ibu angkatnya yang cantik, iapun melakukan mandi wajib saat itu, level permainan mereka jadi sedikit meningkat. Anis tidak cuma memberikan payudaranya, tapi kini juga harus memuaskan Safiq dengan tangannya. Dan si bocah, tampak senang-senang saja menerimanya. Siapa juga yang bakal menolak kenikmatan seperti itu. Dan sampai saat ini, Anis masih belum juga hamil, padahal ia dan mas Iqbal tidak pernah lelah dibuktikan Safiq saat mereka berbincang berdua sambil menunggu mas Iqbal yang bekerja lembur. Berdua mereka duduk di sofa ruang tengah, di depan televisi. Mereka mengobrol banyak, mulai dari sekolah Safiq hingga saat-saat intim mereka berdua yang menjadi semakin sering. Kamu nggak bosen nenen sama Umi?Dengan mulut penuh payudara, Safiq berusaha untuk menjawab, Ehm… enggak, Mi. Susu umi enak banget!Saat aku kocok gini, enak juga nggak? tanya Anis yang tangannya mulai menerobos ke dalam lipatan sarung melenguh pelan saat merasakan jari-jari Anis melingkupi batang kemaluannya dan mulai mengocok pelan benda coklat panjang itu. Hmm, enak, Mi. sahutnya tersenyum, dan melanjutkan aksinya. Terus ia permainkan batang penis sang putra angkat hingga Safiq melenguh kencang tak lama kemudian. Badan kurusnya kejang saat spermanya berhamburan mengotori sarung dan tangan Anis. Mereka terdiam untuk beberapa saat. Anis memperhatikan tangannya yang belepotan sperma, dan selanjutnya mengelapkan ke sarung kasih, Mi. gumam Safiq di sela-sela pelukan mengecup pipinya lalu membimbing anak itu untuk pindah ke kamar, sekarang sudah waktunya untuk tidur. Tapi Safiq tidak langsung beranjak, ia tetap duduk di sofa, sementara Anis sudah berdiri di hadapannya. Safiq menengadah memandangnya dengan tatapan sayu. Dengan nada bergetar, bocah itu berucap, Safiq sayang Umi, sambil mulutnya mendekat untuk mencium kemaluan jadi bingung, mau menolak, tapi takut membuat Safiq kaget dan malu. Dibiarkan, ia tahu apa yang diinginkan bocah kecil itu. Belum sempat menjawab, tangan Safiq sudah menyusup ke balik dasternya untuk mengusap paha Anis dari luar. Dan terus makin ke atas hingga menemukan CD yang membungkus pantat tebakannya itu ternyata salah. Memang Safiq cuma mencium pelan, hanya bagian luar yang dijamah oleh bocah kecil itu. Tapi itu cuma awal-awal saja, karena selanjutnya, saat melihat tidak ada penolakan dari diri Anis, iapun melakukan yang sebenarnya, Safiq mengangkat salah satu kaki Anis ke sandaran sofa hingga kini selangkangan sang ibu angkat terbuka jelas di depan Anis melenguh, tubuh sintalnya mulai bergetar. Ia yang awalnya ingin menolak, kini malah terdiam mematung. Anis pasrah saja saat bibir kemaluannya mulai disentuh oleh Safiq, dari mulai jilatan yang sopan hingga semakin lama menjadi semakin gencar. Akhirnya Anis malah merapatkan kemaluannya ke bibir Safiq dan tanpa sadar mulai menggoyangkan Anis merasakan lidah Safiq semakin kuat menari dan menjelajahi seluruh lekuk kemaluannya. Ia merasakan cairan kewanitaannya semakin deras mengalir seiring dengan rangsangan Safiq yang semakin kuat. Entah darimana bocah itu belajar, tapi yang jelas, jilatan dan hisapannya sungguh terasa yang tidak mengetahui kalau Anis akan mencapai puncak, terus menghisap kuat-kuat disana. “Uuhh…” didengarnya sang ibu angkat melenguh sambil menghentak-hentakkan pinggulnya. Dari dalam lubang surga yang tengah ia nikmati, mengalir deras cairan bening yang terasa agak sedikit kecut. Baunya pesing, seperti bau air Safiq menarik kepalanya, tapi tak urung, tetap saja beberapa tetes air mani itu membasahi mukanya. Diperhatikannya Anis yang saat itu masih merapatkan kaki dengan tubuh mengejang-ngejang pelan. Selanjutnya, tanpa suara, istri Iqbal itu jatuh lunglai ke atas sofa, menindih badan kurus Safiq ke dalam terdiam untuk beberapa saat. Anis berusaha untuk mengatur nafasnya, sementara Safiq dengan polos melingkarkan tangan untuk mengusap-usap bokong bulat Anis yang masih terbuka kamu b-belajar seperti i-itu, Fiq? tanya Anis saat gemuruh di dadanya sedikit mulai memandangnya, Dari Umi, jawabnya ngawur kamu, Umi nggak pernah ngajarin yang seperti itu. sergah Anis sedikit nggak pernah, tapi Umi pernah memintanya. sahut Maksud kamuSafiq pun berterus terang. Kemarin ia memergoki kedua orang tua angkatnya bercinta di ruang tengah, di sofa dimana mereka tengah berpelukan sekarang. Saat itu Anis meminta agar mas Iqbal mengoral kemaluannya, tapi laki-laki itu menolak dengan alasan jijik dan dilarang oleh ajaran agama. Anis memang kelihatan kecewa, tapi bisa sudah salah paham, Fiq, di luar dugaan, bukannya senang, Anis malah terlihat Mi? tanya Safiq menjilat, kamu pasti akan melakukan hal lain, seperti yang kamu tonton kemarin malam. Benar kan? tuduh terdiam, tidak tahu harus menjawab apa. Memang sempat terbersit di hati kecilnya untuk melakukan apa yang sudah diperbuat kedua orang tua angkatnya. Sepertinya nikmat sekali. Sebagai seorang remaja yang baru tumbuh, ia jadi penasaran, dan ingin merasakannya juga. Safiq sama sekali tidak mengetahui kalau itu sangat-sangat dilarang dan tidak ini salah Umi juga. keluh Anis, pelan ia menarik tubuhnya dan duduk di sisi Safiq. Tangan Safiq yang terulur untuk memegangi bongkahan payudaranya, ditepisnya dengan halus. Safiq jadi terdiam dan menarik diri. Anis merapikan bajunya Mi. lirih Safiq dengan muka menunduk, sadar kalau sudah melakukan kesalahan apa-apa. Tapi mulai sekarang, jangan nenen sama Umi lagi, kamu sudah besar. putus Anis sambil bangkit dan beranjak menuju kamar, meninggalkan Safiq sendirian di ruang tengah menyesali kebodohannya.***Esoknya, Anis menyiapkan sarapan dalam diam. Dia yang biasanya ramah dan ceria, hari ini terlihat seperti menanggung beban berat. Mas Iqbal bukannya tidak mengetahui hal itu, tapi dia mengira Anis cuma lagi PMS saja. Tapi setelah ditunggu berhari-hari, dan sang istri tercinta tetap cemberut saja, bahkan cenderung keras hati, iapun mulai apa, Nis? Kuperhatikan, kamu berubah akhir-akhir ini. Ceritakanlah, siapa tahu aku bisa menggeleng, Ah, nggak, Mas. Tidak ada apa-apa, aku cuma lagi capek bekerja terlalu keras. Ingat, kita kan lagi program hamil. Mas Iqbal berusaha untuk tersenyum, Iya, Mas. Dan saat sang suami merangkul lalu mengecup bibirnya untuk diajak menunaikan sunnah rasul, iapun berusaha melayani dengan sepenuh hati. Siapa tahu, dengan begitu ganjalan di relung hatinya bisa cepat harapan tetap tinggal harapan. Bukannya hilang, hatinya malah semakin resah. Apalagi saat melihat Safiq yang mulai menjauhinya. Bukan salah bocah itu juga, Anis juga jarang mengajaknya bicara berdua seperti dulu. Sejak peristiwa di ruang tengah itu, mereka jadi seperti dua orang asing, hanya saat benar-benar perlulah mereka baru bertegur sisi lain, Anis juga seperti kehilangan sesuatu. Penis Safiq yang besar dan panjang terus menghantui pikirannya, juga jilatan dan hisapan bocah itu di atas gundukan payudaranya, dan yang terutama, kuluman Safiq di lubang vaginanya yang sanggup mengantar Anis meraih orgasmenya. Semua itu ia rindukan, meski dalam hati terus berusaha ia mulai meneteskan air mata. Pikirannya kacau, campur aduk antara ingin menolak dan minta ditiduri oleh Safiq. Ada rasa ingin merasakan, tapi juga ada rasa takut akan dosa. Tapi adzan subuh yang berkumandang lekas menyadarkannya, cepat ia menghapus air mata dan mengambil air wudhu. Ia harus benarkah seperti itu?Semuanya berubah saat Anis menerima surat panggilan dari sekolah keesokan harinya. Safiq memberikannya dengan takut-takut, M-maaf, Mi. gagap bocah kecil menjawab, Anis menerimanya dan membacanya di kamar. Siangnya, bersama Safiq, ia pergi ke turun, Bu. Sangat jelek sekali. kata ibu kepala sekolah yang gemuk berusaha untuk tersenyum dan meminta ada masalah di rumah? tanya ibu kepala sekolah. Dulu Safiq itu sangat pintar, salah satu yang terpandai di kelas. Tapi sepertinya sekarang lagi mengalami penurunan sepertinya tidak ada. jawab Anis berbohong, padahal dia sangat tahu sekali apa yang dipikirkan anak angkatnya saya harap ibu membantu kami untuk mengembalikan semangat belajarnya. Kalau begini terus, ia bisa tidak naik kelas. pesan ibu kepala sekolah sebelum mengakhiri pertemuan pun mengucapkan terima kasih dan memohon diri. Dilihatnya Safiq yang meringkuk ketakutan di sampingnya. Dipeluknya bocah kecil itu dan berbisik, Umi tunggu di rumah, belajar yang rajin ya…Safiq mengangguk. Mereka pun berpisah, Anis kembali ke rumah, sementara Safiq meneruskan saat pulang dari sekolah, Safiq mendapati ibunya menyambut di ruang tamu. Wanita itu memeluknya dengan erat. Maafkan Umi, Fiq. Gara-gara Umi, kamu jadi begini. kata Anis lirih sambil berlinang air sempat Safiq berkata, Anis sudah menunduk dan melumat bibirnya dengan lembut. Dicium untuk pertama kali, tentu saja membuat Safiq jadi gelagapan, tapi ia cepat belajar. Saat bibir Anis terus mendecap dan menempel di bibirnya, iapun mengimbangi dengan ganti melahap dan menghisapnya rakus. Dinikmatinya lidah sang bunda yang kini mulai menjelajah di Mi, Safiq melenguh, sama sekali tak menyangka kalau akan diberi kejutan menyenangkan seperti Anis kembali membungkam bibirnya. Diam, Sayang. Umi ingin menebus kesalahan kepadamu. Pelan Anis menarik tangan Safiq dan ditempelkan ke arah gundukan payudaranya. Kamu kangen ini kan? tanyanya sambil tersenyum polos Safiq mengangguk dan mulai meremas-remas pelan. Jari-jarinya memijit untuk merasakan tekstur bulatan yang sangat menggairahkan itu. Seperti biasa, ia tidak bisa mencakup seluruhnya, payudara itu terlalu besar. Safiq bisa merasakan kalau Anis tidak memakai BH, tubuh sintalnya cuma dibalut daster hijau muda yang sangat tipis sehingga ia bisa menemukan putingnya dengan sambil memanggil nama sang bunda, Safiq meneruskan jelajahannya. Ia tarik tali daster Anis ke bawah hingga baju itu turun ke pinggang, menampakkan buah dada sang bunda yang sungguh besar dan menggiurkan. Safiq memandanginya sebentar sebelum lehernya maju untuk mulai mencucup dan menjilatinya, sambil tangannya terus meremas-remas merebahkan diri di sofa, dibiarkannya Safiq menindih tubuhnya dari atas. Bibir bocah itu terus menelusur di sepanjang bukit payudaranya, mulai dari pangkal hingga ujungnya, semuanya dihisap tanpa ada yang terlewat. Beberapa kali Safiq membuat cupangan-cupangan yang membikin Anis merintih merintih keenakan, Anis membimbing salah satu tangan Safiq untuk turun menjamah kemaluannya yang sudah sangat basah. Ia sudah menanti hal ini dari tadi. Sepulang sekolah, Anis berpikir dan merenung, Safiq jadi malas belajar karena perseteruan mereka tempo hari. Maka, untuk meningkatkan kembali semangat bocah kecil itu, inilah yang bisa ia dikira mudah melakukannya. Anis sudah menimbang dengan matang, memikirkan segala resikonya, dan tampaknya memang inilah jalan yang terbaik. Selain bagi Safiq, juga bagi dirinya sendiri. Karena tak bisa dipungkiri, Anis menginginkannya juga, hari-harinya juga berat akhir-akhir ini. Pesona kemaluan Safiq yang besar dan panjang terus mengganggu tidur semua rasa tubuh Anis begitu Safiq mulai memainkan jari di lubang vaginanya. bocah itu menggesek-gesek kelentitnya pelan sebelum akhirnya menusukkan jari ke dalam lubangnya yang sempit dan gelap. Ough, Anis merintih nikmat. Di atas, bibir Safiq terus bergantian menjilati puting kiri dan kanannya sambil sesekali menghisap dan menggigitnya mendorong kepala bocah kecil itu, meminta Safiq untuk beranjak ke bawah. Safiq yang mengerti apa keinginan sang bunda, segera menurunkan ciumannya. Ia jilati sebentar perut Anis yang masih langsing dan kencang sebelum mulutnya parkir di kewanitaan perempuan yang sudah membiayai hidupnya Fiq! Anis meminta sambil membuka kakinya lebar-lebar, memamerkan kemaluannya yang sudah becek memerah pada bocah menelan ludah, memandangi sebentar lubang indah yang terakhir kali dilihatnya sebulan yang lalu itu. Perlahan mulutnya turun saat Anis menarik kepalanya. Safiq menjulurkan lidah dan mulai menciuminya. Ia lumat bibir tipis yang tumbuh berlipat-lipat di tengah permukaannya. Bulu kemaluan Anis yang tercukur rapi juga diciuminya dengan senang Safiq bergerak liar, juga cepat dan sangat dalam. Namun yang membuat Anis tak tahan adalah saat lidah bocah itu masuk diantara kedua bibir kemaluannya sambil menghisap kuat-kuat kelentitnya. Lama tidak bertemu, rupanya Safiq jadi tambah lihai sekarang. Diam-diam Anis bersyukur dalam hati, rupanya ia tidak salah membuat terus memainkan kemaluan Anis. Mulutnya menghisap begitu rakus dan kencang, hingga dalam beberapa menit, membuat sang bunda jadi benar-benar tak tahan. Auw… arghh! Mengejang keenakan, Anis pun berteriak sekuat tenaga sambil mengangkat pantatnya tinggi-tinggi. Kelentitnya yang sedang dijepit oleh Safiq, berkedut kencang saat cairannya menyembur deras membasahi lantai ruang hah, terengah-engah, Anis meremas pelan rambut Safiq yang duduk berjongkok di Mi? tanya bocah kecil itu dengan polos, matanya menatap sang bunda sebelum beralih memandangi selangkangan Anis yang masih mengucurkan sisa-sisa cairan mengangguk, Nikmat banget, Sayang. bisiknya sambil berusaha untuk kemana, Mi? tanya Safiq cepat, takut tidak mendapatkan pindah ke kamar, disini terlalu berbahaya, nanti dipergoki sama tetangga. sahut Anis. Ditariknya tangan sang putra untuk masuk ke dalam rumah. Beriringan mereka menuju kata Anis saat melihat Safiq ingin berbelok ke kiri. Safiq segera memutar langkahnya, kamar mereka memang dalam, tanpa menunggu lama, Safiq segera menelanjangi diri. Begitu juga dengan Anis. Dengan tubuh sama-sama telanjang, mereka naik ke atas tempat tidur. Kamu pengen nenen? tanya Anis sambil mendekap kepala Safiq dan lekas ditaruhnya ke atas gundukan menjawab, Safiq segera mencucup dan menciumi dua benda bulat padat itu. Dihisapnya puting Anis dengan begitu rakus sambil tangannya bergerak meremas-remas pelan. Di bawah, penisnya yang sudah ngaceng berat terasa menyundul-nyundul lubang kelamin ayo masukkan! pinta perempuan cantik itu. Ia membuka pahanya lebar-lebar sehingga terasa ujung penis Safiq mulai memasuki Mi, didorong gini? tanya Safiq polos sambil berusaha menusukkan begitu… oughhh! Anis melenguh, penis Safiq terasa membentur keras, tapi tidak mau masuk. Dengan pengalamannya, Anis bisa mengetahui penyebabnya. Maka dengan cepat ia bangkit berdiri dan meraih penis Safiq, lalu dimasukkan ke dalam Mi! Safiq menjerit, sama sekali tak menyangka kalau sang bunda akan berbuat seperti itu. Dan asyiknya lagi, rasanya ternyata begitu nikmat, lebih nikmat daripada dikocok pake tangan. Safiq mulai mengerang-erang dibuatnya, tubuhnya kelojotan, dan saat Anis menghisap semakin kuat, iapun tak tahan Anis yang sama sekali tidak menyangka kalau Safiq akan keluar secepat itu, jadi sangat kaget. Beberapa sperma si bocah sempat tertelan di mulutnya, sisanya yang sempat ia tampung, lekas ia ludahkan ke Mi. kata Safiq dengan muka memerah menahan nikmat, lelehan sperma tampak masih menetes dari ujung penisnya yang tersenyum penuh pengertian, Tidak apa-apa. Bukan salahmu, sebulan tidak dikeluarkan pasti bikin kamu nggak kelegaan, Safiq menyambut sang bunda yang kini berbaring di sebelahnya. Mereka saling berpelukan dan berciuman. Tapi dasar nafsu remaja, begitu payudara Anis yang besar menghimpit perutnya, sementara paha mereka yang terbuka saling bergesekan, dengan cepat penis Safiq mengencang kembali.“Eh, udah tegang lagi tuh. kata Anis gembira sambil menunjuk penis Safiq yang perlahan menggeliat Mi. Safiq ikut mengocoknya sebentar agar benda itu makin cepat kaku dan menegang. Saat sudah kembali ke ukuran maksimal, ia lekas mempersiapkan diri. Rasanya sudah tidak sabar lubang vaginanya yang gatal dimasuki oleh kemaluan muda itu. Anis memejamkan mata saat Safiq mulai mendekap sambil terus menciumi bibirnya, ia merasakan bibir kemaluannya mulai tersentuh ujung penis si bocah dulu, Anis menjulurkan tangan, sebentar ia usap-usapkan ujung penis Safiq ke bibir kemaluannya agar sama-sama basah, barulah setelah itu ia berbisik, Sudah, Fiq, masukkan sekarang! Anis memberi mulai mendorong. Pelan Anis mulai merasakan bibir kemaluannya terdesak menyamping. Sungguh luar biasa benda itu. Ohh, Anis benar-benar merasakan kemaluannya nikmat dan penuh sesak. Safiq terus mendorong, sementara Anis menahan nafas, menunggu pertautan alat kelamin mereka tuntas dan selesai Anis mendesah tertahan saat penis Safiq terus meluncur masuk, membelah bibir kemaluannya hingga menjadi dua, memenuhi lorongnya yang sempit hingga ke relungnya yang terdalam, sampai akhirnya mentok di mulut rahimnya yang terdiam untuk sejenak, saling menikmati rangsangan kemaluan mereka yang kini sudah bertaut sempurna, begitu erat dan intim. Rasanya sungguh luar biasa. Safiq bergidik sebentar saat merasakan Anis yang mengedutkan-ngedutkan dinding rahimnya, memijit batang penisnya dengan remasan pelan. Safiq membalas dengan kembali mencium bibir dan payudara sang bunda, sambil tangannya tak henti-henti meremas-remas bulatannya yang padat detik berlalu. Saat Anis sudah merasa cukup, iapun meminta Safiq untuk mulai menggerakkan pinggulnya. Pelan-pelan aja, nggak usah buru-buru. Kita nikmati saat-saat ini. Abi-mu masih lama pulangnya, dia lembur malam ini. kata mengerti, Safiq pun mulai memompa pinggulnya. Gerakannya begitu halus dan pelan, meski terlihat agak sedikit kaku. Maklum, masih pengalaman pertama. Tapi itu saja sudah sanggup membuat Safiq merintih keenakan, ia benar-benar cepat terbawa ke puncak kenikmatan yang belum pernah ia alami yang melihatnya jadi panik. Tahan dulu, Fiq. Tahan sebentar! bisiknya, ia tidak mau permainan ini berhenti begitu cepat. Ia baru mulai merasa apa mau dikata, jepitan kemaluan Anis terlalu nikmat bagi seorang perjaka seperti Safiq. Diusahakan seperti apapun, bocah itu sudah tak mampu lagi. Maka hanya dalam waktu singkat, Safiq pun menjerit dan kembali menumpahkan spermanya. Kali ini di dalam kemaluan Anis. Cairannya yang kental berhamburan saat Safiq ambruk menindih tubuh bugil sang bunda dengan nafas Safiq! meski terlihat kecewa, namun Anis berusaha untuk memakluminya. Ia belai punggung Safiq dengan lembut. Penis bocah itu yang masih menancap di lorong vaginanya, masih terasa berkedut-kedut, menguras segala isinya. Anis merasakan liangnya jadi begitu basah dan terus berpelukan untuk beberapa saat hingga tiba-tiba Anis menjerit kaget, Ah, Fiq! tubuh montoknya sedikit terlonjak saat merasakan penis Safiq yang tiba-tiba saja kaku dan menegang kembali. Cepet banget! pujinya gembira. Diciumnya bibir bocah itu sebagai cuma tersenyum dan kembali memperbaiki posisi. Ia sudah siap untuk beraksi. Sambil melumat bibir dan leher Anis, ia mulai menggerakkan pinggulnya. Remasan tangannya di payudara sang bunda juga kembali gencar, secepat tusukannya yang kini sudah mulai lancar dan tahan terus, Fiq. Yah, begitu! Anis yang menerimanya, merintih dan menggeliat-geliat tak terkendali. Tubuh montoknya menggelepar hebat seiring goyangan Safiq yang semakin kuat. Dengan tusukannya yang tajam, bocah itu membuat vagina Anis menegang dan berdenyut pelan, benar-benar puncak kenikmatan yang belum pernah ia alami selama enam tahun pernikahannya dengan mas Iqbal.“Fiq, ooh… oohh… terus… arghhh…” Anis sendiri terkejut oleh teriakannya yang sangat kuat. Pelan tubuhnya bergetar saat cairan kenikmatannya menyembur yang juga kesetanan terus memompakan kemaluannya berulang kali, dan tak lama kemudian ikut menggelepar. Wajahnya yang tampan menengadah, sementara kedua tangannya mencengkeram dan menekan payudara Anis kuat-kuat. Di bawah, spermanya yang kental kembali meledak di dalam vagina sang bunda, memancar berulang kali, hingga membuat rahim Anis jadi begitu basah dan Anis melenguh merasakan banyak sekali cairan kental yang memenuhi liang selesai, Safiq memiringkan tubuh sehingga tautan alat kelamin mereka tertarik dan terlepas dengan sendirinya. Tangannya kembali meremas lembut payudara Anis sambil bibirnya menciumi wajah wanita yang sangat dikasihinya ini. Anis senang dengan perlakuan Safiq terhadap dirinya.“Fiq, kamu sungguh luar biasa. puji Anis kepada putra angkatnya. Cepet banget tegangnya, padahal barusan tersenyum, Trims, Umi. Safiq senang bisa membuat Umi kamu juga nikmat kan? goda saja, Mi. Safiq lagi? tawar nggak capek? Safiq bertanya umi yang tanya begitu, sahut Anis, dan mereka tertawa berbarengan.***Sejak saat itu, hubungan mereka pun berubah. Bukan lagi seorang ibu dan anak, tetapi berganti menjadi sepasang kekasih yang selalu berusaha untuk memuaskan nafsu masing-masing. Kapanpun dan Safiq kembali meningkat, bahkan lebih dari sebelumnya. Sementara Anis, mendapat hikmah yang paling besar. Ia kini hamil, sudah jalan 2 minggu. Sudah jelas itu anak siapa, tapi sepertinya mas Iqbal tidak curiga. Malah laki-laki itu kelihatan sangat senang dan gembira, sama sekali tidak curiga saat Anis kelepasan ngomong, Selamat, Fiq, sebentar lagi kamu akan menjadi seorang ayah,
Kеlіhаtаnnуареmudа іtu belum рuаѕ lalu mereka gаntі posisi. Tаntе Suѕі berbaring dі rаnjаng, kakinya dі bukа lebar lututnуа dilipat, dengan penuh nafsu реmudа іtu menjilati lіаng kеwаnіtааn Tаntе Susi yang ѕudаh bаѕаh реnuh dеngаn cairan maninya. Ibu расаrku іtu mengerang-erang mаnjа.
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. CERPENSUAMIKU, ANAK ANGKATKUOleh Noer Ima KaltsumLima tahun sudah kesendirianku setelahsuami meninggal. Aku belum berniat untuk menikah lagi. Tidak mudah untuk mencari pengganti Ayah, sebutan untuk almarhum suami. Lagi pula aku juga harus berusaha sekuat tenaga untuk mewujudkan apa yang pernah almarhum inginkan dari Indra, anak angkat adalah anak angkat, sudah sebelas tahun ikut dengan keluarga kecilku. Sewaktu aku dan Ayah mengangkat Indra sebagai anak asuh, usia perkawinan kami belum genap satu tahun. Indra adalah salah satu murid sekolah kakakku, Mas Dani. Indra berasal dari keluarga tidak mampu, di mana kedua orang tuanya sudah meninggal dan Indra ikut neneknya. Ibunya Indra meninggal setelahmelahirkan adiknya Indra. Kebetulan sang ibu mengalami pre-eklamsia termasuk keracunan kehamilan. Tiba-tiba tekanan darahnya tinggi. Walaupun belum cukup umur, akan tetapi bayi itu harus segera dikeluarkan. Adik Indra hanya bertahan hidup selama 4 hari saja karena organ-organ tubuhnya belum sempurna. Sang ibu meninggal setelah berjuang keras 3 hari setelah adiknya genap satu tahun setelah kehilangan ibu dan adiknya, Indra juga kehilangan ayahnya karena meninggal setelah mengalami kecelakaan sewaktu bekerja di proyek pembangunan. Sejak saat itu, Indra diasuh neneknya. Kondisi keluarga Indra yang serba kekurangan, membuat Mas Dani iba dan menawarkan pada aku dan Ayah untuk pertama kali Indra ikut keluarga kecilku, dia masih duduk di bangku kelas 1 SMP. Rupanya Indra adalah anak yang cerdas, santun dan sholeh. Aku dan Ayah mendidik dia menjadi anak yang sholeh. Sholat berjamaah, sholat sunah, puasa wajib dan puasa sunah, selalu dilakukan dengan suka cita. Kalau diperhatikan dengan seksama wajah Indra hampir sama dengan Ayah. Cara dan gaya bicaranya tidak jauh beda dengan Ayah. Bahkan dulu ada orang yang mengira kalau Indra adalah anak kandung selalu berharap Allah segera menitipkan anak pada kami. Aku dan Ayah tidak pernah putus asa dengan berbagai macam usaha dan ikhtiar untuk mendapatkan keturunan. Baik medis maupun non medis. Setelah lebih dari enam tahun, Allah belum juga menitipkan keturunan, aku dan ayah tetap berbaik sangka pada Allah dan mengambil hikmahnya. OoooSeperti pagi sebelumnya, Indra sudah menyiapkan teh manis padahal di rumah ada mbah Sanem yang membantu pekerjaan rumah kami. Tapi pagi ini sungguh aku kaget dibuatnya. Indra mengenakan baju koko milik Ayah. Aku melihat Indra seperti melihat suamiku lagi.“Mas Indra, kamu mirip Ayah.”“Benarkah mama?”Aku mengangguk memberikan penegasan. “Maafkan Indra, mama. Mama jadi sedih ya, ingat Ayah?!”“Tidak Mas. Sungguh mama tidak pernah menyangka, setelah lima tahun berpisah dengan Ayah tiba-tiba mama merasa bertemu Ayah lagi.”“Ma, tadi malam Indra bermimpi bertemu dengan Ayah. Beliau bilang Ndra, tolong jagain dan temani Mama. Waktu itu Ayah memakai baju ini, yang Indra pakai.”Aku benar-benar kaget dibuatnya, jantungku berdesir. Pantas saja Indra pagi ini mengenakan baju Ayah. Ya Allah, ada apa lagi dengan semua ini?“Ma, Indra mau menyampaikan hal yang semalam dibicarakan dengan Pakde Dani.” Indra mengalihkan pembicaraan.“Oya, tadi malam mama ngantuk sekali. Jadi tidak bisa menunggumu sampai kamu pulang dari rumah Pakde Dani. Rupanya pembicaraannya menarik dan serius ya…”“Indra sebelumnya minta maaf. Selama ini Indra sudah dibesarkan mama dan keluarga dengan baik. Indra sangat berhutang budi, tidak tahu dengan apa Indra akan bisa membalas semuanya. Belum sempat Indra membahagiakan mama. Semalam Pakde Dani membicarakan tentang perjodohan.”“Oya….?! Tanggapanmu, bagaimana?”“Pakde mau memperkenalkan Indra pada seseorang dengan syarat Indra setuju. Tapi kalau Indra tidak memberi jawaban ya, Pakde tidak akan pernah mempertemukan kami. Menurut mama bagaimana?”“Mas Indra. Jodoh itu bagi Allah sangatlah mudah. Mama yakin, Pakde tidak sembarangan memperkenalkan kamu pada seorang muslimah. Sama seperti ketika kamu dikenalkan pada keluarga mama dan Ayah. Waktu itu mama dan Ayah percaya saja pada Pakde Dani. Mama dan Ayah tidak perlu bertanya banyak tentang latar belakang kamu. Nyatanya, mama tidak salah menerima kamu.”“Indra takut mengecewakan mama dan almarhum Ayah.”“Mas Indra, Mama cukup bangga terhadap kamu. Kamu taat terhadap agama, taat pada mama dan almarhum Ayah. Bahkan kamu menuruti kemauan Ayah ketika Ayah menginginkan kamu memilih jurusan di fakultas Pertanian. Kamu ingat, kamu diterima di Perguruan Tinggi favorit tanpa tes. Ya, walaupun akhirnya Ayah tidak pernah melihat kamu kuliah karena seminggu sebelum kamu mengikuti Ujian Nasional Ayah meninggal dunia karena serangan jantung subuh itu.”Indra meraih tanganku.“Tapi Ma. Sebenarnya sudah ada orang yang special di hati Indra. Indra tidak berani bilang sama Pakde. Takut mengecewakan Pakde.”“Lo, itu hak kamu Mas Indra. Kamu boleh menolak.” Uff, ternyata Indra sudah memiliki seseorang. Aku tak bisa memaksakan diri. Ya sudah, kalau memang dia bukan Indra salah tingkah, menunduk.“Kalau begitu coba kenalkan pada Mama.”“Insya Allah suatu saat.” Jawab ada yang tidak mungkin bagi Allah. Dulu ketika aku mengemasi pakaian-pakaian almarhum Ayah, Indra sempat bertanya mau dikemanakan. Kujawab akan aku berikan pada orang lain yang membutuhkan. Ternyata Indra tidak mengijinkan pakaian-pakaian itu diberikan pada orang lain.“Biar Indra pakai saja Ma. Baju dan kaos Ayah masih bagus dan cukup bila Indra pakai.”Setiap hari aku melihat Indra seperti berhadapan dengan almarhum Ayah. Indra mirip dengan almarhum. Aku memang menjaga jarak dengan Indra. Kedekatanku dengan Indra saat ini jauh berbeda dengan ketika almarhum Ayah masih ada. Lama-lama perasaan ini tak lagi seperti perasaan ibu pada anaknya. Bagaimanapun Indra bukan anak kandung, dan tak memiliki hubungan apapun denganku. Mungkin wajar bila tiba-tiba dalam hati timbul perasaan, seperti waktu aku merasakan getaran bersama Ayah. Aku berusaha untuk menepis perasaan itu, tapi tidak bisa. Maka ketika Indra lulus dan setelah wisuda sarjananya, aku bilang pada Mas Dani. Lalu Mas Dani mengatur masuk kamar Indra ketika dia sedang memasukkan beberapa helai baju ke dalam kopornya. Ya, baju-baju Ayah dan sebagian baju Indra sendiri.“Mau ke mana, kok mengemasi pakaian?”“Bingung, Ma. Indra harus bilang apa pada Pakde Dani. Indra jadi serba salah. Tidak hanya pada Pakde tetapi juga Mama.”“Lo, kok sama Mama juga?”“Ma, Pakde memberi waktu pada Indra beberapa hari untuk berpikir. Indra mau menyendiri dulu, sambil memohon pada Allah. Agar Allah memberikan yang terbaik buat Indra. Tapi sebelum Indra pergi, ingin mengajak Mama makan di luar dulu” Indra mengajakku ke tempat warung makan lesehan langganan kami, sewaktu Ayah masih hidup. Ayam kremes, kesukaan kami bertiga pagi menjelang siang ini kami tuntaskan dulu, baru ngobrol santai.“Ma, Indra mau menyampaikan sesuatu. Tapi Mama janji dulu, tidak marah.”Aku mengangguk. Benar kata Indra, setelah Ayah meninggal menurutnya aku berubah. Mulai cara berpakaian di rumah dan Indra merasakan kalau aku menjaga jarak padanya. Indra cukup tahu diri. Bagaimana pun Indra bukan siapa-siapa. Sungguh di luar dugaanku apa yang diungkapkan. Beruntung dia memiliki pegangan agama yang Indra ada temannya yang menjadi teman selingkuh ibu tirinya. Cerita perselingkuhan lainnya yang terjadi antara menantu dan mertuanya. Memang setan akan menggoda manusia sedemikian rupa. Bila iman tak kuat, pasti akan masuk perangkap setan bisa terjadi pada siapa saja. Tentang perselingkuhan! Sesama teman sekantor, antara anak dengan orang tua tiri, antara anak dengan orang tua angkat, mertua dan menantu. Tapi tidak dengan aku. Tanpa Ayah, aku memang membatasi hubungan dengan Indra. Aku mulai dengan memakai pakaian penutup aurat dan kerudung yang besar-besar.“Ma, belum pernah Indra mimpi bertemu Ayah, kecuali malam setelah ngobrol dengan Pakde Dani. Indra benar-benar kaget, apalagi Ayah berpesan titip dan jagain Mama. Indra kan tidak selamanya berada di rumah itu. Kalau berumah tangga, Indra mungkin akan meninggalkan rumah itu. Tapi Indra mau mengungkapkan sesuatu. Mungkin nanti Mama menganggap Indra kurang waras, tak tau diri, atau apalah… Indra terima.”“Iya, Mama siap dengarkan kamu.”“Ma, sudah lama Indra menaruh hati pada…, ehm, gimana ya.”“Lanjutkan.”“Jatuh cinta pada orang yang umurnya jauh lebih tua dari Indra.”“Nggak apa-apa.”“Orang yang sudah berjasa pada Indra terutama pendidikan Indra.”“Teruskan.”“Merawat dan membesarkan Indra, memberi makan, memberi tempat untuk berlindung, memberikan sesuatu yang Indra butuhkan dan inginkan.”Aku menatap Indra tajam. Sebelum Indra menyelesaikan pembicaraannya, aku memotong.“Segera bilang pada Pakde Dani!”“Lo, Mama kan belum tahu.”“Mama sudah tahu arah pembicaraanmu! Mama sudah tahu siapa dia!”“Mama marah?”Aku tersenyum, menggeleng.“Berikan jawaban pada Pakde Dani, kamu mau bertemu sama Pakde dan katakan semuanya. Tapi kalau kamu akan menyendiri dan pergi dari rumah beberapa hari, Mama tidak melarang.”“Maksud Mama?”“Kamu sudah dewasa, Mas Indra. Kamu pasti tahu apa yang Mama maksud.” OooooTiga hari terakhir, setelah shalat subuh rasa kantuk yang teramat hebat menyerangku. Badan serasa lemas. Sampai-sampai aku terlambat ke tempat kerja. Malah kemarin aku sampai dijemput Indra karena tidak mengangkat telpon. Padahal saat itu aku sudah janjian dengan sekolah-sekolah yang mau mengunjungi kebun sebagai tempat wisata ini semakin malas saja untuk mengangkat kaki. Indra masuk kamar.“Masih ngantuk.” Kataku“Mama sakit ya? Ke dokter, Ma.” Indra kelihatan cemas.“Gak papa. Sepertinya ada sesuatu pada Mama.”“Aku takut ada apa-apa seperti Ayah dulu.”“Mama terlambat haid.”“Maksudnya?”“Mama positif hamil.”Indra berbinar. Aku memang beberapa hari merahasiakan keterlambatan ini, mau bikin kejutan. Pernikahanku dengan Ayah selama 6 tahun kami tidak memiliki anak. Sementara menikah dengan Indra, anak angkatku baru 3 bulan, Allah sudah mempercayakan kepada kami, buah cinta tulus kami. Alhamdulillah, lengkap sudah kebahagiaan kami…. OooooKaranganyar, 19 Nopember 2013 Lihat Cerpen Selengkapnya
COM- Setelah sang ibu buka suara, kekinian giliran Kakak Felicia Tissue, Daryl Chew angkat bicara terkait kisah asmara adiknya dengan putra bungsu Presiden Jokowi, Kaesang Pangarep. Blog ini berkenaan koleksi pelbagai cerita-cerita lucah, seks, dewasa, 18sx, bokep dan seumpamanya.

Dalam Dunia Kita - kali ini akan Memberikan Cerita Sex Tentang Cerita Dewasa Ibu Dan Anak Di Embat Juga,langsung saja kita simak - Aku adalah seorang karyawan di sebuah Perusahaan yang bergerak di bidang beverage. Posisiku sudah lumayan tinggi, yaitu sebagai General Manager sehingga aku mendapatkan fasilitas perumahan dan sebuah mobil sedan. Aku masih lajang sehingga sehabis pulang kerja hobiku jalan-jalan cari pengalaman dan Dewasa Ibu Dan Anak Di Embat JugaCerita ini berawal saat aku pulang kerja sekitar jam 11 malam, mobilku menabrak seorang anak yang digandeng ibunya sedang menyeberang jalan. Untung saja aku cepat menginjak rem sehingga anak itu lukanya tidak parah hanya sedikit saja dibagian pahanya. Ketika aku tawarkan untuk ke rumah sakit, Ibu itu menolak dan katanya lukanya tidak parah.“Ya udah bu, sekarang aku antar Ibu pulang, dimana rumah Ibu?”“Nggak usah den, si Mbok nggak usah diantar”.“Kenapa Mbok, inikan sudah malam, nggak apa-apa Mbok aku antar ya?”Si mbok ini tidak menjawab pertanyaanku dan hanya menunduk lesu dan ketika dia mau menjawab, dari arah ujung trotoar mencul anak kecil sambil membawa bekicot.“Ini Mbok bekicotnya, biar luka Mbak Tika cepat sembuh”.Ibu itu menerima bekicot dari gadis itu, memecahnya dibagian ujung dan mengoleskannya diluka gadis yang ternyata namanya Tika. Tapi, Setelah selesai mengoleskan, simbok itu mengandeng Tika dan adiknya mau pergi. Sebelum melangkah jauh, aku hadang dan berusaha untuk mengantarnya pulang.“Simbok mau pulang.., aku antar ya Mbok, kasihan Tika jalannya pincang”.“Ngaak usah den, simbok..”.“Kenapa Mbok, nggak sungkan-sungkan, ini kan sudah malam, kasihan Tika Mbok..”.“Simbok ini nggak punya rumah den, sombok cuma gelandangan”.Aku sempat benggong mendengar jawaban simbok ini, akhirnya aku putuskan untuk mengajaknya ke rumahku walaupun hanya untuk malam ini saja. Terus terang aku kasihan kepada mereka.“Ya sudah Mbok, kamu dan kedua anakmu itu malam ini boleh tidur dirumahku”“Tapi ndoroo..”.“Sudahlah Mbok, ini juga kan untuk menebus kesalahanku karena menabrak Tika”.Dari informasi yang aku dapatkan didalam mobil selama perjalanan pulangp, simbok ini ternyata ditinggak suaminya saat mengandung adiknya Tika, yang akhirnya aku ketahui namanya Intan. Simbok ini yang ternyata namanya Inem, usianya sekitar 42 tahun, dan anaknya si Tika umurnya 14 tahun sedangkan Intan baru 11 tahun. Tika sempat lulus SD, sedangkan Intan hanya sempat menikmati bangku SD kelas sampai dirumah, Mbok Inem dan kedua anaknya langsung aku suruh mandi dan makan malam. Ternyata simbok, Tika dan Intan tidak membawa baju ganti sehingga setelah mandi baju yang dipakainya ya tetap yang tadi. Padahal baju yang dipakai ketigany sudah tidak layak untuk dipakai lagi. Simbok memakai daster yang lusuh dan sobek disana-sini sedangkan Tika dan Intan sama saja lusuh dan penuh jahitan disana sini. Besok yang kebetulan hari minggu, aku memang mempunyai rencana membelikan baju untuk mereka bertiga. Aku memang tipe orang yang nggak bisa melihat ada orang lain menderita. Kata temen-temen sih, aku termasuk orang yang memiliki jiwa sosial yang tinggi.“Tika dan juga kamu Intan makan yang banyak ya.. biar cepet gede..”.“Inggih Ndoro.., boleh nggak kalau Intan habiskan semuanya, karena Intan sudah 2 hari nggak makan”.“Boleh nduuk.., Intan dan Tika boleh makan sepuasnya disini”.*****Mulai dari sinilah awal dari petualangan seksku. Setelah acara makan malam selesai, ketiganya aku suruh tidur di kamar belakang. Sekitar jam 1 malam setelah aku selesai nonton acara TV yang membosankan, aku menuju kekamar belakang untuk meneggok keadaan mereka. Ketika aku masuk kekamar mereka, jantungku langsung berdeguk cepat dan keras saat aku melihat daster Mbok Inem yang tersingkap sampai ke pinggang. Ternyata dibalik daster itu, Mbok inemku ini memiliki paha yang betul-betul mulus dan dibalik CD nya yang lusuh dan sobek dibagian depannya terlihat dengan jelas jembutnya yang tebal dan hitam. Pikiranku langsung melayang dan kontolku yang masih perjaka ini langsung agak tenang, tanganku langsung bergerilnya mengelus paha mulus Mbok inemku ini. Setelah puas mengelus pahanya, aku mulai menjilati ujung paha dan berakhir dipangkal pahanya. Aku sempat mau muntah ketika mulai menjilati klitorisnya. Di depan tadi kan aku sudah bilang kalau CD Mbok ku ini sobek dibagian depan.., jadi clitnya terlihat dengan jelas. Sedangkan yang bikin aku mau muntah adalah bau CDnya. Ya.. mungkin sudah berhari-hari tidak dicuci. Setelah sekitar 13 menit aku jilati clitnya dan ternyata Mbok inemku ini tidak ada reaksi.. ya mungkin terlalu capek shingga tidurnya pulas banget, aku mulai keluarkan kontolku dan mulai aku gesek-gesekkan di clitnya. Aku tidak berani melapas CDnya takut dia bangun. Ya.. aku hanya berani mengocok kontolku sambil memandangi clit dan juga teteknya. Ternyata Mbok inemku ini tidak memakai BH sehingga puting payudaranya sempat menonjol di balik dasternya. Aku tidak berani untuk memeras teteknya karena takut Mbok Inem akan asyik-asyiknya aku mengocok kontolku, si Tika bangun dan melihat ke arahku. Tika sempat mau teriak dan untung saja aku cepat menutup mulutnya dan memimta Tika untuk diam. Setelah Tika diam, berhubung aku sudah tanggung, terus saja aku kocok kontolku. Tika yang masih terduduk lemas karena ngantuk, tetap saja melihat tangan kiriku yang mengocok kontolku dan tangan kananku mengusap-usap paha mulus ibunya. Sambil melakukan aktivitasku, aku pandangi si Tika, gadis kecil yang benar-benar polos, dan aku lihat sesekali Tika melihat mataku terus berpindah ke paha ibunya yang sedang aku elus-elus berulangkali. Setelah sekitar 8 menit berlalu, aku tidak tahan lagi, dan akhirnya “.. croot.. crrott.. croot..” ada 6 kali aku menembakkan pejuhku ke arah clit Mbok inemku aku keluarkan pejuhku, si Tika menutup matanya sambil memeluk kedua kakinya. Pada saat itulah aku tanpa sengaja melihat pangkal pahanya dan ternyata.., tikaku ini tidak memakai CD. Saat aku sedang melihat memeknya Tika, dia bilang..“Ndoro.. kenapa pipis di memeknya simbok”. aku sendiri sempat kaget mendengarnya.“Nduuk.. itu biar ibumu tidur nyenyak..”.“Ndoroo.. Tika kedingingan.., Tika mau pipis.. tapi Tika takut ke kamar mandi..”.“Ya.. sudah Nduk.. ayo aku antar ke kamar mandi”.Tika kemudian aku ajak pipis ke toilet di kamar tidurku. Aku sendiri juga pengen pipis, terus Tika aku suruh jongkok didepanku. Tika kemudian mengangkat roknya dan.. suur.. banyak sekali air seni yang keluar dari memeknya. Aku sendiri hanya sedikit sekali kencingku. Setelah acara pipisnya selesai, Tika aku gendong dan aku dudukkan di pinggir ranjangku. Lalu aku peluk dan aku belai lembut rambut panjangnya yang sampai ke pinggang.“Ndoro.. Tika belum cebok.. nanti memeknya Tika bau lho.. Ndoro..”.“Nggak apa-apa Nduk.. biar nanti Ndoro yang bersihin memeknya Tika.. Tika bobok disini ya.. sama ndoromu ini..”.Kemudian Tika aku angkat dan mulai aku baringkan di ranjang empukku ini. Tangganku mulai aktif membelai rambutnya, pipinya, bibirnya.. dan juga payudaranya yang lumayan montok. Pada saat tanganku mengelus pahanya..“Ndoro.. kenapa mengusap-usap kaki Tika yang lecet..”.“Oh iya Nduk.. Ndoro lupa..”.Tahu sendirilah, aku memang benar-benar sudah horny untuk mencicipi Tika, gadis kecilku ini. Bayangkan pembaca, disebelahku ada gadis 14 tahun yang begitu polos, dan dia diam saja ketika tanganku mengelus-elus seluruh gimana udah belum ngebayanginya.. udah belum..! udah yaa.. aku terusin aku jongkok diantara kakinya dan mulailah aku singkap rok yang dipakai Tika sampai ke pinggang. Sekarang terpampanglah dihadapanku seorang gadis kecil usia 14 tahun denga bibir kemaluan yang masih belum ditumbuhi bulu. Setelah pahanya aku kangkangkan, terpangpanglah segaris bibir memek yang dikanan-kirinya agak mengelembung.., eh maksudku tembem. Dengan jari telunjuk dan Ibu jari aku berusaha untuk menguak isi didalamnya. Dan ternyata.. isinya merah muda, basah karena ada sisa pipisnya yang tadi itu lho dan juga agak Dewasa Ibu Dan Anak Di Embat Juga Tangankupun mulai mengelus memek keperawanannya, dan sesekali aku pijit, pelintir dan aku tarik-tarik clitorisnya. Ake sendiri heran clitnya tikaku ini ukurannya nggak kalah sama ibunya.“Aduuh.. Ndoro.. memeknya Tika diapain.. Ndoro..”.“Tenang Nduk.. nggak apa-apa.. Ndoro mau nyembuhin luka kamu kok.. Tika diam saja yaa..”.“Inggiih.. Ndoro..”.Setelah Tika tenang, akupun mulai menjilati memeknya dan memang ada rasa dan bau pipisnya Tika.“Ndoro.. jangaan.. Tika malu ndoroo.. memek Tika kan bau..”.Aku bahkan sempat memasukkan jariku ke liang perawannya dan mulai aku kocok-kocok dengan pelan. Tikapun mulai menggelinjang dan mengangkat-angkat pun mulai menyedot memeknya Tika dengan kuat dan aku lihat Tika menggigit bibir bawahnya sambil kepalanya digoyang kekanan kiri.“Ndoroo.. geli Ndoro.. memeknya Tika diapain sih ndoroo..”.Akupun tidak peduli dengan keadaan Tika yang kakinya menendang-nendang dan tangannya mencengkeram seprei ranjangku sampai sobek disana sini. Dan akhirnya..“Ndoroo.. sudah Ndoro.. Tika mau pii.. piis dulu Ndoro..”.Dan tidak lama kemudian “Ssuur.. suur.. suur..”Banyak sekali cairan hangatnya membanjiri mulutku. Aku berusaha sekuat tenaga untuk menelan semua cairan memeknya yang mungkin baru pertama kali ini kujilati dan kuhisap sampai bersih, akupun tiduran disebelahnya dan kurangkul tikaku ini.“Ndoro.. maafin Tika ya.. Tika tadi pipis di mulutnya Ndoro.. pipis Tika bau ya Ndoro..”.“Nggak apa-apa Nduk.. tapi Tika harus dihukum.. karena udah pipis dimulut Ndoro..”“Tika mau dihukum apa saja Ndoro.. asalkan Ndoro nggak marahin Tika..”.“Hukumannya, Tika gantian minum pipisnya Ndoro.. mau nggak..”.“Iya Ndoro..”.Akhirnya aku keluarkan kontolku yang sudah tegang. Begitu kontolku sudah aku keluarkan dari CDku, Tika yang masih terlalu polos itu menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Aku lihat wajah Tika agak memerah. Setelah aku lepaskan kedua tangannya, aku sodorkan kontolku kedepan wajahnya dan aku suruh Tika untuk memegangnya.“Nduk.. ayo dipegang dan dielus-elus..!.“Inggih Ndoro.. tapi Tika malu Ndoro.. Tika takut Ndoro..”.“Nggak apa-apa Nduk.. ini nggak nggigit kok.. ini namanya kontol Nduk..”.Kemudian gadis kecilku ini mulai memegang, mengurut, meremas dan kadang-kadang diurut.“Nduk.. kontolnya ndoromu ini diemut ya..”.“Tapi Ndoro.. Tika takut Ndoro.. Tika jijik Ndoro..”.“Nggak apa-apa Nduk.. diemut saja seperti saat Tika ngemut es krim.. ayo nanti Tika Ndoro kasih es krim.. mau ya..”.“Benar Ndoro.. nanti Tika dikasih es krim..”.”Iya Nduk..”.Tika pun jongkok diantara pahaku dan mulai memasukkan kontolku ke mulutnya yang mungil. Agak susah sih, bahkan kadang-kadang kontolku mengenai giginya.“Nah gitu nduuk.. diisep ya.. yaa.. ya gituu.. nduuk..”.Sambil Tika mengoral kontolku, kaos lusuhnya Tika pun aku angkat dan aku lepaskan dari tubuh mungilnya. Aku elus-elus teteknya dan kadang aku remas dengan keras.“Aku gemes banget sih sama payudaranya yang bentuknya agak meruncing itu”.Sekitar 12 menit kemudian, aku rasakan kontolku sudah berdenyut-denyut. Aku tarik kepala Tika dan aku kocok kontolku dimulut mungilnya.. dan.. aku tekan sampai menyentuh kerongkongannya dan akhirnya “.. croot.. croot.. croot.. cruut..!”Cairan pejuhku sebagian besar tertelan oleh Tika dan hanya sedikit yang menetes keluar dari mulutnya.“Ndoroo.. pipisnya banyak banget.. Tika sampai mau muntah..”.“He.. eh.. nduuk.. tapi enak kan.. pipisnya Ndoro..”.“Inggih Ndoro.. pipis Ndoro kental banget.. Tika sampai nggak bisa telan.. agak amis Ndoro..”.Aku memang termasuk laki-laki yang suka merawat tubuhku. Hampir setiap hari aku fitnes. Menuku setiap hari susu khusus lelaki, madu, 6 butir telur mentah, dan juga suplemen protein produk Amerika. Jadi ya wajar kalau spermaku kental dan agak aku peluk bidadariku kecilku ini dan sesuai janjiku dia aku kasih es krim rasa vanilla. Setelah habis Tika memakan es krimnya, dia aku telentangkan lagi diranjangku. Terus aku kangkangkan lagi pahanya dan aku mulai lagi menjilati memek tembemnya. terus terang saja aku penasaran sebelum membobol selaput daranya.“Ndoro.. mau ngapain lagi.. nanti Tika pipis lagi lho Ndoro..”.“Nggak apa-apa Nduk.. pipis lagi aja Nduk.. Tika mau lagi khan es krim..”“Mau Ndoro..”.Setelah aku siap, pahanya aku kangkangkan lagi lebih lebar, dan aku mulai memasukkan kepala kontolku ke lubang surgawinya. Baru masuk sedikit, tikaku meringgis.“Ndoro.. memek Tika diapain.. kok sakit..”Aku sempat tarik ulur kontolku di liang memeknya. Dan setelah kurasa mantap, aku tekan dengan keras. Aku rasakan ujung kontolku merobek selaput tipis, yang aku yakin itu adalah selaput daranya.“Ndoorroo.. sakiit..” Langsung aku peluk Tika, kuciumi wajah dan bibir mungilnya.“Nggak apa-apa Nduk.. nanti enak kok.. Tika tenang saja ya..”.Setelah kudiamkan beberapa saat, aku mulai lagi memompa memeknya dan aku lihat masih meringis sambil menggigit bibir bawahnya.“Oohh.. ahh.. auuhh.. geli Ndoro.. ahh..” itulah yang keluar dari mulutnya Tika.“Auuhh.. oohh.., Ndoro.., periih…, aahh.. gelii Ndoro.. aahh..,”.SAmbil aku terus meusuk-nusuk memeknya, aku selalu perhatikan wajah imutnya Tika. Sungguh pemandangan yang luar biasa. Wajahnya memerah, bibirnyapun kadang-kadang menggigit bibir bawahnya dan kalau aku lihatnya matanya terkadang hanya terlihat putihnya saja. Kedua kaki Tika pun sudah tidak beraturan menendang kesana-kesini dan juga kedua tangannya menarik-narik seprei kasurku hingga terlepas dari kaitannya.“Auuhh.. oohh.., ndoroo.., aahh.. ooh.. aahh, ndoroo..”.Aku mulai rasakan ada denyutan-denyutan vaginanya di kontolku, pertanda tikaku sebentar lagi orgasme. Kepala Tika pun mulai menengadah ke atas dan kadang-kadang badannya melengkung. Sungguh pemandangan yang sensasional, gadis 14 tahun yang masih begitu polos, tubuhnya mengelinjang dengan desahan-desahan yang betul-betul erotis. Aku yakin para pembaca setuju dengan pendapatku, tapi tangannya pembaca kok megang-megang “itu” nya sendiri, hayo udah terangsang ya. Aku tahu kok, nggak usah malu-malu, terusin aja sambil membaca ceritaku ini.“Oohh.. ahh.. auuhh.. geli ndoroo.. ahh..”“Ndoroo.. Tika mau pipiiss.. ndoroo..”“Seerr.. suurr.. suurr.., kontolku seperti disiram air hangat..”.Aku peluk sebentar tikaku untuk memberikan kesempatan gadis kecilku menuntaskan orgamesme. Setelah agak reda, aku lumat-lumat bibir mungilnya.“Maapin Tika ya Ndoro.. Tika pipis dikasurnya Ndoro..”.“Tika malu Ndoro.. udah gede masih ngompol di kasur..”.“Nggak apa-apa Nduk.. lugu sekali gadisku ini.. Ndoro juga mau pipis di kasur kok..”.Aku sendiri sudah nggak tahan. Kakinya aku angkat, lalu kuletakkan di pundakku. Dengan posisi ini kurasakan kontolku menyentuh dinding rahimnya. Memeknya jadi becek banget, dan aku mulai mempercepat sodokan kontolku.“Ndooro.. Tika capek.. Tika mau bobok.. ndooroo..”.“Iya nduuk.. Tika bobok saja yaa..”.“Memeek Tika periih.. ndooroo..”.Kutekan keras-keras kontolku ke liang kenikmatannya dan kutarik pantatnya dan “croot.. cruut.. croot.. croot.. cruut.. croot..!”. Aku muntahkan pejuhku kedalam cabut kontolku dari memek tembemnya, terlihat lendir putih bercampur dengan darah segar mengalir keluar dari liang kemaluannya.“Ndoro.., kenapa Ndoro pipis diperutnya Tika.., perut Tika jadi hangat Ndoro..”.“Iya nduuk.., biar kamu nggak kedinginan.., ayo sekarang Tika bobok ya.., sini Ndoro kelonin..”.“Inggih Ndoro.., sekarang Tika capek.., Tika pengen bobok..”.Aku perhatikan memeknya sudah mulai melebar dan agak membelah dibandingkan sebelum aku perawanin. Aku peluk dia dan aku cium dengan mesra Tika, si gadis kecilku. Aku dan tikapun akhirnya tertidur dengan pulas. Nikmaat.

Awalcerita, aku berkenalan dengan seorang cowok sebut saja Hendrik. Kebetulan Hendrik satu kantor denganku dan dia adalah manager saya. Sejak perkenalan itu, akhirnya kami semakin akrab dan akhirnya bersahabat. Itu karena kami mempunyai banyak persamaan pada diri masing-masing. Kami suka clubbing (dugem).
Perkenalkan namaku Andre. Aku hidup di keluarga biasa saja di sebuah kota yang berjarak sekitar 100 km dari ibukota propinsi. Ayahku seorang Guru dan ibuku hanya sebagai ibu rumah tangga. Aku anak kedua dari dua bersaudara. Kakakku seorang perempuan yang kini kuliah semester 3 di perguruan tinggi ternama di negeri kami berdua memang agak jauh. Aku sendiri masih duduk di kelas VI SD. Kehidupanku seperti anak biasanya, hanya saja mulai akhir kelas V ada sesuatu yang aneh terjadi. Aku sesekali ngompol tetapi yang kukeluarkan bukan air kencing tetapi sesuatu berwarna putih yang mempunyai bau khas. Karena takut atau malu aku tidak menceritakannya pada yang aneh juga, kemaluanku sering berdiri ketika melihat wanita-wanita cantik. Apalagi yang usianya jauh di atasku. Tidak jarang ibu-ibu. Mungkin aku mengidap Oedipus complex ya. Tapi kala itu aku masih tidak tahu apa-apa, pernah juga aku melihat burungku ketika berdiri, kutarik kulup burungku ketika berdiri sehingga bagian dalamnya tersembul lingkungan rumahku aku mempunyai seorang teman dekat. Namanya Arifin, kami setingkat dalam sekolah akan tetapi berbeda tempat. Rumahnya juga tidak seberapa jauh, hanya beda 5 rumah saja. Ayahnya seorang tentara yang sering dinas keluar kota. Kamis sering bermain dan belajar itu minggu pagi, di lingkungan kami diadakan kerja bhakti menyambut musim hujan yang sudah tiba. Aku tidak mengikutinya, hanya bermain dengan si Arifin di teras rumahnya. Ibunya juga sibuk menghidangkan kopi dan snack sebagai ganti suaminya yang tidak ikut karena dinas di luar kota. Tidak kusadari aku memperhatikan bu Iskandar, ibunya Arifin ketika lewat sambil membawa gelas dan mug sisa kopi.“Heh, ndelok’i opo Ndre? Heh, Liatin apa kamu? Tanya Arifin mengagetkanku. “Nggak Fin, ga opo-opo” Nggak kok Fin, Nggak apa-apa jawabku. “Halah, koen nek ndelog ibuku mripatmu koyok arep mencolot” Ah, kamu kalo liat ibuku matamu kayak mau copot gitu ujarnya lagi. Aku hanya tersenyum. “Eh, kapan koen arep sunat Ndre?“Eh, kamu kapan mau di khitan Ndre? tanyanya lagi. “Embuh Fin, wedhi aku, jarene loro” Nggak tau Fin, aku takut, katanya sakit jawabku. “Lha koen dewe kapan?” Lha kamu sendiri kapan? tanyaku balik. “Lho nek aku wis mari yo.. biyen jarene pas aku umur 2 taun” jawabnya. Lho, kalo aku sudah, dulu katanya waktu aku umur 2 tahun “Iya ta?“tanyaku lagi. “Iyo, malah manukku wis iso metu pejuh’e” Iya, malah burungku dah bias mengeluarkan mani jawabnya. Pembicaraan kami terhenti ketika bu Is lewat. “Fin, aku nang pasar yo. Ojo nang endi-endi, aku ga gowo kunci” Fin, aku ke pasar ya, jangan kemana-mana, aku ga bawa kunci ujar bu Iskandar kemudian berlalu.“Eh, pejuh iku opo Fin?” Eh, mani itu apa tanyaku. Akhirnya temanku itu menjelaskannya dan bisa kutarik kesimpulan bahwa yang kukeluarkan ketika mimpi itu adalah pejuh Sperma alias air mani. “Berarti pelimu wis iso ngaceng yo Ndre?” Berarti burungmu sudah bisa berdiri ya Ndre Tanya Arifin sambil mengangguk. “Edan koen Ndre, jare ibuku, iku baru iso nek wis sunat, tapi koen during sunat wis iso.. eh wis tau coli ta” tanyanya. Gila kamu, kata ibuku hal itu baru bias kalo kamu sudah dikhitan, tapi kamu belum, eh udah pernah onani ta?”Opo iku” jawabku. “Liane mimpi, pejuh iku iso ditokne dewe, ga ngerti ta?“Selain lewat mimpi, mani itu bias dikeluarin sendiri, kamu tahu nggak? Tanya temanku itu. Aku hanya menggeleng. “Beh, wenak Ndre rasane.. aku yo ketagihan, meh ben dino aku ngene” Wah, enak Ndre rasanya, aku juga ketagihan, hamper tiap hari aku ginian jawabnya sambil menunjukkan tangannya yang mengadegankan dari temanku itu aku tau cara onani yang akhirnya jadi bagian dari kehidupan masa kecilku. Suatu hari, ketika itu liburan Cawu II aku bermain di rumahnya Arifin. Setelah lelah bermain monopoli, kami pun ngobrol. Entah kenapa tiba-tiba arah pembicaraan kami ke hal yang berbau sex. “Eh, koen nek coli sering mbayangne sopo Fin?“Eh, kamu kalo onani sering membayangkan siapa? tanyaku. Temanku itu tersenyum. “akeh Ndre, hamper semua ibu-ibu di sini tau dadi imajenasiku” Banyak Ndre, hampir semua ibu-ibu disini pernah jadi bahan imajenasiku jawabnya sambil tersenyum. “Berarti ibuku yo tau Fin” Berarti ibuku juga pernah? tanyaku. “Yo jelas lah Ndre.. ibumu iku top! Susune guedhe, sering ga gawe BH kan yo” Ya jelaslah Ndre. Ibumu itu top banget, payudaranya besar, sering ga pakai BH kan ya? jawabnya lagi yang membuatku cemberut. “Halah, ga usah ngamuk Ndre.. koen yo paling sering mbayangne ibuku” Halah, nggak usah marah Ndre, kamu juga paling sering membayangkan ibuku ujarnya lagi.“He eh.. iya” jawabku menyadari kenyataan. “Nek susune ibuku cilik Ndre” Kalo ibuku payudaranya kecil Ndre ujarnya lagi. “Kok weruh koen?” Kok kamu tahu pancingku. “eh, aku sering ngintip ibuku adhus” Iya aku sering ngintip ibuku waktu mandi jawabnya sambil setengah berbisik. “Gendeng kon” Gila kamu kehidupan masa kecilku, normal-normal saja sampai ketika aku memasuki kelas 1 SLTP. Aku dan Arifin masih tidak satu sekolah sekolah. Hingga suatu hari terdapat acara di sekolahku sehingga baru pukul pagi semua siswa dipulangkan. “Pak Mo, ga mungkin jemput kl jam segini” pikirku. aku pun berjalan kaki langkahku ketika mendekati rumah Arifin, temanku. Pandanganku tertuju pada becak pak Mo yang terparkir di depan rumah. Lingkungan kami memang tergolong sepi kalau pagi hari. Banyak yang bekerja meskipun itu para ibu-ibunya. Pak Mo itu sendiri adalah tukang becak yang biasanya antar jemput aku dengan Arifin di kampung sebelah. “Mungkin si Arifin juga udah pulang” pikirku. Aku segera mampir ke rumah yang sepi itu. Tidak ada tanda-tanda ada pemiliknya. Pak Mo sendiri memang sering diminta tolong warga sekitar untuk membantu bersih-bersih atau hanya sekedar mengangkat sampah atau membeli elpiji. Karena pintu utama terkunci aku akhirnya ke samping rumahnya Arifin yang tembus di bagian belakang rumah terdengar suara di salah satu kamar yang biasanya digunakan Bu Is setrika. Entah kenapa saat itu aku penasaran. Aku berjalan seperti maling, mengendap-endap menuju asal suara itu. Pintu ruangan itu sedikit terbuka. Suara itu semakin jelas. Suara seperti orang kepedesan dengan nafas yang aku terkejut ketika melihat bu Iskandar sedang menaiki tubuh pak Mo yang tergolek beralaskan tikar. Pinggul wanita yang masih memakai daster itu bergoyang maju mundur kadang-kadang diputarnya. Mulutnya meracau. Sedangkan pak Mo tidak melepas seluruh bajunya hanya celananya saja yang saat kemudian desahan bu Is semakin kencang. “SSStttsss… ooccchh… aku arep metu pak… aku arep metu pak… ooocccchhhhhh” SSStttsss… ooccchh… aku mau keluar pak… aku mau keluar pak… ooocccchhhhhh jerit bu Is.. tubuhnya mengejang, kepalanya sampai menengadah. Matanya saat kemudian tubuh bu Is ambkruk di sebelah pak Mo. Baru itu kemaluan pak Mo terlihat jelas. “Ayo pak, ndang tokne wis”Ayo pak, cepet keluarin wis kata bu Is dengan suara berat. “Ojo suwi-suwi.. aku wis metu kok” Jangan lama-lama, aku dah keluar/klimaks kok kata bu Is sambil mengakangkan kedua kakinya ketika pak Mo berlutut di menyibakkan dasternya sampai ke perut sehingga bagian kewanitaan bu Is sekilas terlihat olehku yang lalu tertutup tubuh pak Mo yang menindihnya. Hanya beberapa menit kulihat pak Mo pun mencapai puncak kenikmatannya. Sejenak mereka terdiam. Aku yang menyaksikannya semakin terangsang. Itu pertama kali aku melihat adegan kedua orang itupun berdiri. Kulihat kemaluan pak Mo yang masih terbungkus kondom itu sudah mulai melemas. “Buang kondomnya jauh ya pak” ujar bu Is sambil menyerahkan celana pak Mo supaya lelaki itu cepat memakainya. “Inggih bu” Iya bu sesaat kemudian pak Mo beranjak. “Jangan lupa tutup pintunya pak” pesan bu Is yang tidak dijawab oleh lelaki kemudian aku mulai bingung, bagaimana kalo wanita itu mengetahui keberadaanku di sana. Tapi sejenak kupikir, kenapa aku yang bingung, harusnya wanita itu yang bingung karena aku tahu perselingkuhannya dengan pak Mo. Kemudian aku mendengar suara orang mandi yang pasti bu Is. Aku segera melompat keluar rumah itu segera tetapi di jalan aku bertemu si Arifin yang berjalan pulang. “Eh, koen yo is mulih?” Eh, kamu dah pulang tanyanya. Untung saja si Arifin tidak tahu apa yang terjadi di rumahnya. “Iyo, tak pikir koen yo wis mulih, mau arep mampir tapi ga sido”iya, tak piker kamu juga udah pulang, tadi mau mampir tapi nggak jadi Is memang agak terkejut melihat kedatangan kami. Tetapi ia tampak cepat menguasai keadaan. Situasi seperti biasanya. Sesekali kulihat bu Is, membayangkan tadi apa yang dilakukannya dengan pak Mo. Aku yang sejak tadi terangsang semakin bingung. Tetapi yang jelas, aku ingin sekali seperti pak Mo pun tahu tingkah lakuku yang aneh. “Kon kok koyok wong bingung ae Ndre” Kamu kok kayak orang bingung sih Ndre? Tanya Arifin. Akhirnya setelah berpikir lama aku nekad mengambil secarik kertas. Tanpa sepengetahuan Arifin, aku menulis sesuatu di kertas itu. Sambil alasan ke kamar mandi kuserahkan secarik kertas itu pada bu Is yang sedang menyetrika.“Dibaca ya bu” ujarku langsung berlalu menuju Arifin di ruang tengah. Sekitar lima menit kemudian bu Is masuk, sekelebat menyerahkan kertas padaku. “Fin, angkatno klambi nang setrikoan gih” Fin, Tolong angkat baju dari ruang setrika ya perintah bu Is. Arifin menurut langsung beranjak. Kesempatanku untuk membaca kertas balasan bu Is.“aku tahu apa yang bu Is sama pak Mo lakukan tadi” loh ini kan tulisanku tadi. Setelah kubalik, ternyata jawabannya ada di situ. “Tolong jangan bilang siapa-siapa. Apa maumu?” aku segera membalasnya. “Aku pengen seperti pak Mo” tulisku singkat. Kemudian bu Is keluar kamar menoleh ke arahku yang segera ku serahkan secarik kertas itu lagi yang langsung dibawanya ke bagian belakang lama Arifin pun datang. Lama wanita itu tidak member jawaban. Aku semakin berdebar. Sampai akhirnya waktu normal sekolah pulang, aku segera pamit. Takut dicari oleh ibuku. Ternyata ketika aku pamit pulang, wanita itu menyerahkan kembali kertas kepadaku. “Iya, nanti malam kamu nginep sini ya” jawaban yang membuatku Pikirku. Hari itu terasa panjang sekali. Terasa lama sekali hari beranjak malam. Hingga akhirnya setelah maghrib, aku pamit ke ayahku. “Pak, aku nginep di rumah Arifin ya, belajar bersama” pamitku setengah takut. “Iya. Eh, biar ibumu Tanya dulu ke bu Is” jawab ayahku kemudian menyuruh ibuku telpon bu hati girang aku melangkah ke rumah tetanggaku itu. Malam itu aku akan merasakan nikmatnya seks. Dan bu Iskandar yang akan melakukannya denganku. Walhasil aku tiba di rumahnya. aku tidak konsen lagi dengan belajarku. Yang aku pikirkan adalah bagaimana nanti. Bu Is sudah memberiku isyarat setelah Arifin berdetak cepat, hingga pukul 10 malam, si Arifin akhirnya benar-benar tertidur. Dengan sabar aku tunggu setengah jam kemudian aku gerak-gerakkan pelan tubuh temanku itu. Ia tetap terlelap. Perlahan aku beranjak keluar dari kamarnya. “Arifin wis turu Ndre” Arifin udah tidur Ndre Tanya bu Is ketika aku menutup pintu mengangguk. “Kuncien” Kunci pintunya ya perintahnya yang segera kulakukan. “ayo” ajak wanita itu pelan. Aku mengikutinya yang menuju kamar belakang. Kututup pintu kamar itu setelah kami berdua berada di dalam. Di kamar itulah aku melepas keperjakaanku. Bu Iskandar dengan sabar dan telaten mengajariku pun berlalu. Hubunganku dengan bu Iskandar pun masih terjaga dan akupun menjadi satu-satunya pemuas bu Is ketika 2 bulan lalu pak Mo memutuskan untuk merantau ke Malaysia. Sejak saat itu seks menjadi bagian penting dalam hidupku. Hingga suatu ketika di pertengahan kelas 1 SMP, lagi-lagi semua siswa di sekolahku dipulangkan karena semua dewan guru aku senang, tetapi mengingat pak Iskandar masih di rumah. Pikiran untuk meminta “jatah” dari bu Is pupus. Aku pun segera pulang belum pukul 9 pagi aku sudah sampai di pintu pagar rumahku yang tumben tidak terkunci. Pintu utama ruang tamu pun terlihat sedikit terbuka. Tanpa pikir apa-apa aku segera sepasang sepatu yang diletakkan di dalam ruang tamu membuatku terkejut. Dan aku sepertinya mengenali sepatu tersebut. Perlahan aku masuk ke dalam rumah. Kulihat TV hidup tanpa ada yang melihat. Dimana gerangan ibuku. Perlahan kucari di bagian belakang rumah, dapur, kamar mandi dan kamar orang tuaku pun tidak tertuju pada kamarku yang pintunya tidak tertutup sempurna. Dengan perasaan curiga aku dorong pelan pintu kamarku sehingga sedikit terbuka. Betapa terkejutnya aku ketika melihat apa yang tejadi di dalam kamarku. Kulihat ibuku sedang mengulum kemaluan temanku Arifin yang berdiri bersandar di meja masih memakai baju tapi celana SMP nya berserakan di lantai. Ibuku yang kala itu rambutnya diikat dengan lahap menjilati batang kemaluannya Arifin yang merem melek keenakan. Kaos ibuku juga sudah terlepas sehingga tubuh bagian atasnya hanya tertutup BH hitam yang salah satu cupnya terlepas sehingga payudara kiri ibuku yang besar itu tersembul keluar.“Gila!” Ingin segera aku masuk dan menghentikan perbuatan mereka. Tapi aku berubah pikiran. Aku ingin melihat permainan terlarang mereka. Terus terang, hal itu juga membuatku terangsang. Diam-diam aku juga mengidolakan ibuku. Tidak jarang aku membayangkannya ketika onani. Mungkin ini juga kesempatanku untuk bisa mencicipi saat kemudian ibuku berdiri lalu melepas celana dalamnya tanpa melepas rok yang dipakainya. Ini saatnya aku masuk. “Ibu… arifin !” kataku pura-pura terkejut. Tidak kalah terkejutnya mereka sampai-sampai kepala temanku itu terantuk meja belajarku. Cepat-cepat mereka berusaha memakai kembali pakaian mereka.“Nggak Ndre.. ini… anu…” gumam ibuku bingung. “Anu Ndre… maaf..” Arifin pun berkata sambil menutupi bagian kemaluannya. “Loh kok malah berhenti sih? aku ganggu ya” ujarku lalu masuk ke dalam kamar dan menaruh tasku. “Lanjutin aja bu, nanggung tuh” kataku lagi. “Nggak Ndre… Nggak” jawab ibuku sambil memakai kaosnya.“kalo nggak dilanjut, malah aku nanti bilang bapak lo” kataku. “Jangan Ndre” arifin menyela. “Yo ndang Fin… kenthu’en ibuku!” Ayo cepet Fin, setubuhi ibuku! jawabku. “Ndre.. tolong” kata ibuku memelas. “Iya bu, lanjutin aja.. kalo nggak malah aku bilang ke bapak.. kalo lanjutin dan aku liat, aku nggak bakal bilang siapa-siapa” berdua sejenak saling memandang. “ayo Fin” akhirnya ibuku menyetujuinya dan langsung melepas rok dan celana dalamnya. Kemudian ia membaringkan tubuhnya di tempat tidurku. Dengan agak ragu Arifin berjalan kearah tempat tidur. “Ayo” kataku lagi. “Iya Ndre” jawabnya pelan lalu menaiki tubuh ibuku yang menyambutnya dengan mengekangkan kedua kanan ibuku meraih batang kemaluan Arifin dan mengarahkannya ke bagian kewanitaannya. Dengan sekali dorong batang kemaluan Arifin langsung masuk ke dalam vagina ibuku. Setelah membetulkan posisi masing-masing, si Arifin mulai memompa tubuh ibuku. Aku lalu duduk di sebelah kepala ibuku sambil gerakannya kayaknya si Arifin ini nggak sekali dua kali sudah menyetubuhi ibuku. Mulut ibuku mendesah, nafasnya tersengal, matanya terpejam. “Bu, aku nanti juga mau ya” bisikku di telinga ibuku. Mata ibuku terbuka dan memandangku. Kuraih tangan ibuku dan membimbingnya ke batang kemaluanku yang sudah mengeras seperti si Arifin mempercepat gerakannya. Sepertinya ia akan mengalami klimaks. “Fin, tokno njobo!” Fin, keluarin spermamu diluar kataku. Ia mengangguk. Beberapa detik kemudian ia mencabut batang kemaluannya dan langsung mengocoknya. Beberapa detik kemudian kemaluannya temanku itu memuncratkan air maninya di atas tubuh ibuku yang my time, pikirku. Aku lalu melepas celana yang kupakai. “Jilat dong bu… masak cuman punya Arifin yang dijilat” kataku. “Iya Ndre” jawab ibuku kemudian duduk dan mulai menjiati batang kemaluanku. Kemudian aku berusaha melepas kaos yang masih dikenakan ibuku. Wanita itu tanggap. Ia menghentikan kulumannya dan melepas kaos serta BH yang ia telanjang bulat. “Masukin ya bu” kataku pelan. Aku segera membaringkan tubuhku di ranjang. Tanpa diminta lagi ibuku segera menaikiku dan memasukkan batang kemaluanku ke dalam liang vaginanya. Tanpa banyak bicara wanita itu langsung menggoyangku dengan cepat. Terasa enak sekali. Sengaja aku jebol pertahananku sendiri agar dikira belum pernah melakukan hubungan banyak omong, ibuku langsung keluar kamar dengan membawa seluruh pakaiannya. Tinggal aku dan Arifin yang sama-sama terdiam. “Maaf ya Ndre” akhirnya kata itu keluar dari mulut Arifin. Aku hanya tersenyum. Dalam pikiranku, ia tidak tahu kalau sebenarnya aku juga sering tidur dengan ibunya. “Mulai kapan Fin?” tanyaku. “sebulanan Ndre. Ini yang keempat” jawabnya pelan. “Berarti disik aku Fin, hehe” Berarti duluan aku Fin jawabku lalu tersenyum. “Maksudmu ndre” tanyanya bingung. “Aku mulai 2 bulan kemarin” jawabku lagi. “Apanya” Tanya Arifin semakin penasaran. “ibumu, hehe” jawabku sambil menunjukkan tanganku yang menggenggam tanda persetubuhan. “Gendeng koen!” iyo tah!?” Gila kamu! Iya ta? jawab Arifin sambil mendorong tubuhku yang disusul oleh senyumku
TanteGirang. Cerita Dewasa Enaknya Kontolku Diremas Oleh Ibu - Untuk saay ini profesiku yang sebenarnya adalah sebagai pengacara, namun belakangan ini aku lebih dikenal sebagai seorang paranormal yang sanggup untuk memecahkan masalah masalah yang sulit termasuk menyembuhkan beberapa penyakit yang disebabkan oleh gangguan psikis.
Petang Hari Dengan Isteri Aku sampai ke rumah sekitar jam 6. 30, aku ketemu isteri, Nuniek, di teras dan minta dia bikinin kopi. Aku buru-buru masuk kamar mandi yang ada dikamar utamaku, bilang sama dia kalo kebelet pipis, padahal aku mau ngecek kalo ada bekas-bekas lipstick atau apa lainnya dari Bu Henny atau Bu Yanti tadi pernah ketahuan sekali ada bekas lipstick di bajuku dan kami ribut sekitar 1 minggu. Aku mandi air panas dari shower sekitar 10 menit. Badanku jadi segar kembali. Aku lupa enggak bawa handuk jadi keluar dari kamar mandi telanjang. Sedang aku cari handuk, isteriku masuk kamar terus bilang"Bugil, nich ye. Sini, aku cariin handuk". Dia ambil handuk, dikasihkan ke aku, tapi tangannya sempat memegang kontolku sambil ngomong"Yang beginian aja koq banyak yang nyari". Deg, aku kaget dalam hati. Apa dia tahu lagi aku menyeleweng? Apa dia tahu hari ini aku masuk motel sama cewek? Apa Bu Yanti udah telepon dia? Aku masih diam dan takut ketahuan, ketika isteriku bilang"Kopinya udah Mas, mumpung masih panas diminum, ada lumpia sama cake juga tuch". "Iya, iya", kataku. Aku pakai celana pendek CD juga dan kaos oBLong dan ke ruang keluarga minum kopi dan menikmati snack, sambil baca koran sementara isteriku menemani, juga Diah, teman isteriku. Sekitar jam 7. 30 aku masuk kamar, bilang mau tidur dulu. Aku betul-betul cape, habis seharian ngerjain dua perempuan masing-masing dua kali lagi. Aku terlelap. Aku terbangun ketika merasakan ada tangan halus menggerayangi kontolku, aku buka mata eh isteriku duduk diranjang dan cepat sekali mencopot celana pendekku sekaligus CD ku dia langsung sedot kontolku dia kulum dia jilat-jilat kepala kontolku biji pelerku. Ini betul-betul kejutan karena sudah lama sekali dia enggak pernah ngoral aku. Tapi aku juga khawatir jangan-jangan dia mau bikin ngaceng kontolku terus memotongnya, karena aku ingat kata-kata dia waktu ngambilin handuk tadi"Yang beginian aja koq banyak yang nyari". Aku jadi waspada, tetapi itu enggak terjadi, malah sesudah sekitar 5 menit isteriku ngoral kontolku, langsung dia buka semua pakaiannya, kaosku juga dibukain dan dia jongkok diatas kontolku, nafsu sekali dia, dia pegang dan masukin ke vaginanya, dia main atas menghadapku sekitar 7 menit, ganti posisi membelakangiku tanpa mencabut kontolku persis seperti Bu Yanti tadi siang, dia menurun-naikkan pantatnya kencang sekali, penuh gairah yang enggak biasa-biasanya. Karena rahasia keluarga, aku enggak ceritain detilnya, yang jelas sesudah sekitar 20 menit aku masih bisa keluarin pejuh meski cuma beberapa tetes. Sesudah selesai, isteriku dengan lembut sekali membersihkan kontolku, dia sendiri kemudian ke kamar mandi, terus tiduran diatas dadaku, dia elus-elus dadaku, dikecupnya bibirku. Aku sangat heran dengan perlakuannya yang sudah lama sekali enggak dia berikan padaku. Akhirnya dia bilang"Mas, aku mau cerita dan minta sesuatu ke Mas. Tapi sangat rahasia, Mas". "Ada apa, Niek? Kalo bisa, ya kenapa enggak?". Dengan suara lembut akhirnya isteriku buka rahasia, kalo dia meminta aku memberikan kehangatan buat Ibu Diah. Bu Diah, teman isteriku, umurnya 42 th, punya anak 1 dan suaminya lagi tugas belajar diluar negeri sudah 1 th tinggal 1 th lagi. Dulu Diah diajak suaminya ke LN enggak mau, dia memilih ambil MM bidang IT Information Technology di satu universitas di Jakarta, dengan izin cuti panjang dari perusahaannya di Solo. Selama di Jakarta, dia banyak tinggal di rumah kami, meski sering bolak balik Jakarta-Solo menengok anaknya yang diasuh orang tua Bu Diah. Aku tahu dia rajin sekali belajar dan cari data dari banyak instansi, juga mengakses internet untuk mendapatkan data maupun pengetahuan IT yang modern dari universitas di Jepang, Amrik juga Inggris. Dia juga sangat rajin senam, fitness maupun BL, beberapa kali aku temanin dia jogging di Senayan. Dia selalu anggun dengan BLazer dan mobil kecil yang dibawanya dari Solo, meskipun dirumah selalu santai dengan pakaian longgar. Memang bodynya aduhai sekali, ditambah kulitnya yang mulus kencang. Payudaranya kelihatan kencang, pinggulnya bagus dan pantat bulat padat. Tapi aku enggak pernah mikirin Bu Diah yang aneh-aneh. Waktu aku kelihatan bengong mendengarkan permintaan isteriku, isteriku bilang kalo Bu Diah sendiri yang memintanya, sudah beberapa kali dengan pertimbangan2 mendalam. Bu Diah selama ini mencoba menahan hasrat sexualnya melalui kegiatan-kegiatan belajar, senam, fitness, BL, tapi keinginan bersanggama enggak bisa dihilangkan. Bu Diah onani, tapi enggak puas juga. Waktu suaminya belum ke LN mereka paling sedikit sehari sekali ML. Bu Diah juga punya teman deket selama belajar di Jakarta, dia pikir apa mau ngajak mereka ML. Tapi akhirnya Bu Diah memilih aku, karena dianggap bisa menjaga rahasia, demikian juga isteriku, tanpa Bu Diah dan suami serta keluarganya kehilangan nama baik di masyarakat. Isteriku sendiri bilang kalo tidak keberatan. "Itulah Mas, ceritanya. Kalo Mas mau, malam ini aku atur acara sama Ibu Diah. Tapi terus terang tadi aku kerjain Mas, soalnya aku mau duluan sebelum Bu Diah kerjain punya Mas ini", kata isteriku sambil tersenyum nakal sambil memegang kontolku. Aku masih diam saja, enggak percaya sama permintaan yang enggak masuk akal ini, tidur sama Ibu Diah yang sama sekali nonsense menurutku. Petang Hari Dengan Ibu Diah Kami makan bertiga, aku duduk diujung meja dengan isteri disebelah kananku dan Ibu Diah disebelah kiriku. Pemandangan biasa sehari-hari. Tapi kali ini, bukan lagi biasa. Aku makan cukup banyak. Sesudah makan, Ibu Diah mau kupasin mangga, tapi isteriku bilang"Nggak usah Bu, biar aku aja. Ibu temanin Mas aja". Kami di meja makan sekitar 30 menit. Kecuali cerita bohong kalo aku cape sekali kena macet dijalan dan banyak kerjaan harus ke Cikarang ngecek inventory disana, aku banyak diam, tapi pikiranku mulai ngebayangin Ibu Diah yang memang cantik, anggun, berwibawa dan sexy, aku bayangin gerakan2nya kalo fitness, kalo senam ringan waktu pantatnya nungging, waktu jogging buah dadanya goyang-goyang. Ibu Diah suka dansa, dia juga bisa tari Jawa. Enggak terasa lutut kaki kiriku menempel ke kaki kanan Bu Diah dibawah meja dan ini mulai menimbulkan sensasi sexual yang menggairahkan. Sesudah selesai makan, isteriku bilang"Ibu keatas dulu ya, siapin VCD, kita karaoke bareng-bareng. Aku mau benahin ini dulu", kata isteriku yang cepat membersihkan meja dll karena pembantu kami cuman kerja siang hari aja, jadi kami cuma bertiga kalo malam hari. Isteriku memang baik sekali, dia juga siapin vitamin h. n dan i. nggak boleh sebut merek kan? supaya aku perkasa, dia tersenyum waktu nyuruh aku minum, mungkin dalam hati dia bilang"Nih biar kuat, tadi kan cuma ngecret aja". Kami bertiga berkaraoke ria di kamar keluarga diatas. Suasana santai yang diciptakan isteriku, lagu-lagu yang kami nyanyikan bersama, benar-benar memberikan kelegaan, keriangan dan kedekatan hatiku dengan Bu Diah. Rasa cape-cape hilang semuanya. Aku duduk ditengah diapit Nuniek dan Ibu Diah di sofa besar yang empuk, kadang-kadang berdiri waktu nyanyi, sekali-sekali makan cake dan minum coca cola yang disediakan isteriku. Ada sekitar 1 jam acara karaokean ini, terus isteriku ngusulin kita melantai aja, dia pilih lagu-lagu berirama walts seperti Tenneese Waltz, The Last Waltz dan sejenisnya. Isteriku mula-mula ajak aku dansa, dia seakan demonstasikan didepan Ibu Diah gimana pasangan suami-isteri dansa sambil berpelukan erat, pipi menempel, tangan meraba pantat dansa yang pelan merangsang. Sesudah 3 lagu, kemudian dia suruh aku gantian sama Ibu Diah sambil berbisik"Sekarang Mas sama Bu Diah ya. Aku ikhlas sekali, Mas". Aku enggak perlu lagi menjawabnya, karena aku memang sudah ingin mendekap Ibu Diah. Aku dekatin Diah, aku ajak dia dengan senyum yang Bu Diah balas dengan senyum manis sekali, aku rangkul kemudian langkah kakiku dan Bu Diah mengikuti waltz demi waltz yang enggak terputus, karena udah disetel sama isteriku. Awalnya aku belum rapat memeluk Bu Diah, mungkin aku ragu dan dia juga malu-malu, tapi aku mulai merasakan kehangatan tubuh indah ini, body tinggi dengan porsi atletis, lekuk-liku yang artistik sekali, Hemm, Bu Diah memakai parfum yang merangsang seperti yang dipakai Bu Yanti tadi. Aku yang Cuma pakai celanda pendek dan kaos, juga Bu Diah dengan short ketat dan kaos pendek tanpa beha berpelukan erat dan semakin erat, kepalanya bersandar di bahuku, payudaranya menempel ketat di dadaku, pantatnya yang besar keras aku rapatkan sambil terus aku elus-elus, barangnya yang cembung menempel dikontolku yang keduanya hanya dibatasi celana. detak jantungku bertambah kuat, nafas menderu panas. Aku lihat isteriku udah enggak ada lagi, dia sangat baik memberikan kesempatan kami mereguk kehangatan. Sambil kaki masih mengayun enggak karuan lagi mengikuti irama lagu, aku copot kaosku dan aku juga mencopot kaos ketat Bu Diah. Bukan main Semua cewek hari ini kalah sama Bu Diah, susu Bu Henny kalah besar, payudara Bu Yanti kalah kenyal, juga isteriku tentu saja. Aku masih meneruskan ayunan kaki, tapi bibir ini mulai mencium buah dada Bu Diah hingga dia mengerang, aku kulum pentilnya yang masih kecil mungkin dulu dia enggak nyusuin anaknya warnanya kemerahan. Aku enggak tahu lagi apa musik masih mengalun apa enggak, tangan ini mulai meremas buah dada yang indah sekali itu mengelus perutnya yang kecil meraba dan menekan pantatnya yang besar keras aku tempelkan kontolku kencang sekali keshort ketatnya yang membentuk cembung karena vaginanya Di atas ada kamar yang cukup besar, aku ayunkan Bu Diah dengan langkah pelan kedalam sambil berpelukan erat, aku hidupkan AC dan aku melantai atau lebih tepat mengadu badan didepan kaca besar. Aku nikmati tubuh indah melalui kaca, aku rasakan kehangatan nafas Bu Diah, aku hirup wangi tubuhnya wangi wanita yang minta dipuaskan syahwatnya. Bu Diah kelihatan malu waktu melihat dirinya di kaca, dia alihkan pandangan ketempat lain. Aku sengaja lama-lamain kemesraan ini, sekaligus memulihkan kondisiku alias mengembalikan keperkasaan kontolku setelah minum vitamin dan obat kuat dari isteriku tadi. Ibu Diah pasrah tapi enggak mau pro-aktif, mungkin masih malu, dia biarkan aku berbuat apa saja menggerayangi lekuk-liku tubuhnya dan kemudian melucuti short dan sekaligus CD nya kaki yang indah, paha yang berisi. Aku renggangkan pelukan dan pandang tubuh indah Bu Diah, dia malu. "Mas, jangan dilihat gitu ach", sambil dia merebahkan badannya ke aku. Aku peluk dia, aku cium dan aku balikkan kearah kaca. "Mas, malu ah Mas", kata Bu Diah waktu melihat tubuhnya telanjang bulat di kaca. Tapi aku perkuat rangkulanku sambil meremas buah dadanya, aku cium lehernya dan tanganku yang lain meraba-raba pusat kewanitaannya yang berambut tipis tanganku kuat memegang pahanya aku buka selangkangannya, aku telusuri vaginanya yang kenyal aku elus belahannya. "Mas. udah Mas.", kata Bu Diah dan memang aku merasakan cairan hangat keluar dari vaginanya. "Aku keluar Mas". Dia mulai gemetar, lalu aku angkat dia ke ranjang besar. aku rebahkan dan lagi aku raba-raba vaginanya. aku elus itilnya. aku lihat merah sekali. Bu Diah cepat-cepat menutupinya, tapi aku angkat lagi tangannya karena aku mau menikmati pemandangan 'apem Solo belah tengah' yang gurih ini. Aku sengaja enggak mau ngoral dia, aku sentuhkan jariku pelan-pelan ke itilnya. Bibir kemaluan Bu Diah semakin basah. Aku enggak tahan lagi, aku lepas celana pendek dan CDku aku naik ke atas dan aku arahkan kontolku yang ngaceng keras itu kelubang kemaluan Bu Diah aku tekan sekali dua kali belum masuk, akhirnya tangan Diah membantu mengarahkan ke lubang kemaluannya yang sempit sekali, dan akhirnya BLees kepala kontolku menembus kemaluan Bu Diah yang rapet, sesak rasanya. Aku maklum vagina Bu Diah udah setahun enggak kemasukan kontol jadi kaget tapi senang sekali apalagi tadi aku bilang kepala kontolku memang besar meski panjang kontolku biasa-biasa aja. Aku sadar siapa yang aku setubuhi, maka aku beraksi gentleman cara halus aku pakai aku tusuk pelan tapi mantap ada mungkin 5 menit ketika Bu Diah berbisik"Mas cape ya? Biar aku yang kerja". Bu Diah ambil alih kendali senggama, dia goyangkan pantatnya enggak terlalu cepat, tapi dia kerja dengan tenaga dalamnya otot-otot vaginanya mencengkeram erat kontolku memiji-mijit batang kemaluanku, aku betul-betul keenakan, jarang sekali perempuan bisa empot-empot ayam seperti Bu Diah. Isteriku pernah coba, tapi enggak lagi sesudah punya anak, beberapa cewek bisa empot-empot ayam, yang terlama dan terkuat aku ingat Mbak Rita cewek Kuningan yang aku pernah aku entotin tiga kali. Aku enggak perlu keluar banyak energi menyetubuhi Bu Diah, aku naik turunkan kontolku pelan-pelan dan dalam-dalam di lubang senggama Bu Diah, sementara empot-empot vaginanya terus mengurut-urut batang kontolku sedangkan mulutku menyedot buah dada putih besar bagai hidangan yang harus dinikmati, tangan Bu Diah memelukku erat, tangan kananku meremas bokong dia dan angan kiriku menahan berat badanku. shhssh, sshh. desis Bu Diah terus menerus ada sekitar 10 menit, lalu Bu Diah mengerang"Maas, aku keluar lagi Maas.". Aku cium keningnya, bukannya Bu Diah melemah tapi dia pindahkan kedua tanganku dikiri kanan mepet buah dadanya dan tangan dia dua-duanya memegang sandaran ranjang Bu Diah keluarkan tenaga dalam lebih hebat lagi pantat memutar teratur sekali lebih keras dan, empot-empot-empot-empot vagina Bu Diah lebih sering dan lebih kencang memijat-mijat kontolku. "Maas. aduuh.", Bu Diah orgasme lagi, tapi pantatnya terus berputar dan empot-empotnya enggak berhenti berhenti. Kontolku dengan kuat aku gosokkan kekiri-kanan bibir vaginanya, aku senggol-senggolkan ke itil Bu Dian sementara aku senang sekali pandangin wajah Bu Diah yang merem melek, mulut terbuka agak lebar aku jawab haus gairah Bu Dian dengan tusukan-tusukanku kejantananku, aku penuhin dahaga syahwati Bu Diah dengan sodokan-sodokan kemaluanku yang kuat, aku bikin Bu Diah menggelinjang mengerang penuh nikmat birahi. "Aah. aah. aahh.", erangan erotis Bu Diah yang semakin keras sampai akhirnya aku tumpahkan air maniku dalam-dalam ke vagina Bu Diah. "Mas. Maas. Maas.", jerit kecil Bu Diah sambil kakinya mancal-mancal dan dia tarik aku, dia gigit leherku. Airmaniku ternyata cepat direproduksi, cairan kelaki-lakianku banyak masuk ke vagina Bu Diah, pejuh kental hangatku memenuhi hasrat terpendam kewanitaan Bu Diah, dia puas Agak lama aku masih benamkan kontolku di vagina Bu Diah, aku enggak mau lepaskan keajaiban bersenggama dengan Bu Diah, begitu juga Diah masih menjepitkan vaginanya kekontolku dengan merapatkan pahanya. Kami berdua diam, tersenyum penuh makna, kemudian Diah meneteskan air mata. Aku hapus airmata itu dan aku berbaring disampingnya, aku belai dia. Lama juga Bu Diah diam menenangkan diri sebelum dia bangkit, mengecup bibirku dan bilang"Mas tiduran aja, ya". Dia masuk ke kamar mandi yang juga ada di lantai atas, dia bersihkan diri sekitar 5 menit dan ke ranjang lagi, membersihkan kontolku dengan handuk kecil yang sudah dibasahin, mesra sekali dia perlakuan atau pelayanan dia, sesudah selesai, dia merangkul aku, aku sun keningnya, kami berbaring berpelukan. "Mas, Mas Hikam betul jaga rahasia ya. Aku cuman percaya sama Mas Hikam dan Mbak Nuniek". "OK, sayang. You can trust me", kataku sambil mempererat dekapanku. Kami berdua telanjang berpelukan, buah dadanya menempel dadaku, kaki kiriku ditindih kaki kanannya, kaki kananku menindih kaki kirinya. pikiranku melayang-layang penuh kepuasan, janganlah kenikmatan ini berlalu "Ibu Diah, wanita sempurna luar dalam, cantik, pinter, gesit, pakar di ranjang", akhirnya aku tertidur.
  • Таηусቧ ቃнοռեгаሴቼн
    • ዝснесуχωщθ ኡաсвушечи озեքեта
    • Рсուչቼձων ዝዬաмуд ктихιбиኻե
    • ኮаጲաдэ οሩ ахерխτ епዒпр
  • Хр ол
CeritaSeks - Hot - Selingkuh - Ini adalah kisah nyata yang pernah dialami oleh sahabatku, namanya Roni, dia mempunyai seorang teman bernama Heri, Roni sering berkunjung kerumah heri, karena mereka adalah sahabat semenjak kecil, roni sangat akrab dengan keluarga heri, bahkan sejak kecil roni sudah diasuh oleh mamanya heri, yang bernama ibu Lestari.
Aku lahir di Jakarta tahun 1989. Di saat itu mamaku baru berumur 17 tahun. Mama kawin muda karena alasan berbagai macam. Papa kandungku berasal dari latar belakang yang cukup berada dengan bisnis/toko-toko electronic yang lumayan terkenal di Jakarta. Kehidupan rumah tangga kami kurang begitu harmonis. Papa sangat sibuk mengurus toko yang mana cabangnya di mana-mana. Untung saja mama adalah fulltime housewife ibu rumah tangga. Saat ini mamaku baru saja berumur 36 tahun, dan masih tampak cantik dan berkulit putih bersih. Di Jakarta, kami hanya memiliki satu pembantu rumah tangga, tidak seperti rumah-rumah tangga yang lainya, yang bisa memiliki lebih dari 2 pembantu rumah tangga. Aku hanya anak tunggal, jadi cukup dengan 1 pembantu rumah tangga saja. Aku mengalami puberitas sewaktu masih duduk di bangku 2 SMP. Aku mengenal yang namanya blue film, cerita stensilan, dan game computer porno dari teman-teman seperguruan. Kami sering kali bertukar blue film, atau barang-barang pornografi. Sepertinya inilah yang membuatku menjadi sedikit abnormal dengan masalah seksualitas, ditambah dengan kejadian-kejadian aneh di rumah yang sering aku alami. Posisi kamarku bersebelahan langsung dengan kamar papa/mama. Di tengah malam di saat ingin membuang air kecil, aku sering mendengar desahan mama/papa di saat mereka sedang menikmati malam suami-istri mereka. Pertama-tama aku sangat amat jijik dan risih mendengarnya, kemudian menjadi biasa, dan pada waktu aku menginjak saat SMA/SMU, aku malah menjadi penasaran saja apa yang mereka lakukan di balik pintu kamar. Di kamar mama ada kipas angin yang menempel di dinding yang digunakan untuk membuang udara dalam kamar keluar. Mama/papa sering lupa menutup kipas angin tersebut di saat menyalakan AC. Suatu malam, papa/mama sedang gituan’ di dalam kamar, dan mereka lagi-lagi mereka lupa menutup kipas angin mereka. Aku menjadi penasaran, dan ingin mengintip apa yang sedang mereka lakukan di dalam kamar. Aku mendengar jelas suara mama sedang mendesah dan mengeluh panjang, seperti atau mirip dengan wanita-wanita yang pernah aku tonton di film-film bokep. Aku menjadi sedikit kelainan, ingin sekali dan penasaran ingin melihat wajah mama di saat sedang di-’gituin’ oleh papa. Akhirnya aku memberanikan diri untuk mengintip, meskipun aku rasa takutku akan kepergok masih sama besarnya pula. Aku tarik kursi belajarku pelan-pelan, kemudian aku taruh pas di bawah kipas angin. Dengan perlahan-lahan aku naik ke kursi belajar, dan mencoba mengintip sedikit demi sedikit. Untunglah situasi di luar kamar kami tampak gelap, hanya lampu di luar rumah saja yang masih menyala, sehingga bisa mereka tidak mungkin dapat melihat sosokku di balik kipas angin. Kamar mama masih tampak remang-remang, hanya lampu di samping ranjang mereka yang sedang menyala, namun masih tampak jelas seisi ruangan kamar mereka. Kakiku seperti lemas langsung melihat mama merebah di atas ranjang dengan selangkangannya terbuka lebar-lebar. Aku hanya melihat punggung papa yang penuh dengan peluh keringat dan papa tampak asyik memainkan pinggulnya maju mundur di selangkangan mama. Kedua tangan mama meremas-remas selimut tipis, matanya terpejam, dan bibir mama hanya berkomat-kamit seakan-akan menahan geli dan nikmat yang luar biasa. Jujur saja jantungku berdegup kencang, dan aku pun ikut bernafsu melihat mereka sedang asyik di sana. Setelah beberapa menit kemudian, tubuh papa tiba-tiba bergetar sedikit, dan papa mulai membuka suara yang amat pelan seperti memberikan aba-aba kepada mama dan mama hanya mengangguk saja seperti mengerti apa yang akan terjadi. Tak lama dari aba-aba papa, tiba-tiba tubuh papa bergetar hebat, dan pinggulnya menekan dalam-dalam ke dalam selangkangan mama. Mama pun sama, seperti sedang keenakan, mama menempelkan kedua telapak tangannya ke pantat papa, dan menekannya dengan kencang, seperti ingin agar yang sedang masuk di selangkangan mama itu tertanam dalam-dalam. Mama mengeluh panjang, begitu juga dengan papa. Papa memeluk mama yang sedang merebah di atas ranjang, sambil menciumi leher mama dengan penuh nafsu. Karena takut kepergok, aku cepat-cepat turun dan kabur dari sana. Biasanya seabis keluhan panjang mama/papa, karena paling tidak salah satu dari mereka pasti keluar dari kamar. Paling sering mama yang keluar dulu dari kamar, dan langsung ke kamar mandi. Malam itu aku ngga bisa tidur. Sosok mereka terbayang-bayang di dalam otakku. Mama yang begitu cantik dan lembut, tampak binal dan merangsang sekali di saat begituan’ dengan papa. Seperti singa betina yang haus dengan nafsu birahi. Untunglah papa juga singa jantan yang mampu memuaskan singa betina yang haus itu. Sejak saat itulah, aku tumbuh sedikit demi sedikit menjadi aneh. Aku suka sekali membayangkan tubuh mamaku sendiri. Aku tau bahwa ini sangat tidak benar. Puberitasku semakin berapi-api. Aku sering sekali mengintip mamaku mandi atau sesekali mengintip sewaktu dia sedang ganti baju di kamarnya. Aku tidak lagi mengintip aksi papa dan mama di dalam hari, karena ada perasaan ngga senang atau jealous. Tetapi kelainan yang aku alami ini aku simpan sendiri, dan tiada satupun teman atau orang lain yang mengetahui sifat kelainanku ini. Perlu yang para pembaca ketahui, bahwa aku masih suka menonton film biru, dan masih terangsang saja melihat wanita lain dalam keadaan terlanjang di film biru atau mengenakan pakaian seksi di tempat umum. Namun, di samping itu, aku pun juga suka melihat mamaku sendiri dalam keadaan terlanjang. Aku lebih memilih untuk berdiam diri, karena apabila bersuara sekali, bisa heboh dan rusak nama baikku. Aku cukup memendam perasaan aneh ini lebih dari 3 tahun. Setelah tamat SMA, aku langsung memutuskan untuk kuliah di kota Perth. Aku berangkat ke sana sendirian, dan sempat tinggal di homestay selama 3 bulan, kemudian aku memutuskan untuk tinggal di apartment sendiri dengan alasan kebebasan. Beberapa minggu setelah aku tinggal di apartment, mamaku memberi kabar bahwa dia akan datang menjengukku sekalian jalan-jalan di negeri Australia. Rencana awal mama akan datang bersama papa dan adik mama. Namun seperti biasanya, alasan sibuk papa selalu saja menjadi penghalang utama untuk tidak ikut dengan mama. Adik mama sebenarnya ingin sekali datang, tapi karena saudara sepupuku anak dari adik mama terkena cacar air, jadi urunglah niatnya untuk datang bersama mamaku. Aku jemput mamaku di airport hari Minggu pagi. Cuaca saat itu lumayan sejuk, dan mungkin terasa dingin untuk mamaku yang datang langsung dari kota Jakarta yang panasnya minta ampun. Aku bawa jaket cadangan, jaga-jaga apabila mungkin mama kedinginan sewaktu keluar dari airport. Saat itu aku sedang liburan pertengahan tahun selama 3 minggu. Jadi kunjungan mama ini tepat pada waktunya. Betapa gembiranya bisa bertemu mamaku lagi setelah beberapa bulan berpisah. Setelah berpelukan melepas kangen/rindu, kami kemudian naik taxi menuju apartementku. Selama perjalanan kami banyak berbincang-bincang. Mama lebih banyak bertanya daripada aku, terutama tentang bagaimana kehidupanku selama jauh dari orang tua. Tak lebih dari setengah jam, kami sampai di apartmentku. Setelah membayar uang taxi, kami langsung naik lift menuju kamar apartmentku. Kamar apartmentku hanya ada 1 kamar, dan karena aku baru beberapa minggu pindah di apartment ini, aku belum banyak membeli perabotan rumah. Ruang tamuku hanya ada TV dan 1 bean bag sofa. Aku belum sempat membeli sofa beneran. “Timmy, kamu kok jorok banget! Apartmentmu berantakan sekali.” sambil mecubit pipiku. Aku hanya tertawa saja.“Sekarang mama mau kemana? Mau sarapan dulu?” tanyaku.“Mama pengen tidur-tiduran dulu deh. Tadi mama sudah sarapan di pesawat. Timmy kalo mau sarapan, mama bikinin dah.” tawar mama.“Hmmm … ngga usah dah … Timmy beli aja di Mc Donald. Breakfastnya lumayan kok. Mama tidur aja dulu.” jawabku. Mama lalu menggangguk, dan aku pun berangkat membeli breakfast meal di Mc Donald. Aku memutuskan untuk sarapan di tempat saja, daripada di bawa pulang. Setengah jam kemudian aku pulang ke apartment. Suasana di apartementku hening. Kulihat bagasi mama sudah terbuka, aku bisa memastikan mama sudah ganti pakaian. Kemudian ku cek kamarku, kulihat mama sedang tidur pulas di atas ranjangku. Aku membiarkan dia beristirahat dulu. Sambil menunggu mama bangun, aku menghabiskan waktu browsing-browsing Internet di laptopku. Selang 3 jam kemudian, mama tiba-tiba keluar dari kamar. “Timmy, kamu lagi ngapain?” tanya mama sambil mulutnya menguap ngantuk.“Lagi main Internet, ma. Mama sudah lapar belon? Sudah jam 2 siang loh.” tanyaku.“Belum seberapa lapar sih. Emang Timmy mau makan apa?” tanya mama balik.“Hmmm … Timmy mau ajak mama makan di restoran Thailand deket sini. Enak banget deh, mama pasti doyan.” ajakku.“Ok, mama ganti baju dulu yah” singkat mama. Aku pun menggangguk dan bersiap-siap diri. Mama mengambil baju lagi dari tas bagasinya, dan kemudian masuk ke kamar untuk ganti pakaian. 5 menit kemudian mama keluar dari kamar. Siang itu mama mengenakan kaus ketat, dan celana jeans. Tampak dada montok mama menonjol. Aku jadi sedikit risih melihatnya, meskipun dalam hati ada perasaan senang. Mama tampak seperti wanita yang baru berumur 25 tahunan. Padahal saat itu mama sudah berumur 35 tahun. Hari itu aku mengajak mama jalan-jalan melihat kota Perth. Mama tampak hepi menikmati liburannya. Tidak bosan-bosannya mama mengambil foto dan sesekali meminta orang yang sedang lewat untuk mengambil foto bersamaku. Dengan wajah mama yang tidak seperti wanita berumur 35 tahun, kami seperti terlihat sedang pacaran saja. Kami jalan-jalan sampai larut malam, dan kami kembali ke apartment sekitar jam 11 malam lebih. Badanku amat letih, begitu juga dengan mama. Aku senang sekali mama bisa datang ke sini. Selain aku bisa dimanja, aku juga bisa mengajaknya jalan-jalan kemana-mana. “Mama mandi dulu aja.” suruhku sambil memberi handuk bersih ke mama. Sewaktu aku sedang unpacking barang belanjaan kami seharian, tiba-tiba terdengar suara mama sedikit teriak. “Timmy, ini gimana ngunci kamar mandi. Kok mama ngga liat ada kunci di sini?” tanya mama penasaran sambil tubuhnya dibalut handuk. Kulihat pundak dan paha mama yang benar-benar mulus.“Di sini emang sudah biasa ngga ada kunci di kamar mandi, ma. Sudah biasa aja orang sini.” jawabku.“Iya, tapi mama ngga biasa.” protes mama kemudian balik ke kamar mandi. Tak lebih dari 10 menit, mama keluar dari kamar mandi. Malam itu mama mengenakan kaus ketat dan celana boxer yang amat pendek kira-kira 20 cm dari lutut, sehingga tampak paha mama yang putih mulus dan juga kedua payudaranya yang menonjol karena kaus ketatnya. Mama kemudian duduk disebelahku seakan-akan melihat sedang apa aku di depan laptopku. Bau sabun wangi terhirup dengan jelas dari tubuh mama. Bau sabun yang tidak asing lagi bagiku. “Timmy, kenapa kamu belon beli sofa?” tanya mama.“Belon sempat aja ma.” jawabku santai.“Besok mau beli sofa? Mama beliin deh.” tawaran mama.“Boleh aje …” jawabku santai.“Timmy, sono mandi. Mama pinjam laptop dulu, mau emailin papa dulu.” sambung mama lagi. Tanpa perlu dikomando, aku kemudian bangkit dari bean bag sofa, dan langsung menuju kamar mandi. Di dalam kamar mandi, diotakku sempat keluar pikiran jorok. Aku berpikir ingin mengintip mama mandi besok, mumpung tidak ada kunci di kamar mandi apartementku ini. Setelah selesai mandi dan mengeringkan rambut, kulihat mama masih asyik chatting dengan papa. Aku diminta mama juga ikutan membaca chattingan mereka. Jam telah menunjukkan pukul 1 pagi. Aku tidak kuat lagi menahan rasa kantuk. Aku berpamitan untuk tidur dulu. Mama masih terlihat asyik ber-chatting ria dengan papa. Karena aku masih belon punya sofa beneran, malam itu aku tidur bersama mama di satu ranjang. Untung tempat tidurku itu ukuran queen bed, jadi cukup luas untuk 2 orang. Untung mama tidak sungkan atau risih dengan ide tidur satu ranjang. Mungkin karena anak sendiri mungkin mama tidak menaruh curiga atau risih. Malam itu aku tidur nyenyak sekali, karena sehari sebelum-nya aku kurang tidur karena harus menjemput mama pagi-pagi di airport. Tepat pukul 8 pagi, aku membuka kedua mataku perlahan-lahan. Sang surya telah terbit dengan cerahnya dibalik gorden/kerai kamar. Aku merasakan ada sesuatu yang lembut dan empuk ditangan kananku. Perlahan-lahan aku menoleh ke kanan, tampak mama yang masih tertidur lelap di samping kananku sambil memeluk lengan kananku. Terasa hangat dan empuk payudara mama di lengan kananku. Baju ketat yang mama kenakan itu terkesan tipis ditambah dengan mama yang tidak mengenakan BH, sehingga terasa betul kekenyalan payudara mama. Wajah mama bersembunyi dibalik lengan kanan atasku, sedangkan paha kanannya menimpa paha atasku. Namun, kedua tubuh kami masih terbungkus selimut tebal. Pagi itu lumayan dingin, jadi ini mungkin instinct mama dibawah sadar untuk mencari kehangatan. Jadi tanpa sadar dia memeluk lenganku, agar merasa hangat. Perasaanku tidak karuan rasanya. Biasanya setiap bangun tidur, mr junior pasti juga ikut bangun. Tapi pagi ini mr junior bangun dalam keadaan yang benar-benar keras. Aku memilih untuk diam seperti patung. Aku tak ingin goyang sedikit pun. Takut apabila aku goyang sedikit, mama bakalan merubah posisinya lagi. Jam menunjukkan pukul 9 kurang. Berarti aku telah hampir 1 jam lamanya diam seperti patung. Posisi mama pun tidak berubah pula, malah lebih mengencangkan pelukannya dan paha mulus mama sekarang mendarat di perutku. Mr junior alias batang penisku tertimpa paha mulusnya. Namun bukan berarti mr junior bakalan loyo, justru kebalikannya - makin tegang saja. Jantungku berdegup kencang, karena pikiran kotorku telah meracuni akal sehatku. Tangan kiriku mulai bangkit dan memutuskan untuk bergerilya di paha kanan mama. Perlahan-lahan aku mengelus-elus dengkulnya, selang beberapa lama kemudian aku mulai mengelus-elus pahanya. Sungguh susah kupercaya, bahwa paha yang mulus tanpa borok ini adalah milik mamaku sendiri. Aku semakin bersemangat mengelus-elus paha mama. Tubuh mama masih tidak bereaksi. Aku semakin berani dan nekat. Kini jarak elusan tanganku semakin melebar. Pertama dari dengkul, kemudian merangkak maju sampai ke batas celana boxer mama, sekarang mulai masuk ke celana boxernya. Hanya dalam hitungan beberapa menit, tubuh mama mulai bereaksi perlahan-lahan dan kesadaran mama pun mulai bangkit perlahan-lahan pula. “Hmmm … Timmy … kamu lagi ngapain? Geli loh!” tanya mama sambil terkantuk-kantuk, tapi masih memeluk lenganku.“Anu … Timmy lagi elus-elus mama.” jawabku seadanya plus sedikit panik.“Ehmm … kalo mau elus-elus mama, punggung mama aja atau rambut mama. Jangan di paha, geli banget di sana.” kata mama.“Jadi ngga enak?” tanyaku penasaran.“Bukan ngga enak sayang, tapi geli aja. Enak sih enak, tapi jadinya lain …” ucapan mama stop.“Lain apanya?” tanyaku lagi.“Pokoknya lain enaknya. Jangan di sana lagi deh.” pinta mama. Aku kemudian menghentikan gerilyaku, dan kembali menjadi patung lagi. Aku tidak tau apakah mama merasakan tonjolan mr junior di pahanya atau tidak. Kalo dipikir secara logika, dia pasti merasakan tonjolan keras dibalik celana tidurku, karena pahanya tepat mendarat di sana. Tapi dia tidak beraksi apapun. Setelah itu, mama tidak bisa lagi tidur. Jadi kami akhirnya ngobrol-ngobrol di atas ranjang dengan posisi yang sama pula. Sudah hampir 1 jam kami ngobrol di atas ranjang, akhirnya aku meminta mama untuk mandi dulu, karena hari ini kita mau jalan-jalan lagi. Mama kemudian bangkit dari tempat tidur, dan menuju kamar mandi. 5 menit kemudian, aku pun bangkit dari tempat tidur. Kupikir sambil menunggu mama selesai mandi, lebih baik aku menyiapkan sarapan pagi roti panggang pake selai strawberry. Setelah berjalan beberapa langkah dari pintu kamar, aku dikejutkan oleh sesuatu di depan mataku. Kudapat pintu kamar mandi tidak tertutup rapat oleh mama. Ini adalah kesengajaan atau tidak, aku tidak tahu. Akal sehatku mulai berkelahi dengan akal kotorku. Akal sehatku menyuruhku untuk tidak melihat dibalik pintu yang tidak tertutup rapat itu dan segera langsung menuju ke daput, sedangkan akal kotorku mengatakan kalo hanya mengintip sebentar tidak ada ruginya. Alhasil dari perkelahian akal sehat melawan akal kotor, pemenangnya adalah akal ngga sehatku alias akal kotor. Aku berjalan sambil berjinjit-jinjit, agar langkah kakiku tidak terdengar olehnya. Kudorong perlahan-lahan pintu kamar mandi yang tidak tertutup rapat tersebut. Posisi shower di kamar mandi tepat disamping pintu kamar mandi. Shower cubic/ruang shower di kamar mandi terlapisi oleh kaca yang bening. Sehingga dapat terlihat dengan jelas siapapun yang mandi di sana. Kubuka pintu kamar mandi hanya sekitar centimeter lebarnya, dan mata kananku perlahan-lahan mulai mengintip lewat celah sempit tersebut. Hanya sekilas saja, aku langsung menelan ludah, dan jantungku kembali berdegup kencang. Antara takut dan bergairah menjadi satu. Takut apabila nanti kepergok mengintip mandi, dan bergairah karena menonton tubuh bugil mama sedang mandi. Mr junior alias batang penisku kembali mengeras. Napasku jadi tidak beraturan. Kulihat mama sedang membilas rambutnya dengan shampoo dengan mata yang terpejam, kemudian setelah itu menyabuni tubuhnya dari dada, perut, punggung, tangan, dan kakinya dengan shower gel. Oh … sungguh indah pemandangan saat itu. Begitu sempurna tubuhnya di umurnya yang masih 35 tahun. Hampir 10 menit lamanya aku berdiri termangu di depan pintu kamar mandi. Jantungku terus menerus berdegup dengan kencang-nya. Mr junior pun ikut nyut2an alias menegang pada tegangan yang paling tinggi. Tiba-tiba mama memutar kran showernya, pertanda mandinya telah selesai. Aku dengan segera lari-lari berjinjit-jinjit menuju dapur. Sesampai di dapur, aku lupa apa tujuan awalku di dapur. Aku hanya membuka-buka lemari di dapur dan kulkas. Mengambil makanan apa saja yang aku lihat. Tak lama kemudian mama keluar dari kamar mandi dengan santainya dan menuju ke dapur. Tidak tampak di raut wajahnya adanya perasaan kaget atau curiga. Sikap mama biasa-biasa saja sambil berjalan mendekatiku. “Timmy, kamu mau bikin apa?” tanya mama santai.“Oh ini … Timmy mau bikin breakfast dulu. Mama siap-siap aja dulu. Kita keluar setengah jam lagi.” jawabku.“Iya sudah, sini mama yang bikinin, kamu mandi dulu deh. Biar ngga buang-buang waktu.” perintah mama. Selama di kamar mandi, bayangan tubuh mama tadi yang sedang bugil sambil mandi tidak dapat dengan mudah lepas dari pikiranku. Aku dibikin pusing oleh pikiran jorok ini. Tetapi di dalam hati kecilku berharap agar hari-hari berikutnya aku masih bisa mengintipnya paling tidak sekali atau dua kali, dengan harapan mama mungkin lupa menutup kamar mandinya lagi. Hari itu kami menghabiskan waktu berjalan-jalan di kota pinggiran dan sempat mampir ke toko furniture untuk membeli sofa. Namun sayang sekali sofa yang kami pilih tersebut masih harus menunggu sekitar 2 minggu untuk bisa diantar ke rumah, karena kami memilih warna sofa yang sedang tidak ada stok barangnya. Jadi si toko tersebut harus membuat yang baru. Bagiku 2 minggu menunggu tidak ada masalah, karena ide untuk membeli sofa bukan datang dariku. Tidak ada sofa pun aku masih bisa bertahan hidup, karena pada dasarnya aku hanya tinggal sendirian saja. Karena mama bakalan tinggal di Australia ini lebih dari 2 minggu, kami sempat mampir ke travel agent terdekat untuk mencari-cari info tentang holiday di Sydney, Gold Coast, Melbourne, dan Hobart Tasmania. Namun hari itu kami masih belon memberikan keputusan akan berlibur di kota yang mana. Aku secara pribadi ingin sekali mengunjungi kota Sydney dan bermain-main di theme park di Gold Coast. Kalo mama antar Sydney atau Melbourne. Karena masih belum ada keputusan yang solid, kami tidak mem-booking dulu pake holiday tersebut. Tak terasa kami seharian keluar rumah. Sesampai di rumah pukul 8 malam. Malam itu kami membeli makanan take away untuk makan malam kami. Terlalu letih untuk makan di restoran lagi, dan terlalu letih untuk memasak di apartment. Jadi membeli makanan take away adalah pilihan yang tepat. Mama membeli paket sushi kesukaannya, dan karena aku tidak doyan sushi, aku membeli paket bento yang berisi nasi, ayam terayaki, dan sayur mayur. Kami makan sambil ngobrol santai. Kalo dengan mama ada saja yang bisa diobrolkan. Dia sepertinya banyak sekali bahan pembicaraan. Dari cerita kehidupannya, kehidupan papa, dan kehidupan teman-temannya. Termasuk kehidupanku sewaktu masih kecil. Jam telah menunjukkan pukul 10 malam. “Besok kita mau ke mana?” tanya mama.“Hmm … terserah mama. Besok mau coba main golf ngga? Di sini banyak orang Indo pula yang datang untuk bermain golf di sini.” ajakku.“Tapi mama ngga bisa maen golf. Papa tuh jago maen golf.” puji mama.“Iya kita ke sana aja. Kita maen aja yang asal pukul aja … namanya Driving Range.” jawabku lagi.“Ok.” jawab mama singkat. Aku pun segera beranjak dari meja makan, dan membereskan piring-piring kotor. Mama pun beranjak dari meja makan, kemudian menuju laptopku. “Mama mau emailin papa dulu yah. Moga-moga dia online. Jadi mama ngga perlu telp. Timmy mandi dulu abis cuci piring yah?!” ujar mama. Selama aku mencuci piring, suasana menjadi sedikit hening. Mama terlalu berkonsentrasi dengan laptopku menulis cerita tentang kegiatan kita seharian lewat email. Pikiran jorokku mulai kambuh lagi di saat aku sedang asyik mencuci piring. Di dalam hati kecilku juga berharap agar malam ini mama lupa lagi menutup rapat pintu kamar mandinya. Pikiran jorok dan harapan yang tidak tau malu ini masih meracuniku di saat aku sedang mandi malam. “Ma, Timmy dah selesai mandi. Mama mandi dulu deh.” suruhku.“Iya, ntar rada tanggung.” jawab mama. Aku pun duduk bersila di samping mama. Kulihat monitor laptopku. Mama sedang mengetik panjang email tentang kegiatan kami seharian. Dari makan pagi sampai makan malam. Tapi aksiku di pagi hari yang mengelus-elus paha mama jelas tidak diceritakan di email tersebut. Setelah email itu dikirim, mama pun beranjak dari bean bag sofa dan langsung menuju kamar tidur untuk menata oleh-oleh yang dibelinya seharian dan juga mengambil pakaian tidur barunya sebelum mandi. Aku diam-diam mengamati gerak-gerik mama. Aku berpura-pura mondar-mandi di dapur untuk mencari camilan dan minuman ringan. Sesekali aku masuk ke kamar tidur dengan pura-pura mengambil buku atau mengambil apa aja. Berlagak pura-pura sibuk. Setengah jam kemudian, mama keluar dari kamar tidur dan menuju kamar mandi. It is the moment of truth inilah moment yang ditunggu-tunggu. “Takkk … ” begitulah bunyi pintu kamar mandi. Suara pintu yang tidak begitu keras. Aku mencoba untuk tidak bertindak terlebih dahulu. Setelah menunggu 5 menit lamanya, aku bangkit dari bean bag sofa-ku dan berjalan berjinjit-jinjit menuju ke kamar mandi untuk mengecek keadaan pintu kamar mandi. Sesampai di depan kamar mandi, entah mengapa hatiku menjadi girang tak karuan. Sekali lagi, pintu kamar mandi tidak mama tutup dengan rapat. Aku mulai menaruh sedikit kecurigaan dengan kelakuan mama ini. Aku curiga apa ini dilakukan dengan sengaja olehnya. Karena pertama, pintu kamar mandi tidak rusak, dan bisa tertutup dengan rapat apabila memang mau ditutup. Kedua, tadi pagi sewaktu mama selesai mandi, semestinya dia sadar apabila pintu kamar mandi tidak tertutup rapat, bahkan terbuka centimeter. Apabila dikata yang tadi pagi itu adalah suatu kesalahan, tidaklah mungkin akan mama lakukan kesalahan yang sama untuk yang kedua kalinya. Jantungku kembali lagi berdegup dengan kencang, namun kali ini perasaan takutku menjadi sedikit berkurang dibanding yang pagi hari. Karena diotakku telah ada asumsi bahwa ini adalah suatu kesengajaan dari mama. Sekali lagi aku sedang menikmati pemandangan indah yang kurang lebih mirip seperti yang pagi hari. Ketika aku sedang asyik menonton pemandangan yang indah penuh nafsu itu, tiba-tiba kran shower tiba-tiba dimatikan olehnya. Inilah sinyal untuk segera kembali ke tempat asalku yang tadi. Aku berpura-pura memandangi layar monitor laptopku, namun otak bersihku masih belum sepenuhnya sadar. Aku berpura-pura membuka berita-berita di Internet. Tidak sampai 5 menit sejak kran shower dimatikan, mama muncul dari kamar mandi. Aku berpura-pura sibuk. Bau wangi yang tidak asing lagi semakin lama semakin mendekat. Tiba-tiba aku dikejutkan oleh suara dibelakang. “Papa online ngga?” tanya mama. Alamak … aku kaget sekali dan hampir tidak percaya dengan apa yang aku lihat di sampingku. Mama tiba-tiba bertekuk lutut di sampingku sambil melihat layar monitor laptopku dengan tubuhnya yang setengah basah hanya terbungkus handuk sambil memegang baju kotornya. Aku sampai sempat melongo dengan tingkah mama malam itu. Selama ini belum pernah aku melihat kondisi mama yang seperti ini sewaktu aku masih di Indonesia. Bisa dikatakan kondisi mama saat itu setengah terlanjang. Bahu dan dada atasnya yang putih mulus tampak terlihat dengan jelas. Aku berpura-pura cool atau bisa dikatakan sok cool. Seperti cuek aja dengan kelakuan mama malam itu. “Nup, papa ngga online.” jawabku santai.“Ehmmm … apa belum pulang papa dari kantor?” tanya mama heran.“Coba aja mama sms papa.” jawabku lagi.“Iya dah gampang. Mama mau coba packing oleh-oleh lagi deh.” serunya sambil meninggalkan ruang tamu, kemudian menuju kamar. Aku memutuskan bahwa asumsiku tidaklah salah. Ini pasti ada unsur kesengajaan mama. Aku semakin penasaran saja apa sebenarnya rencana dia. Otakku semakin berperang, batinku tidak tenang. Positive dan negative tidaklah lagi seimbang. Otakku semakin menjurus ke negative thinking. Satu jam kemudian, suasana di dalam rumah menjadi hening. Aku tidak mendengar suara gaduh dari kamar tidurku. Yang aku dengar hanya kipas angin laptopku saja. Kulihat jam sudah lewat pukul 12 malam. Aku berjalan pelan-pelan menuju ke kamar, kulihat mama sudah tidur di atas ranjang dengan lampu yang masih menyala. Aku mematikan laptopku, kemudian sikat gigi, bersiap-siap untuk tidur pula. Besok adalah hari yang panjang lagi. Banyak kegiatan dan aktifitas yang ingin aku lakukan dengannya. Kumatikan lampu kamar tidur, dan kemudian naik ke ranjang dan cepat-cepat menutup selimut. Aku susah sekali untuk tidur, sudah 15 menit aku membolak-balikkan badanku, mencari posisi yang enak untuk tidur. Otakku yang sebelumnya berpikiran jorok, sekarang menjadi nakal. Entah ada dorongan dari mana, tiba-tiba aku ingin sekali menjahili mama malam itu. Kucoba memepetkan tubuhku dengan tubuhnya dibalik selimut. Posisi tidur mama sedang terlentang. Perlahan-lahan tangan kananku mendarat ke paha kirinya. Aku diam sejenak seperti patung. Setelah mengatur nafasku, aku mencoba mengelus-elus paha kirinya dengan lembut. Aku kembali teringat kata-kata mama apabila pahanya dielus-elus memberikan kesan yang berbeda enaknya. Aku menjadi penasaran dan ingin tahu perasaan berbeda yang seperti apakah yang dimaksud mama pagi itu. Setelah lama aku elus-elus paha kirinya, tidak ada reaksi yang berarti darinya. Kucoba naik sedikit mendekati pangkal pahanya. Untung saja malam itu mama mengenakan celana boxer yang sama seperti kemarin malam. Jadi mengelus-elus daerah paha atasnya atau daerah pangkal pahanya tidaklah sulit. Hanya beberapa menit saja, aku merasakan ada reaksi dari tubuh mama. Kedua kakinya mulai sedikit bergerak-gerak. Seperti menahan geli yang nikmat. Aku semakin berani dan mulai sedikit kurang ajar. Seakan-akan berasumsi bahwa ini adalah lampu hijau, aku semakin nekat saja jadinya. Mr junior kembali menjadi tegak. Nafasku menjadi terputus-putus. Telapak tanganku berusaha mencapai pangkal paha kirinya, dan setelah merasa sudah mentok di sana, kujulurkan jari tengahku untuk menyelinap di balik celana dalam mama. Ketika sampai pada mulut kemaluannya atau mulut vaginanya, aku merasakan jelas bulu pubis atau istilahnya jembut mama sudah basah, dan hanya dengan hitungan detik tiba-tiba … “Plakkk” … sakit sekali. “TIMMY … kamu kok kurang ajar sekali ama mama.” bentak mama setelah menampar pipiku.“Kamu ini belajar dari mana sampai kurang ajar seperti ini.” bentaknya lagi. Aku tidak tahu harus bagaimana. Aku tidak bisa melihat wajah mama yang sedang marah karena suasana kamar telah gelap. Aku takut bercampur malu. Tapi rasa takutku lebih banyak daripada rasa maluku. “Timmy … jawab pertanyaan mama. Kamu kok bisa kurang ajar ama mama.” desak mamaku. Aku mati kutu, benar-benar tidak tau harus menjawab apa. Karena memang tidak ada yang mengajariku untuk berbuat kurang ajar seperti itu. Ingin menceritakan kepadanya bahwa aku sering melihatnya bermesraan’ dengan papa, kayaknya sudah tidak mungkin. Karena mungkin itu akan membuatnya semakin marah dan malu. Aku menjadi pasrah saja dengan keadaan. “Anu … anu … Timmy ngga tau mama.” jawabku pasrah.“Kalo ngga tau kenapa kamu kurang ajar sekali dan nekat gitu.” tegas mama. Aku menyesal sekali karena asumsiku ternyata salah total. Akhirnya aku memilih untuk menyerah dan menceritakan apa yang sedang aku alami sewaktu masih di Indo, dan kelainan aneh yang aku alami dari pertama sampai akhir. Mama mendengarkan dengan seksama dan menderung untuk mendengarkan. Aku bercerita tentang diriku yang aneh dan kejadian-kejadian aneh yang aku alami ini dari A sampai Z cukup lama. Aku menafsir kira-kira 2 jam lamanya aku menceritakan semua isi hatiku ini kepadanya. Yang mengherankan, justru setelah aku menceritakan semuanya ini, beban perasaan yang aku simpan bertahun-tahun ini langsung lenyap. Meskipun aku tahu bahwa yang mendengarkan ceritaku ini adalah mamaku sendiri. Setelah ceritaku berakhir, mama hanya diam saja. Tidak ada omelan, ocehan, atau bentakan darinya lagi. Tingkah mama seolah-olah mengerti, memaklumi, dan seolah-olah seperti menemukan jawaban yang dia nanti-nantikan. Mama kembali merebahkan tubuhnya kembali di atas ranjang sambil membelakangiku. Suasana kembali hening. Aku juga ikut berbaring di atas ranjang. Mataku masih belum terpejam, dan sedang merawang-rawan di atas langit-langit kamar yang gelap. Aku menghela nafas panjang. Kecewa, malu, lega, dan takut menjadi satu. Kondisi mama pun juga sama, dia juga tidak bisa tidur. Meskipun dia sedang membelakangiku, namun tubuhnya tidak pernah diam. Seperti mau begini tidak enak, mau begitu tidak enak. Aku tidak tau apa yang sedang mama pikirkan, dan aku juga tidak berani bertanya macam-macam lagi. Aku memilih untuk diam dulu. Tiba-tiba mama membalikkan badannya, dan tanpa aku duga tiba-tiba tangan kanan menyelinap di bawah celana tidurku dan langsung menggenggam penisku yang masih loyo dengan gampang dan cepatnya. Perlu diketahui bahwa aku sampai sekarang ini tidak pernah memakai celana dalam sewaktu tidur, karena alasan kenyamanan saja bila melepas celana dalam waktu tidur. Terang saja tidak sulit baginya untuk menemukan posisiku penisku di balik celana tidurku. Terus terang aku kaget setengah mampus dengan gelagat mama malam itu. Aku tidak pernah menyangka sama sekali apa yang sedang dia lakukan sekarang. Dengan cepatnya dia menggenggam penisku. “Mama … ” seruku kaget setengah protes.“Sssttt … Timmy tenang aja. Anggap ini bonus.” bisik mama. Aku kembali diam, dan membiarkan apa rencana yang akan mama buat malam itu. Penisku perlahan-lahan mulai mengeras, karena ternyata mama mengganti genggamannya dengan kocokan-kocokan lembut. Jantungku kembali berdegup kencang. Nikmat sekali kocokan-kocokan lembut dari tangannya. Sangat berbeda dengan kocokan tanganku sendiri sewaktu sedang ingin ber-onani. “Ahhh … ” desahku. Tanpa bisa aku kontrol desahan ini tiba-tiba keluar dari mulutku. Tak lama kemudian, mama menaruh air liur sedikit di telapak tangannya dan mengocok-kocok lagi penisku. Alamak … kali ini kocokan lebih nikmat dari yang tadi. Air liur mama membuat licin kocokan tangannya, membuatku semakin keenakan dibuatnya. “Ahhh … ahhh …” desahku makin menjadi-jadi, penisku makin lama makin mengeras. Mama tidak berkomentar sama sekali, dan tetap saja dengan santainya mengocok-kocok penisku. Aku kemudian melepas total celana tidurku, agar memberikan keleluasaan dan ruang lebih lebar untuk memainkan irama kocokannya terhadap penisku. Kira-kira lebih dari 10 menit, mama sibuk mengocok-kocok penisku, tetapi aku belum menunjukkan tanda-tanda ingin berejakulasi. Nafas mama terdengar sedikit capek. Tanpa berpikir panjang lagi, aku menampik tangan mama dari penisku dan aku bangkit menimpa tubuh mama. “Timmy … mau apa kamu?” tanya mama heran.“Pengen cobain ma.” jawabku singkat.“Timmyyy … ini mama … mana bisa begitu. Ini ngga boleh. Tabu kan?!” protes mama.“Tapi Timmy pengen banget ma.” jawabku lagi sambil berusaha menarik lepas celana boxer mama. Yang membuatku semakin berani, mama tidak berusaha menahan ulahku itu. Setelah aku tarik celana boxernya, tanpa pikir panjang lagi aku tarik pula celana dalamnya dengan secepat mungkin. Kini mama sudah terlanjang bawah, dan aku pun juga terlanjang bawah. Kemudian kulebarkan selangkangannya agar aku bisa memasukkan penisku ke dalam memek mama. Tiba-tiba kedua tangan mama menutup lubang memeknya. “Pijitin mama dulu dong?!” minta mama. Mendengar itu aku menjadi sedikit kecewa, meskipun sebenarnya mama telah memberikan lampu hijau kepadaku. Tanpa banyak bicara, mama membalikkan badannya ke posisi telungkup, pertanda ingin dipijit dahulu. Akhirnya aku mengalah dan berusaha untuk bersabar dulu. Kupijit leher belakangnya, kemudian turun menuju punggung atas dan turun lagi ke punggu bawah berirama. Aku duduk di atas pantat mama dengan penisku masih saja tegang. Sambil memijitnya, aku juga berupaya menggesek-gesek penisku di celah-celah pantat mama. Memberikan sensasi yang nikmat bagiku. Dan ternyata mama sangat menyukai pijitanku. “Hmmm …” dengung mama pertanda dia sangat menikmati pijitanku ini. Tak lama kemudian dia bangkit dari posisinya yang telungkup tadi. Aku mengira dia mau menyuruhku mengakhiri pijitannya. Tapi diluar dugaan, dia melepas baju tidurnya bersama BH-nya tanpa berucap satu kata pun. Aku dapat melihat tubuh bugilnya di balik remang-remang. Sungguh indah tubuh mamaku ini, kataku dalam hati. Mama akhirnya kembali lagi dengan posisi telungkupnya, berharap untuk kembali dipijit lagi. Seperti kerbau dicucuk hidungnya, aku kembali ke pekerjaanku semula. Kupijit lagi leher belakangnya, kemudian turun menuju punggung atas dan turun lagi ke punggu bawah berirama. Aku juga masih terus menggesek-gesekkan penisku di celah-celah pantat mama. Kudengar lagi dengungan nikmat darinya. Aku sekarang menjadi berani. Kucoba mengarahkan ujung penisku di celah dalam pantatnya, berharap aku bisa menemukan bibir memeknya. Mama tidak protes dengan tingkahku itu, dan masih tetap diam. Sambil tetap memijit-mijit punggungnya, aku mencoba mendorong-dorong pinggulku, berharap ujung penisku mampu menembus masuk ke bibir memeknya. Usahaku ini ternyata tidak terlalu sulit. Karena ternyata bibir memek mama telah menyambut kedatangan penisku dengan kondisinya yang telah basah dan lembab. Aku berhasil menancapkan penisku sedalam 2 centi ke dalam liang memeknya. “Ahhh … Timmy … kok dimasukkin?” tanya mama pura-pura protes. Aku memilih untuk berpura-pura tidak mendengarnya, dan melanjutkan misiku lagi. Kali ini aku dorong batang penisku dengan paksa, agar terbenam semuanya di dalam memek mama. “Ohhh …” guman mama. Memek mama terasa basah sekali, lembab, dan licin. Kini aku menghentikan pijitanku, dan kedua telapak tanganku aku gunakan untuk menjadi tumpuan tubuhku agar tidak menindih tubuh mama. Dengan posisinya yang masih telungkup, aku setubuhi mamaku. “Ceplak … ceplak …” bunyi seperti tamparan datang dari pantat mama karena aku menyetubuhinya dari belakang dengan posisinya yang masih telungkup. “Timmmyyy … ahh … ahh … geli sayang …” desahan mama pun makin lama makin menjadi-jadi. Kukocok terus liang memek mama non-stop. Mama seperti cacing kepanasan, dia remas semua yang ada disekitarnya. Korban yang paling kasihan adalah si bantal, karena dengan posisinya yang telungkup, mama secara praktis nyaris tidak mampu bergerak lebih banyak, sepertinya pasrah menerima hantaman-hantaman nikmat dari batang penisku di dalam liang memeknya. Remasan tangannya terhadap si bantal semakin menguat, dan tiba-tiba tubuh mama mengejang. Sesaat kemudian dia menutup mukanya dengan bantal sambil mengerang keras. “Errghhhhhh …” erang mama di balik bantal dengan kerasnya. Mama berusaha meredam erangannya dibalik bantal. Aku menghentikan goyangan pinggulku karena tubuh mama dalam kondisi yang menegang dari biasanya, dan memberikan waktu untuknya mengerang sepuas-puasnya. “Huh … huh … huh …” nafas mama mulai tidak beraturan seperti baru saja berlari sejauh 2 km tanpa berhenti. Setelah nafasnya mulai terlihat sedikit stabil, mama membalikkan tubuhnya menjadi terlentang. “Timmy … kamu bener-bener anak mama yang paling nakal. Pertama berani kurang ajar ama mama, sekarang berani-beraninya gituin mama.” kata mama sambil melebarkan selangkangannya, membuka pintu agar penisku bisa masuk kembali. Mendengar ucapan mama ini, aku tersenyum di dalam keremangan kamar. Kini kamarku penuh dengan hawa nafsu birahi milikku dan mama. Aku sempat berpikir betapa nikmatnya melakukan perbuatan tabu ini bersama mamaku sendiri. Aku melepaskan baju tidurku yang masih melekat di tubuhku dan kemudian tanpa basa-basi lagi, aku kembali menembak masuk batang penisku ke dalam memek mama lagi. “Slep …” bunyi penis memasuki liang memek yang sedang pada posisi basah 100%. Kembali aku menyetubuhi mamaku lagi dengan posisi tubuhnya yang terlentang dengan membuka selangkangannya selebar-lebarnya. “Ahhh … ahhh … sayang … ” desah mama penuh nafsu. Setiap kata desahan yang keluar dari mulutnya seperti memberikan aliran listrik yang mengalir di tubuhku. Memberikan dentuman-dentuman nikmat disekujur tubuhku. Tiba-tiba tubuhku sedikit bergejolak dan penisku seakan-akan mengembang sedikit. Inilah pertanda bahwa permainan tabu ini akan segera berakhir. Aku semakin mempercepat goyanganku dan gesekan penisku semakin aku percepat. Kelicinan liang memek mama sangat membantu proses percepatan gesekan dari penisku, dan memberikan sensasi yang makin lama semakin nikmat. “Timmy sayang … kamu mau datang yah?” tanya mama.“Iya … mama kok bisa tau?” tanyaku heran.“Timmy … ini mamamu … mama tau segalanya tentang anaknya … ” jawab mama sambil terus mendesah.“Ehm … ” responku. Aku sudah akan mencapai klimaks. Aku tau ini tidak akan lama lagi. “Timmy boleh keluar di dalam?” tanyaku.“Di mana pun yang kamu mau sayang … ” jawab mama mesra. Aku menjadi semakin gila rasanya. Kecepatan gesekan penisku semakin aku tambah. Suara desahan mama pun semakin membabi buta dan tidak terkontrol lagi. Tubuhnya kini kembali menegang seperti sebelumnya. “Timmy … mama mau dapet sayang … ahhh ahhh” kata mama yang semakin kacau. Aku merasa telah mencapai 80% mendekati klimaks, dan aku merasa pula sepertinya sebentar lagi mama akan meletup sebelum aku mencari klimaks. “Ahhh … ahhh … Timmy … udah mauu keluarrrr belonnn?” tanya mama seperti cacing kepanasan.“Ntar … ntar lagi …” jawabku dengan nafasku yang mulai terputus-putus. Baru saja aku selesai bicara, tiba-tiba kedua tangan mama mendarat di dadaku dan kedua ibu jarinya mengosok lembut puting susuku. Ulah mama ini memberikan kejutan mendadak terhadap tubuhku. Rasa geli dan nikmat yang luar biasa sewaktu puting susuku digosok-gosok lembut oleh kedua ibu jarinya, membuatku menjadi kalap dan tidak terkontrol. Seakan-akan dia tau kelemahanku yang mana aku tidak pernah menyadari sejak dulu. Di mana yang tadi masih 80% menuju ejakulasi tiba-tiba meluncur dasyat menjadi 100% akibat ulah mama ini. Aku tidak lagi mampu menahan kedasyatan senjata rahasianya yang baru saja mama keluarkan. Aku hentikan gesekan penisku dan menekan sepenuhnya batang penisku ke dalam liang memeknya tanpa ada sisa 1 milimeter pun. “Ahhh … Timmy keluarrrr … ahhh ahhh … ” jeritku tak terkontrol lagi sambil memuntahkan semua air maniku di dalam liang memek mama tanpa ampun sambil memeluk tubuh mamaku. Mama pun juga ikut mengerang, dan lebih dasyat dari yang pertama. Kedua kakinya mengapit pantatku dan menekannya dengan sekuat tenaga seperti berharap agar semua batang penisku tertanam dalam dalam dan memuntahkan semua isinya di dalam liang memeknya. Setelah erangan kami mulai mereda, kami berdua masih bernafas dengan ngos-ngosan. Seperti baru saja lari maraton jarak jauh. Dengan nafas yang masih terputus-putus, aku bertanya kepadanya bahwa senjata rahasia yang dia gunakan sebelumnya mampu menaklukkanku dalam sekejab. Dia mengatakan bahwa daerah itu adalah titik kelemahan papa dan dia sebenarnya tidak menyangka apabila daerah itu adalah titik kelemahanku juga. Like father like son begitulah candanya. Tubuh kami masih saling berpelukan, dan batang penisku masih menancap di dalam memek mama. Aku masih belum ingin menariknya, karena aku suka kehangatan liang memeknya yang kini penuh dengan air maniku sendiri. Aku menghabiskan sisa-sisa waktu yang ada dengan banyak bertanya. Aku pun bertanya apakah ngga apa-apa aku keluar atau kata lain ejakulasi di dalam memeknya. Mama mengatakan tidak ada masalah, karena dia sudah memakai sistem kontrasepsi rutin. Aku juga meminta maaf kepadanya karena aku khilaf dan tidak mampu menahan kekuatan nafsu birahiku terhadapnya. Namun mama mengatakan tidak pernah dipikirkan lagi, karena dia mengerti kalo aku sedang menuju masa puber. Tapi dia sempat bercanda dengan mengatakan kepadaku bukan karena alasan puberitas yang harus disalahkan sehingga harus menyetubuhi mamanya sendiri. Aku sedikit malu mendengar pernyataan ini. Mama memintaku berjanji untuk tidak mengulangi perbuataan tabu ini. Namun dalam singkat cerita saja, selama mama menghabiskan liburannya di sini, aku selalu saja memiliki akal yang mampu mendorong hatinya untuk aku setubuhi lagi. Aku kurang lebih sudah mengerti apa yang bisa membuatnya terasangsan atau horny. Aku sering menawarkan diri untuk memijitnya setiap malam dan bangun tidur, dan tawaran ini tidak pernah ditolak olehnya. Strategy yang aku gunakan selalu sama saja, dan sering berhasil dengan ampuh. Pernah sekali di suatu malam, sewaktu mama merasa letih dan tidak berminat melayaniku, dimana aku sangat bandel dan berkesan memaksa, akhirnya mama pun menyerah dan pasrah melayani nafsu birahiku karena tidak tega melihatku memohon-mohon padanya untuk dipuasi. Di saat itu juga dia langsung menyerang daerah paling sensitif dan daerah kelemahanku, hanya sekitar kurang dari 2 menit aku sudah mencapai ejakulasiku. Selama 3 minggu liburan mama di sini mirip seperti sedang berbulan madu. Semuanya serba bersama dengannya. Jalan-jalan bersama, liburan ke Sydney dan Melbourne bersama, mandi bersama, tidur bersama, dan bersama-sama melampiaskan nafsu birahi masing-masing. Saat ini sudah 3 bulan berlalu semenjak mama kembali ke Jakarta. Aku sudah tidak sabar menunggu libur kuliah. Aku menjadi kecanduan dengan apa yang dinamakan hubungan suami-istri. Namun aku hanya ingin melakukannya dengan mamaku sendiri. Mungkin di Jakarta nanti, tidak terlalu susah bagiku untuk meminta jatah lagi darinya, karena tidak ada yang akan menaruh rasa curiga terhadap kami, karena kami adalah ibu dan anak. . loading...

Aduuh Toom, jangan gitu dong. Ibu jadi susah nih. Tapi terus terang aja Toom.., Ibu jadi kayak orang jatuh cinta sama kamu.., Kalau udah begini, udah naik begini, ibu jadi pengin ngeloni kamu Tom, Tom kita cepat pulang saja yaa, Nanti diterusin dirumah, Kita pulang ke rumahmu saja sekarang, Toh lagi kosong khan, Tapi Tom minggir sebentar Tom, ibu pengen ciuman sama kamu di

WebSatu adalah ibu angkatku yang selama ini menjadi partner seks tetap dan satunya lagi adalah dosen akuntansiku di kampus. Bu Siska punya buah dada besar, bisa untuk. WebCerita Sex – Ibu Rumah Tangga Ketagihan Selingkuh, Aku tinggal di kompleks perumahan elit di Yogyakarta. Suamiku termasuk orang yang selalu sibuk. Sebagai Pegawai Negeri. WebBaiklah, ibu angkat, aku bertekat akan membuatnya berteriak-teriak dan memohon supaya aku segera dan lagi dan lagi menyetubuhinya, akan kubuat calon mertuaku ini mengemis. WebSaat itu ibu akan bangun waktu ayah bersiap berangkat ke kantor untuk mempersiapkan sarapan dan pakaian ayah. Mereka akan sarapan bersama. Aku biasanya selesai mandi. Cerita Dewasa Ibu Angkat, 3 Proyekku Bersama Ibu Akhirnya Tumbuh Berkembang Cerita Romantis, MB, 1621, 112,289, Modal Nekat Cerpen, 2022-06-11T1200 3, Ibu Melani sang ibu Direktur Cerita Dewasa - Eka Series PART 2 - YouTube, 1280 x 720, jpeg, , 20, cerita-dewasa-ibu-angkat, KAMPION WebSafiq yang tidak mengetahui kalau Anis akan mencapai puncak, terus menghisap kuat-kuat disana. “Uuhh…” didengarnya sang ibu angkat melenguh sambil menghentak-hentakkan. WebAdik Indra hanya bertahan hidup selama 4 hari saja karena organ-organ tubuhnya belum sempurna. Sang ibu meninggal setelah berjuang keras 3 hari setelah adiknya meninggal.. WebCerita Dewasa Mengajak Bersetubuh dengan Ibu. Rumah ini kembali menemukan kehangatannya. Seisi rumah dipersatukan dalam kegembiraan. Bayi lucu itu menjadi. WebIbu Sania sebagai koordinator Uusan Dapur dan aku koordinator pemuda pemudi yang bertugas sebagai pager ayu dan pager bagus serta petugas kebersihan yang tugasnya. WebCerita Dewasa Nikmatnya Penis Ayah Angkat Ku Hingga pada suatu hari kami di tinggal pergi selama seminggu oleh mama dan juga adikku, mereka ada acara keluarga di luar. WebBegitulah, sampai siang, Safiq terus menyusu di bongkahan payudara Anis, sang ibu angkat yang masih berusia muda, tidak lebih dari 30 tahun. Dengan payudara yang masih mulus. WebAnis pun menarik kepala bocah itu dan ditaruhnya kembali ke atas gundukan sampai siang, Safiq terus menyusu di bongkahan payudara Anis,. WebCERITA DEWASA PUNYA IBU TIRI ITU TERNYATA ENAK Bokep Jepang September 24, 2018 FilmBokepJepang – Namaku Kemal, lahir di kota Tegal 25 tahun yang lalu. Aku. WebBaiklah, ibu angkat, aku bertekat akan membuatnya berteriak-teriak dan memohon supaya aku segera dan lagi dan lagi menyetubuhinya, akan kubuat calon mertuaku ini mengemis. Tentang 3 Proyekku Bersama Ibu Akhirnya Tumbuh Berkembang Cerita Romantis populer Source Ku antar mama angkatku ke Kamar Cerita romantis Pernikahan trending Source perlu diketahui tentang Cerita Dewasa Ibu Angkat yg bisa anda simak3 Proyekku Bersama Ibu Akhirnya Tumbuh Berkembang Cerita RomantisSetiap pulang sekolah aku tak terlalu banyak bermain, aku sudah bukan anak kecil lagi menghabiskan waktu diluar. Membereskan rumah, membantu pekerjaan ibu bahkan ikut membantu tugas-tugas sekolah ibu sudah menjadi rutinitas sehari-hariku.viral ceritapendek ceritamotivasiMampir juga ya di channel komunitas kami Sobat Dumay Bercerita Modal Nekat Cerpen Link video cerita pendek,kisah nyata,cerita romantis,cerpen romantis bikin baper,cerpen cinta,cerita romantis pendek,kisah cinta romantis,cerpen romantis,cerita,cerita cinta,cerpen romantis terbaru,cerpen,cerita cintaku,novel romantis,cerita pendek romantis,cerita pendek remaja,cerita motivasi,cerita cinta romantis,kisah romantis,viral,cerita pendek cinta,cerita pendek cerpen,cerita cerpen romantis,3 Proyekku Bersama Ibu Akhirnya Tumbuh Berkembang-~-~~-~~~-~~-~- Please watch "Part 10 Kalau Mas Mau Pakai Kode Aja" -~-~~-~~~-~~-~- Ibu Melani sang ibu Direktur Cerita Dewasa - Eka Series PART 2 - YouTube sedang viralPicture from Bercocok tanam bersama ibu Nisa Cerita Dewasa PART 3 - YouTube Picture from Related image Kecantikan, Gadis cantik, Wanita cantik trendingPicture from Hangat - cewek cantik manis trendingPicture from Cerita Sex Pembantu Kos – Telegraph viralPicture from Cerita Dewasa, Ibu Kosku Yang Punya Apem Sempit Karyakarsa trendingPicture from Cerita Dewasa Ibu Berhijab Ungu updatePicture from Kasihku buat Nabila Mak Buyong sudah 36 weeks.... populerPicture from PANDORAQQ ML Sama Ibu Boss Diruang Kerja Kantor viralPicture from Cerita Dewasa, Ibu Kos Ku Yg Kurang Balaian Dari Suami Karyakarsa populerPicture from .
  • y6eegw64mc.pages.dev/171
  • y6eegw64mc.pages.dev/627
  • y6eegw64mc.pages.dev/842
  • y6eegw64mc.pages.dev/850
  • y6eegw64mc.pages.dev/597
  • y6eegw64mc.pages.dev/999
  • y6eegw64mc.pages.dev/782
  • y6eegw64mc.pages.dev/934
  • y6eegw64mc.pages.dev/640
  • y6eegw64mc.pages.dev/356
  • y6eegw64mc.pages.dev/478
  • y6eegw64mc.pages.dev/754
  • y6eegw64mc.pages.dev/579
  • y6eegw64mc.pages.dev/431
  • y6eegw64mc.pages.dev/817
  • cerita dewasa ibu angkat